Pengertian Makna dan Kata serta Pembagiannya [2]

Jenis-Jenis Kata Ulang

Kata ulang terbagi ke dalam empat jenis. Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengulangan seluruh bentuk kata dasar atau dwilingga
Pengulangan utuh terdiri atas dua macam. Pertama, perulangan terhadap kata dasar, kedua, perulangan terhadap kata berimbuhan. Contoh:
(1) buah : buah-buahan
(2) gunung : gunung-gunung
(3) kejadian : kejadian-Kejadian
(4) lari : lari-lari
(5) merah : merah-merah
(6) pagi : pagi-pagi


b. Pengulangan sebagian atau dwipurna
Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Dalam hal ini, bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya melainkan sebagian saja. Bentuk dasar pengulangan sebagian ini terdiri atas bentuk kompleks dan bentuk tunggal.
1) Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk tunggal, yaitu:
(1) laki……… lalaki/lelaki
(2) tamu…… tatamu/tetamu
(3) sama…… sasama/sesama
(4) pohon…… popohon/pepohonan

2)Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk kompleks, yaitu:
(1) minuman : minum-minuman
(2) makanan : makan-makanan
(3) berlari : berlari-lari
(4) ditusuk : ditusuk-kusuk

Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk komplek, kemungkinan bentuknya sebagai berikut:
- Bentuk men-, misalnya:
mengambil : mengambil-ambil
mengemasi : mengemas-emasi
membaca : membaca-baca
melambaikan : melambai-lambai
memperkatakan : memperkata-kata

- Bentuk di-, misalnya:
dikemasi : dikemas-kemasi
ditarik : ditarik-tarik
ditanami : ditanam-tanami
disodorkan : disodor-sodorkan

- Bentuk ber-, misalnya:
berjalan : berjalan-jalan
bertemu : bertemu-temu
bermain : bermain-main
berkata : berkata-kata
berlarut : berlarut-larut

- Bentuk ter-, misalnya:
terbatuk : terbatuk-batuk
terbentur : terbentur-bentur
tersenyum : Tersenyum-senyum
terbalik : Terbalik-balik
terjatuh : Terjatuh-jatuh

- Bentuk ber-an, misalnya:
berlarian : berlari-larian
berjauhan : berjauh-jauhan
bersentuhan : bersentuh-sentuhan
berdekatan : berdekat-dekatan
berpelukan : berpeluk-pelukan

- Bentuk an-, misalnya:
sayuran : sayur-sayuran
karangan : karang-karangan
tumbuhan : tumbuh-tumbuhan
minuman : minum-minuman
makanan : makan-makanan

- Bentuk ke-, misalnya:
kedua : kedua-dua
ketiga : ketiga-tiga
keempat : keempat-empat
kelima : Kelima-lima

c. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembunuhan afiks
Pengulangan ini terjadi bersama-sama dengan proses pembunuhan atiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya kata ulang keteta-keretaan. Ada dua pilihan proses pembentukan kata ulangnya.
kereta : kereta-kereta
kereta : kereta-keretaan

Dari faktor arti, pilihan pertama dan kedua berbeda, bentuk dasar kereta menjadi kereta-kereta mengatakan makna banyak, sedangkan pada kereta-keretaan tidak terdapat makna banyak contoh:
(1) anak : anak-anakan
(2) rumah : rumah-rumahan
(3) orang : orang-orangan
(4) gunung : gunung-gunungan
(5) putih : keputih-putihan
(6) luas : seluas-luasnya

d. Pengulangan dengan perubahan fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem adalah pengulangan yang terjadi dengan cara mengulang bentuk dasar disertai perubahan bunyi pada salah satu suku kata, dan biasanya terjadi pada fonem vokal atau fonem konsonan, seperti:
1) Pengulangan fonem vokal, yaitu:
(1) gerak : gerak-gerik
(2) robek : robak-robik
(3) serba : serba-serbi
(4) bolak : bolak-balik

2) Pengulangan fonem konsonan, yaitu:
(1) lauk : lauk-pauk
(2) ramah : ramah-tamah
(3) sayur : Sayur-mayur
(4) tali : tali-mali
(5) beras : beras-petas

Contoh dalam kalimat : ibu sedang memasak lauk-pauk, sayur-mayur yang dibelinya di pasar, Ramlan (1985: 62).

