"San Carlo Honda Gresini" Marco Simoncelli Meninggal

Sebuah kabar buruk menyelimuti ajang MotoGP Malaysia yang berlangsung di sirkuit Sepang, hari minggu kemarin. Pebalap tim Gresini Honda, Marco Simoncelli, meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan yang cukup hebat.

Tabrakan yang melibatkan AS Colin Edwards, Italia Valentino Rossi. Kabar tersebut berasal dari Breakingnews.com sesaat setelah balapan dihentikan. Seperti yang kita ketahui, simoncelli terlibat kecelakaan keras dengan Colin Edward dan Valentino Rossi Minggu Petang Waktu Malaysia.

Dalam tayangan ulang terlihat ketika Simoncelli bertarung melawan Alvaro Bautista di tikungan untuk memperebutkan posisi empat di lap kedua, pebalap dari tim Gresini Honda ini kehilangan kontrol motornya saat di tikungan dan akhirnya menabrak Edwards dan Rossi.

Sewaktu terjadinya insiden tersebut, Simoncelli yang terjatuh terlihat tergeletak pingsan di lintasan balap. Selain itu, helm yang dipergunakan oleh Simoncelli tampak terlepas dari kepalanya sehingga membuat balapan harus dihentikan.


Sementara Edwards yang juga terlibat dalam insiden tersebut juga dikabarkan menderita cedera bahu, sedangkan Rossi tidak menderita cedera dan mampu untuk melanjutkan balapan.

Penyelenggara balapan akhirnya secara resmi memutuskan untuk membatalkan balapan MotoGP Malaysia setelah mendapat keterangan dari tim medis yang menyatakan bahwa meskipun Simoncelli sempat sadar, tapi kini kondisinya semakin kritis akibat insiden tersebut.

Meskipun sudah mendapatkan penanganan medis, Simoncelli, pebalap berusia 24 tahun ini, akhirnya tidak bisa bertahan dan meninggal dunia karena luka parah di bagian kepala, leher dan dada..
Valentino Rossi yang diwawancarai memberi penghormatan pada Marco Simoncelli. Baginya, Simoncelli sudah seperti adiknya sendiri.

Rossi yang saat itu berada di dekat Edwards juga terlibat dalam insiden tersebut. Tapi The Doctor tak sampai terjatuh karena bisa mengendalikan tunggangannya meski harus keluar jauh dari lintasan.

Pagi tadi waktu Malaysia, Rossi membuat pernyataan terkait kematian Super Sic di akun Twitter-nya. Ia menganggap Simoncelli seperti adiknya.

"Bagiku Sic seperti adik. Sangat kuat di trek dan sangat manis di kehidupan normal. Aku akan sangat merindukannya."

Berikut adalah video-video saat kecelakaan Simoncelly.










Di bawah ini adalah foto-foto saat kecelakaan:





Sumber Video: http://otomotif.sportku.com/berita/otomotif/sport/motogp
Baca Lengkap....

Sekilas Tentang WS Rendra

Rendra (Willibrordus Surendra Bawana Rendra) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967. Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, kemudian ia mendirikan Bengkel Teater Rendra di Depok, pada bulan Oktober 1985. Semenjak masa kuliah ia sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah.

Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya.

Biodata:
ws-rendra
Nama Lengkap: Willibrordus Surendra Broto Rendra.
Lahir: Solo, 7 Nopember 1935.
Agama: Islam.
Istri: Ken Zuraida.

Pendidikan:
 SMA St. Josef, Solo
 Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
 American Academy of Dramatical Art, New York, USA (1967)

Karya-Karya

Drama:
 Orang-orang di Tikungan Jalan
 SEKDA dan Mastodon dan Burung Kondor
 Oedipus Rex
 Kasidah Barzanji
 Perang Troya tidak Akan Meletus
 Dll

Sajak/Puisi:
 Jangan Takut Ibu
 Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
 Empat Kumpulan Sajak
 Rick dari Corona
 Potret Pembangunan Dalam Puisi
 Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
 Pesan Pencopet kepada Pacarnya
 Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
 Perjuangan Suku Naga
 Blues untuk Bonnie
 Pamphleten van een Dichter
 State of Emergency
 Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
 Mencari Bapak
 Rumpun Alang-alang
 Surat Cinta
 Dll

Kegiatan lain: Anggota Persilatan PGB Bangau Putih


Penghargaan:
 Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (1957)\
 Anugerah Seni dari Departemen P & K (1969)
 Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (1975)
Baca Lengkap....

Ubah Tampilan Facebook yang Baru

Beberapa hari yang lalu, salah seorang teman langsung kaget melihat tampilan FB-nya yang tidak seperti biasanya. Karena penasaran, saya mencoba mencari tahu ada apa dengan tampilan Facebooknya sehingga menjadi seperti itu. Awalnya, saya mengira kalau itu terjadi karena Stylis pada browser di komputer saya. Saya mencoba membuka akun Facebook saya di komputer yang sama dan tampilan Facebook milik saya tidak berubah. Tiga hari setelah itu, saya menemukan sebuah artikel yang juga mengalami hal yang sama (tampilan Facebook yang baru). Menurutnya, penyebabnya adalah Facebook Timeline. Dengan mengaktifkan fitur tersebut, kita akan mempunyai tampilan Facebook yang menurut saya sangat cantik.

Keunikan tampilan baru Facebook ini adalah kita bisa menggunakan salah satu foto kita sebagai sampul bagian atas profil Anda (Anda bisa lihat gambar paling bawah). Setiap aktivitas terbaru dari semua teman Anda bisa dilihat langsung di bagian kanan atas dari daftar teman Anda yang Online. Ini akan memudahkan untuk menyukai, mengomentari, dan membaca status dan pemberitahuan.