Fungsi Kata Ulang/Reduplikasi
Sebagai salah satu bentuk proses morfologis, maka proses reduplikasi atau pengulangan tidak berfungsi mengubah golongan jenis kata. Dengan demikian, pada umumnya reduplikasi tidak mempunyai fungsi gramatik. Jika ada maka bentuk-bentuk ulang yang mengandung fungsi gramatik hanya terbatas pada beberapa bentuk tertentu saja.
a. Mengubah golongan kata kerja menjadi kata benda
Walaupun pada umumnya perulangan atau reduplikasi tidak mempunyai fungsi gramatik, namun ada juga beberapa reduplikasi seperti contoh berikut ini:
(1) injak : injak-injak (kata kerja)
(2) undur : undur-undur (kata kerja)
(3) karang : karang-karangan (kata kerja)

Bentuk ulang di atas dapat lebih jelas diketahui dalam konteks kalimat seperti dibawah ini :
injak-injak itu merusak
undur-undur itu masih sangat kecil
karang-karangan itu menyenangkan

Bentuk ulang dalam kalimat di atas menduduki unsur subjek. Sebagai subjek bentuk ulang tersebut merupakan golongan kata benda meskipun berasal dari bentuk dasar golongan kata kerja.

b. Mengubah golongan kata sifat menjadi kata keterangan.
Contoh:
(1) rajin menjadi serajin-rajinnya
(2) cepat menjadi secepat-cepatnya
(3) malas menjadi semalas-malasnya

c. Mengubah bentuk tunggal menjadi bentuk jamak
Contoh:
(1) ibu menjadi ibu-ibu
(2) makanan menjadi makanan-makanan
(3) lauk menjadi lauk-pauk

Makna Kata Ulang
Kata Ulang memiliki beberapa makna, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Menyatakan makna banyak
(1) bintang-bintang : banyak bintang
(2) pembangunan-pembangunan : banyak pembangunan
(3) murid-murid : banyak murid
(4) buah-buahan : banyak buah
(5) kemajuan-kemajuan : banyak kemajuan

Makna banyak tidak selalu dinyatakan dengan pengulangan. Misalnya dalam kalimat rumah penduduk banyak yang rusak akibat angin belian.

b. Menyatakan makna banyak
Di sini makna banyak telah berhubungan dengan bentuk dasar, melainkan berhubungan dengan kata yang “diterangkan”. Kata yang diterangkan pada tataran frase menduduki fungsi sebagai unsur pusat, misalnya kata rumah dalam frase rumah besar-besar, dan pada tataran klausa menduduki fungsi sebagai subjek, misalnya kata rumah dalam klausa rumah itu besar-besar. Pengulangan pada kata besar-besar itu mengatakan makna ‘banyak’ bagi kata yang “diterangkan”, dalam hal ini kata rumah.

Contoh lain, misalnya mahasiswa itu pandai-pandai dan pohon di tepi pohon itu rindang-rindang.

c. Menyatakan makna tak bersyarat
(1) meskipun hujan, saya akan datang
(2) jambu-jambu mentah dimakannya
(3) duri-duri diterjang
(4) dararah-darah diminum

d. Mengatakan makna yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar
Proses pengulangan berkombinasi dengan proses pembubuan afiks -an.
(1) kuda-kudaan : yang menyerupai kuda
(3) gunung-gunungan : yang menyerupai gunung
(4) rumah-rumahan : yang menyerupai rumah
(5) kemuda-mudaan : menyerupai (anak) muda

e. Mengatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dilakukan dengan santai
(1) berjalan-jalan
(2) makan-makan
(3) minum-minum
(4) tidur-tidur

f. Mengatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai (menyatakan makna saling)
(1) pukul-memukul
(2) tolong-menolong
(3) dorong-mendorong
(4) surat-menyurat
(5) olok-memperolokkan

Makna saling bisa juga dilakukan dengan pembubuhan afiks ber-an.
Bersalam-salaman
berpandang-pandangan
berpukul-pukulan

g. Menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar.
(1) karang-mengarang
(2) cetak-mencetak
(3) jilid-menjilid
(4) potong-memotong
(5) masak-memasak

h. Menyatakan perbuatan yang pada bentuk dasarnya dilakukan berulang-ulang
(1) berteriak-teriak
(2) memukul-mukul
(3) memetik-metik
(4) menyobek-nyobek

i. Menyatakan makna agak
(1) kemerah-merahan
(2) kehitam-hitaman
(3) kekuning-kuningan
(4) kebiru-biruan

j. Menyatakan makna tingkat yang paling tinggi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afik se-nya (kualitatif).
(1) sepenuh-penuhnya
(2) serajin-rajinnya
(3) sekuat-kuatnya
(4) sedalam-dalamnya
(5) seluas-luasnya
Baca Lengkap....

Pengertian Makna dan Kata serta Pembagiannya [1]

Pengertian Makna dan Kata Serta Pembagiannya

1. Makna
Makna adalah maksud suatu kata atau isi suatu pembicaraan atau pikiran. Makna suatu kata diartikan pula sebagai hubungan antara atau lambang-lambang bahasa, baik itu berupa ajaran ataupun tulisan, dengan hal atau barang yang dimaksudnya.

maknadankata

2.Kata
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dengan makna yang bebas dari definisi tersebut, terdapat dua hal yang menandai sebuah kata yakni:
a. Merupakan satuan bahasa terkecil
b. Mengandung makna yang bebas.

Menurut Kamisa (1997: 288) kata adalah kumpulan dari beberapa huruf yang diucapkan dan mengandung makna sebagai ungkapan perasaan.

3. Bentuk Dasar Kata Ulang
Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Misalnya:
rumah-rumah: bentuk dasarnya rumah
sakit-sakit: bentuk dasarnya sakit
rintangan-rintangan: bentuk dasarnya rintangan
dua-dua: bentuk dasarnya dua

4. Kata Ulang
Kata ulang atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang. Satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Yasin (1988:128) mengatakan bahwa kata ulang atau reduplikasi adalah pengulangan atas suatu bentuk dasar, dan bentuk dasar sebagai hasil pengulangan tersebut dinamakan kata ulang.

Sebuah kata ulang dibentuk dengan berbagai cara, baik pengulangan sebagian bentuk dasar, seluruh bentuk dasar pemberian fonem, ataupun dengan pengulangan berimbuhan. Dengan proses seperti ini, maka tidak semua bentuk kata ulang mempunyai bentuk dasar yang sama, walaupun setiap kata ulang memiliki bentuk dasar yang diulang. Bentuk dasar tersebut merupakan bentuk linguistik.

Menurut Kusno (1986: 58) bahwa kata ulang adalah salah satu bentuk kata jadian yang terjadi karena suatu kata diulang sehingga timbul perubahan makna. Dalam kaitannya dengan proses pembentukan kata ulang. Yasin (1988: 131) mengatakan bahwa pada umumnya bentuk kata ulang tidak menunjukkan golongan kata bentuk dasarnya.

Dengan demikian, apabila bentuk ulang kebetulan merupakan golongan kata benda, maka dapat diketahui pula bahwa bentuk dasarnya juga merupakan golongan kata benda. Seperti anak-anak, mobil-mobilan, baik-baik, buah-buahan, pelan-pelan, kemalas-malasan dan lain-lain. Proses pengulangan ada juga yang berfungsi mengubah golongan kata. Pada kata ulang seperti karang-mengarang, cetak-mencetak, potong-memotong, jilid-menjilid, proses pengulangan mempunyai fungsi sebagai pembentuk kata nominal dari kosa kata, dan pada kata ulang seperti secepat-cepatnya, serajin-rajinnya, setinggi-tingginya, sekuat-kuatnya, proses pengulangan berfungsi sebagai pembentuk kata keterangan dan kata sifat.

Untuk pembahasan selanjutnya, silahkan baca Pengertian Makna dan Kata serta Pembagiannya [2].
Baca Lengkap....

Puisi Menurut Strukturalnya

Pada postingan sebelumnya, saya sudah memberikan pengertian puisi menurut beberapa ahli. Postingan kali ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya. Anda boleh membaca artikel Definisi Menurut Ahli.

puisi-01
Dalam pandangan struktural, secara garis besar puisi dapat dianalisis melalui dua hal yaitu struktur fisik (metode puisi) dan struktur batin (hakikat puisi). Pada bagian berikut tulisan ini akan mengemukakan kedua bagian tersebut.

1. Struktur Fisik atau Metode Puisi (Bentuk Puisi)
Unsur-unsur dalam struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yaitu unsur estetik yang membangun struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur itu merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-unsur tesebut adalah: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.
a. Diksi
Diksi atau pilihan kata sangat penting bagi penyair. Penyair harus cermat memilih kata. Sebab kata yang ditulis dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan keudukan kata dalam keseluruhan puisi. Karena begitu pentingnya kata-kata dalam puisi, maka bunyi kata juga dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihannya. Karena pemilihan kata-kata mempertimbangkan berbagai aspek estetis, maka kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat absoulut dan tidak bisa diganti dengan padanan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda.
b. Pengimajian
Pengimajian adalah kata/susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Baris atau bait puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang nampak (imaji visual), atau sesuatu yang dapat dirasakan, diraba, atau disentuh (imaji taktil).
c. Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji pembaca, maka kata-kata harus diperkonkretkan. Maksudnya adalah bahwa kata-kata itu dapat menyerankan kepada arti yang menyeluruh. Kata konkret juga erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir memperkonkretkan kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan penyair. Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisinya (Waluyo, 1987).
d. Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif (majas) adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna, kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.
e. Verifikasi
Verifikasi (rima, ritma, dan metrum). Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestra. Ritma sangat erat hubungannya dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Metrum merupakan pengulangan kata yang tetap. Adanya musikalisasi yang sesuai dengan jiwa puisi akan menimbulkan sentuhan yang mendalam pada batin pembaca, disamping mempertinggi puisi tersebut.

Rima di dalamnya mengandung berbagai aspek yang meliputi:
  1. Asonansi atau Runtun Vocal. Asonansi adalah pengulangan bunyi vocal, contoh: pengulangan vocal (e) seperti pada larik puisi ” ke manakah pergi”.
  2. Aliterasi atau Purwakanti. Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan, contoh: pengulangan konsonan (n) seperti pada larik puisi ”pohon kehilangan daun”.
  3. Rima Akhir. Rima akhir adalah rima yang terdapat pada akhir larik puisi.
  4. Rima Dalam. Rima dalam adalah perulangan bunyi di antara kata-kata dalam satu larik.
  5. Rima Identik. Rima identik adalah pengulangan kata di antara bait-bait puisi.
  6. Tata Wajah. Tata wajah (tipografi) merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi berbentuk bait-bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir ditepi kanan seperti pada bentuk prosa. Tata wajah atau tipografi berkaitan erat dengan bentuk yang khas sebuah puisi. Bentuk khas sebuah puisi seringkali berperan penting menciptakan makna tambahan yang memiliki kesan yang memikat.

2. Struktur Batin atau Hakikat Puisi (Isi Puisi)
Ada empat unsur struktur batin atau hakikat puisi, yakni: tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan anamat. Keempat unsur tersebut menyatu dalam wujud penyampaian bahasa penyair.
a. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau gagasan sentral itu demikian kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapan atau penciptaan sebuah karya sastra. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka puisi bertema Ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, maka puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk memprotes ketidakadilan, maka tema puisi adalah protes atau kritik sosial. Perasaan cinta atau patah hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta atau tema kedukaan hati karena cinta.

Dalam sebuah karya sastra seperti puisi, tema tersebar dalam seluruh elemen pembentuknya. Penyair menggunakan gaya bahasanya, jalan pikirannya, kejadian-kejadiannya, setting atau melukiskan suasana untuk mengarahkan sisi temanya. Seluruh cerita mempunyai satu sisi saja dan yang mempersatukan segalanya adalah tema.

Tema tidak selalu berwujud moral atau ajaran moral, tetapi boleh jadi sebuah kritik pengarang terhadap kehidupan, problem tersebut tidak perlu dipecahkan. Pemecahannya kepada pembaca atau pendengar (Suwardjo dalam Rosliana, 2005: 11).

Tema merupakan ide dasar yang bertindak sebagai titik tolak keberangkatan penyair dalam menyusun suatu puisi, jadi sebelum menulis puisi, seseorang harus sudah menyiapkan tema terlebih dahulu. Bagi pembaca tema baru akan benar-benar jelas apabila pembaca telah memahami cerita dalam puisi tersebut.
b. Perasaan
Perasaan berkaitan dengan suasana perasaan penyair yang diekspresikan yang mungkin dapat dhayati oleh pembaca. Suasana perasaan penyair tidak dapat dilepaskan dari tema puisi tersebut. Dalam puisi-puisi kita jumpai, tampak bahwa perbedaan sikap penyair menyebabkan perbedaan perasaan penyair menghadapi objek tertentu. Sikap simpati dan antipati, rasa senang dan tidak senang, rasa benci, rindu, setiakawan, dan sebagainya menjadi luapan perasaan penyair.
c. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap pembaca terhadap pengarang, sedangkan suasana adalah bagaimanakah penyair ketika mengubah puisi itu? Akan sangat memudahkan pembaca mengetahui suasana hati penyair bila diketahui latar belakang terciptanya puisi ini dan latar belakang penyairnya. Penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut dengan nada puisi. Nada dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya.

Sehubungan dengan suasana ini perlu dipahami dalam suasana bagaimanakah penyair mengubah puisinya itu, suasana haru, hikmat, rindu, pedih, jengkel, atau dalam suasana riang gembira (Hendy dalam Rosliana, 2005: 13).
d. Amanah
Amanat (pesan) merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Amanat juga kadang diungkapkan secara tersurat, berupa jalan keluar atau jawaban dari persoalan dalam sebuah karya sastra. Secara subtansial tema berhubungan dengan arti sastra sementara amanat berhubungan dengan makna sastra.


Rujukan:
Rosliana. 2005. Analisis Gaya Bahasa dalam Kumpulan Puisi “Deru Campur Debu” Karya Chairil Anwar. Skripsi. Unismuh: Makassar.

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta : Erlangga.
Baca Lengkap....

Definisi Puisi Menurut Ahli

puisi-01

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat konotatif karena banyak menggunakan makna kias dan makna lambang atau majas. Bahasa yang digunakan dalam puisi mempunyai kemungkinan makna yang lebih banyak dari karya sastra lainnya.

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.

Dalam pandangannya, Hudson (dalam Aminuddin, 1995:134) mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Menurut Jassin (dalam Adri, 2007:7) bahwa puisi merupakan penghayatan kehidupan totalitas yang dipantulkan oleh penciptanya dengan segala pribadinya, pikirannya, perasaannya, kemauannya, dan lain-lain.

Puisi merupakan jenis karangan yang penyajiannya sangat mengutamakan aspek keindahan. Keindahan yang terdapat dalam puisi terpancar dalam susunan bunyi dan pilihan katanya. Dalam puisi dikenal adanya rima, irama, dan nada. Istilah-istilah tersebut berkaitan dengan efek keindahan bunyi yang dijalin dalam sebuah puisi. Selain keindahan bunyi, keindahan puisi terdapat pula pilihan dan rangkaian kata yang bergaya merupakan unsur penting lain dalam menciptakan efek estetis. Majas menjadikan larik dan bait-bait dalam puisi hidup, bergerak, dan merangsang pembaca untuk memberikan reaksi tertentu dan merenungkan atas apa yang diungkapkan penyair (Kosasih, 2004:175).

Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Bentuk ekspresi ini dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada kekasih, kepada alam, atau Sang Khalik. Oleh karena itu, bahasa dalam puisi akan terasa sangat ekspresif dan lebih padat. Riffaterre (1978:2) memandang puisi sebagai sebuah penggunaan bahasa yang khusus. Anggapan ini menyiratkan bahwa penggunaan bahasa dalam sastra berbeda dengan penggunaan bahasa dalam pergaulan sehari-hari. Meskipun demikian, keduanya terkait secara substantif.

Jika penyair hendak mengagungkan keindahan alam maka sebagai sarana ekspresinya ia akan memanfaatkan imaji-imaji, majas, serta diksi yang mewakili dan memancarkan nuansa makna tentang keindahan alam yang digambarkannya itu. Jika ekspresinya merupakan kegelisahan dan kerinduan kepada Sang Khalik, maka bahasa yang digunakannya cenderung bersifat kontemplatif (perenungan) atau penyadaran akan eksistensinya dan hakikat keberadaan dirinya sebagai hamba Tuhan (Kosasih, 2004:174).

Selain pendapat di atas Herman J. Waluyo berpendapat bahwa, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.

Bentuk kesastraan yang paling tua dalam sejarah peradaban manusia adalah puisi, sebab puisi ada sejak manusia mulai ada. Ketika manusia terharu memandang alam yang megah atau mengalami sesuatu yang menggetarkan, setiap kali pula manusia melahirkan kata-kata yang puitis maupun lirik (Waluyo, 1991).

Kata-kata yang berbentuk dan tersusun dengan rapi dan terpilih dengan amat hati-hati tetapi mendukung suasana hati dan pikiran yang hidup terlantar dan menyentuh hati manusia yang lain. Gelora hati yang diucapkan kepada sesama manusia dalam satu seni yang terikat, ketika melakukan sesuatu yang berhubungan dengan suasana batin, senantiasa memulangkan getar hati dari orang yang mendengarnya.

Prinsip puisi adalah berkata sedikit mungkin, tetapi mempunyai arti sebanyak mungkin, oleh karena itu untuk memahami arti sebanyak mungkin diperlukan pengetahuan tersendiri dan kepekaan antuisi secara mendalam (Sumardjo dalam Rosliana, 2005: 7).

Berdasarkan uraian dan pendapat tersebut di atas, maka secara sederhana dapat didefinisikan bahwa puisi adalah suatu karya sastra yang mungungkapkan perasaan imajinasi penyair dan dapat meningkatkan pesan dan kesan yang bermanfaat dengan pengkonsentrasian bahasa fisik maupun sekedar bersajak, tidak sekedar bermain bunyi-bunyi bahasa yang berirama, akan tetapi lebih dari itu.

Penyair dengan kemampuan intuisi imajinernya, dan daya ucapnya yang khas, akan bermakna kepada peminat. Fakta-fakta hidup yang dapat diperoleh dalam bentuk cipta puisi tersebut dan nilai-nilai atau amanat yang dapat diraih dari hasil kontenplasi penyair dalam ciptaanya akan diperoleh dalam bentuk cipta puisi yang utuh.


Rujukan:

Adri. 2007. Kajian Semiotik terhadap Puisi Husni Djamaluddin dalam Karyanya “Bulan Luka Parah”. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.

Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Halid, Jihadu Ridha dkk. 2011. Penggunaan Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Liukang Tupabbiring. Makalah PTK.

Kosasih. 2004. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia. Bandung: CV Yrama Widya.

Riffeterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington & London: Indiana University Press.

Rosliana. 2005. Analisis Gaya Bahasa dalam Kumpulan Puisi “Deru Campur Debu” Karya Chairil Anwar. Skripsi. Unismuh: Makassar.

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Baca Lengkap....

Konsep Dasar Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar terdiri dari dua istilah yaitu “kesulitan dan belajar”.Pada umumnya “kesulitan” merupakan kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih keras lagi untuk dapat mengatasinya (Syah: 2003). Pada kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud: 1990) kesulitan berasal dari kata “sulit” yang artinya sukar sekali, susah dicari, tersembunyi, dirahasiakan. Kesulitan artinya sesuatu yang sulit, keadaan yang sulit, kesukaran atau kesusahan.

sulit-belajar

1. Pengertian Kesulitan Belajar
Pengertian tentang belajar itu sendiri terdapat beberapa pandangan yang berbeda-beda dalam perumusannya, tetapi pada dasarnya makna yang terkandung adalah sama. Pandangan tersebut dikemukakan dengan bahasan yang tidak jauh berbeda. Menurut Slameto (1995: 2) dan Wardani (2000: 23) adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya”. Syah (2003: 68) juga mengemukakan bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tungkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar menurut Imron (1996: 2) adalah “suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman”. Dan Crombach (Abdullah, 1983: 2) belajar adalah “shown by a change in behavior as a result of experience (tidak lain dari pada perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman)”. Sedangkan menurut Morgan (Abdullah: 1983) mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat/hasil dari pengalaman.

Dengan demikian kesulitan belajar adalah suatu kondisi atau tingkah laku yang mengalami hambatan dalam mencapai suatu perubahan baik berbentuk sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Dengan kata lain kesulitan belajar adalah kondisi tertentu yang mengalami hambatan untuk mengadakan penguasaan tertentu dalam batas-batas potensi yang dimiliki. Syah (2003: 117) mengemukakan kesulitan belajar adalah:
“Sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan itu mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Orang yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajarnya sehingga prestasi yang dicapainya berada di bawah yang semestinya.”
Jadi, dapat disimpulkan bahawa kesulitan belajar dalam arti luas adalah tidak hanya dapat ditandai dengan prestasi rendah, akan tetapi juga dapat ditandai dari tingkag laku dalam arti luas, seperti perbandingan prestasi belajar yang dicapai dengan tingkat kecerdasan, sikap, perbuatan-perbuatan dan tingkat kepuasan idividu yang belajar.

2. Gejala Kesulitan Belajar
Gejala kesulitan belajar akan dimanifestasikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai tingkah laku. Sesuai dengan pengertian kesulitan belajar di atas, tingkah laku yang dimanifestasikan ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu. Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek motoris, kognitif, konatif, dan afektif, baik dalam proses belajar maupun hasil belajar yang dicapainya.

Menurut Surya (Abdullah: 1983) beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain:
  1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok/kelasnya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
  2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
  3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.
  4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
  5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan PR, mengganggu dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam belajar, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama dan lain-lain.
  6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu seperti dalam menghadapi nilai rendah.
Adanya gejala kesulitan belajar yang dapat dikenal dari tidak terpenuhinya harapan-harapan yang dituntut oleh sekolah terhadap murid, baik harapan-harapan sebgai tujuan formal dari kurikulum maupun harapan-harapan guru dan kepala sekolah. Kesulitan belajar dapat ditandai pada anak-anak yang dianggap memiliki kemampuan potensial tinggi (kecerdasan tinggi), jika yang mereka capai hanya setingkat dengan teman-teman yang mempunyai potensi rata-rata. Mereka mencapai prestasi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan bila ditinjau dari kemampuannya yang dianggap tinggi.

3. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam (Syah: 2003), yakni:
1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan muncul dari dalam diri siswa sendiri.
  • Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
  • Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
  • Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).
2) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.
  • Lingkungan keluarga, contohnya: kertidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
  • Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh, dan teman sepermainan yang nakal.
  • Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Rujukan

Abdullah, Ambo Enre. 1983. Prinsip-Prinsip Layanan Bimbingan Belajar. Ujung Pandang: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT Pustaka Jaya.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syah, Muhibbin . 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Wardani. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdiknas.
Baca Lengkap....

Skripsi: Analisis Sektor Pariwisata dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

Skripsi Analisis Sektor Pariwisata dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional yang dilaksanakan bangsa Indonesia merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila sila ke lima. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam mengelola pembangunan daerah perlu ditunjang oleh beberapa sumber keuangan yang berasal dari daerah yang bersangkutan, kemudian diperlukan beberapa kebijakan keuangan yang ditempuh pemerintah untuk mengatur semua konsep pembangunan daerah tersebut.

Dengan berlakunya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, maka setiap daerah semakin dituntut untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan daerahnya melalui upaya peningkatan pendapatan asli daerahnya dengan memanfaatkan sumber-sumber penerimaan daerahnya dengan sebaik-baiknya. Adapun sumber-sumber penerimaan daerah menurut Undang-Undang ini meliputi: (1) Pendapatan Asli Daerah, (2) Dana Perimbangan, (3) Pinjaman Daerah, (4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

Kota Bulukumba sebagaimana daerah-daerah lainnya yang ada dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dituntut untuk berupaya menggali dan meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli daerahnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Singkat kata, adanya kewenangan yang dimilki ini memberikan konsekuensi adanya tuntutan peningkatan kemandirian daerah Sidik (2002). Untuk itu, pemerintah daerah seyogyanya lebih berkonsentrasi pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal, melakukan alokasi yang lebih efisien pada berbagai potensi lokal yang sesuai dengan kebutuhan publik. Lin dan Liu (2000); Mardiasmo (2002); Wong (2004). Peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal lebih cepat terwujud dan pada gilirannya dapat meningkatkan kinerja (kemampuan) keuangan daerah. Hal ini berarti, idealnya pelaksanaan otonomi daerah harus mampu mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat, daerah menjadi lebih mandiri, yang salah satunya diindikasikan dengan meningkatnya kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) dalam hal pembiayaan daerah.Adi (2007).

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul: “Analisis Sektor Pariwisata dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bulukumba Periode 2000-2009”

Untuk versi lengkap, silahkan download melalui link di bawah.


Download via Mega

Download via Mediafire
Baca Lengkap....

Skripsi: Analisis Frustasi Tokoh Utama Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu (Sebuah Kajian Psikologis)

Skripsi: Analisis Frustasi Tokoh Utama Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu (Sebuah Kajian Psikologis)

novel-djenar-maesa-ayu-nayla
Nayla karya Djenar Maesa Ayu

Nayla karya Djenar Maesa Ayu

Sinopsis Cerita:
Sejak Nayla berumur 2 tahun ayah dan ibunya bercerai. Kemudian, Nayla dibesarkan oleh ibu. Cara didikan ibu sangat keras dan kejam. Nayla dilarang untuk mencari siapa ayahnya. Namun, diam-diam Nayla menyelidiki dan mencari siapa ayahnya. Pada suatu saat ia bertemu dengan ayahnya yang ternyata telah beristri lagi. Sejak itu, Nayla sering ke tempat ayahnya. Perbuatan ini diketahui oleh ibu. Akibatnya, ibu marah besar kepada Nayla dan mengusirnya. Namun, pertemuan Nayla dengan ayah hanya sebentar. Ayahnya meninggal dunia.

Sejak kematian ayahnya, Nayla sedikit mengalami perubahan. Ia frustrasi dan kecewa, seperti membolos dan suka tertawa-tawa sendiri. Keganjilan ini diketahui oleh ibu tirinya. Kemudian, Nayla dituduh pengguna Narkoba. Dengan akal licik ibu tirinya dan meminta izin dengan ibu kandungnya, Nayla dijebloskan ke rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Nayla tak tahan dengan usaha keras ia bisa kabur dari tempat itu bersama-sama dengan temannya. Nayla tidak pulang ke rumah ia numpang ke tempat temannya. Ia mulai belajar hidup mandiri. Ia mulai pekerjaan apa saja, seperti merampok dan mencuri. Akhirnya, ia dan teman-temannya ditangkap polisi.

Hidup Nayla tidak tentu arah. Ia tidur di terminal. Ia melamar pekerjaan dan diterima sebagai penata lampu di sebuah nite club atau diskotek. Ia mulai belajar hidup mandiri. Menyewa rumah sendiri dan memenuhi keperluan sehari-hari.

Di tempat itu (diskotek) ia mulai mengenal rokok dan minuman. Hidupnya semakin bebas, mulai dari cara berpakaian, berdandan, dan bergaul. Berbagai konflik mulai muncul pada dirinya, baik pertentangan terhadap dirinya sendiri maupun reaksi lingkungan sekitarnya. Misalnya, ia putus dengan pacarnya, berpisah dengan ibunya, teman wanitanya, sampai ia berubah profesi menjadi penulis. Di dalam diri tokoh kadang-kadang timbul persepsi negatif tentang makna kehidupan. Berkat kegigihannya, akhirnya Nayla sukses menjadi pengarang.

Untuk download skripsi dalam format PDF, silahkan download melalui link di bawah.


Download via Google Drive

Download via Mediafire
Baca Lengkap....

Skripsi: Analisis Kelayakan Investasi Pengadaan Aset Tetap

ABSTRAK

Fitri Amalia Bahali, 105730394312. 2016. Analisis Kelayakan Investasi Pengadaan Aset Tetap Pada PT Bumi Sarana Beton di Makassar. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammdaiyah Makassar. Pembimbing : Jamaluddin dan Linda Arisanty Razak.

Skripsi Analisis Kelayakan Investasi Pengadaan Aset Tetap

Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Analisis kelayakan investasi merupakan penelitian terhadap rencana investasi pengadaan peralatan yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak investasi tersebut, tetapi juga pada saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji apakah suatu investasi dapat dikatakan layak atau tidak layak.

Data yang digunakan adalah data kuantitatif berdasarkan laporan keuangan PT Bumi Sarana Beton tahun 2012 sampai 2014. Tehnik analisis yang digunakan adalah Net Present Value dan Payback Period.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa rencana investasi PT.Bumi Sarana Beton di Makassar layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan Metode Net Present Value bahwa investasi yang dilakukan perusahaan dinilai layak. Metode Payback Period menunjukan 8,5 tahun, sedangkan umur investasi adalah 3 tahun, sehingga investasi layak karena Payback Period lebih pendek dari umur investasi.

Kata Kunci : Kelayakan inevstasi, Net Present Value (NPV), Payback Period (PP).


Untuk download skripsi dalam format PDF, silahkan download melalui link di bawah.


Download via Google Drive

Download via Mediafire
Baca Lengkap....