Nah, kalau ada yang berminat mencobanya, silahkan aktifkan Facebook Timeline Anda dengan mengikuti langkah berikut:
  1. Silahkan buka https://developers.facebook.com/apps.
  2. Buat Aplikasi baru dan isi tab yang terbuka (App Display Name dan App Namespace) sesuai keinginan Anda.
  3. Beri tanda centang pada I agree to the Platform Privacy Policy. Klik Lanjutkan. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar di bawah.

  4. Pastikan Anda berada dalam halaman pengaturan utama aplikasi baru Anda. Anda harus melihat nama aplikasi Anda di bagian atas halaman untuk memastikannya.
  5. Klik Open Graph.
  6. Silahkan test aplikasi Anda dengan mengisi kolom kosong seperti yg ada pada gambar di bawah.

  7. Klik Mulai. Anda akan dibawa ke halaman seperti di bawah ini.

  8. Silahkan scroll ke bawah dan klik Save Changes and Next.
  9. Kembali ke halaman facebook Anda. Di sana akan terlihat info seperti gambar di bawah.

  10. Klik Gunakan Sekarang. Ikuti langkah-langkah selanjutnya lalu klik Publish.
  11. Selesai dan lihat tampilan baru Facebook Anda. Terlihat seperti di bawah ini. Cantik kan???



Untuk melihat artikel dalam bahasa Inggris, silahkan menuju ke
http://techcrunch.com/2011/09/22/how-to-enable-facebook-timeline/
Baca Lengkap....

Bentuk Hubungan Logis dalam Bahasa Indonesia

A. Pengertian Bentuk Hubungan Logis

Bentuk hubungan logis merupakan satuan gambaran cirri semantic kata-kata pembentuk kalimat yang dapat membuahkan kesimpulan secara logis serta mengandung nilai kebenaran secara analitis.

B. Bentuk Hubungan Logis dalam Perspektif Kajian Semantik

Menurut Davidson pada tataran pertama bahasa disikapi sebagai “standard logic” atau sebagai gejala yang mengandung kaidah hubungan logis. Bahasa pada tataran tersebut didudukan sebagai “formal language” atau bahasa yang diformulasikan pengaji sesuai dengan norma yang digunakan. Bahasa yang diformalisasikan pengkaji sesuai dengan gambaran bentuk hubungan logisnya pengkaji melakukan pemberian karakteristik bentuk logisnya dengan mendasarkan pada karakteristik hubungan semantisnya.

Sebagai obyek kajian hubungan logis, bahasa yang didudukan dalam konteks “standard formal language” dengan demikian adalah bahasa yang telah diidealisasikan. Selain itu, sesuai dengan kedudukan kalimat-kalimat itu sebagai “formal language” pengkaji dapat saja memodifikasi lambing kebahasaan itu ke lambing logika simbolik. Meskipun demikian, dari adanya pemertalian “standard formal language” dengan bahasa natural, menunjukkan bahwa formal language bukanlah jenis bahasa yang disusun secara “fiktif”, melainkan bahasa yang memiliki pertalian dengan pengalaman keseharian. Dengan kata lain, formal language adalah bahasa keseharian yang diidealisasikan, diformalisasikan.

Betolak dai wawasan Montague, dan Thomason dapat dikemukakan bahwa tugas utama semantic adalah melakukan studi tentang hubungan antara ekspresi (=wujud formal proposisi) yang satu dengan yang lain dalam kaitannya dalam dunia acuan sebagai nonlinguistic subject matter. Dalam pembahasan ini studi tentang hubungan antara bentuk ekspresi dengan dunia acuan selain dikaji lewat pembahasan hubungan dengan unsure referensial atau kongkretum dalam kalimat dihubungkan dengan dunia acuan, juga dihubungkan dengan kajian tentang antara nilai kebenaran dalam suatu proposisi ditinjau dari cirri bentuk hubungan logisnya dihubungkan dengan dunia acuan.

Kaidah hubungan logis yang dihubungkan dengan indeks maupun signifikan, nilai kebenarannya berkaitan dengan kebenaran analitis. dalam hal demikian, antara kebenaran secara logis dengan kebenaran secaa analitis akhirnya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. keeatan hubungan demikian juga ditunjukkan oleh keeratan hubungan antara kebenaran dengan kebermaknaan. Dalam kajian Semantik sebutan bentuk hubungan logis selain dihubungkan dengan bentuk hubungan logis makna kata-kata dalam kalimat, makna kata-kata dalam hubungan antara kalimat juga dihubungkan dengan inferensi atau pengambilan kesimpulan secara logis.

Dalam logika simbolik, sebutan logika lazim dihubungkan dengan logika proposional, dan logika kuantifikasional. Permasalahannya secara umum meliputi (i) spesifikasi bentuk hubungan logis sesuai dengan perakit yang digunakan, (ii) spesifikasi cirri hubungan antara anteseden dengan konsekuen, dan (iii) kaidah pembuahan inferensi sahih (valid inferences) dari argument dan pedikator dalam proposisi yang berbeda, dan (iv) permasalahan menyangkut kuantifikasi. Dalam kajian semantic, hasil kajian logika simbolik tersebut dijadikan salah satu dasar penafsiran system kaidah hubungan logis dalam bahasa natural.

C. Pemilihan Bentuk Hubungan Logis dalam Kalimat

  1. Bentuk hubungan analitis
    Sebutan analitis dalam studi makna berhubungan dengan dua hal. Pertama, sebutan analitis menyangkut “nilai kebenaan secara analitis”. Kedua, istilah analitis sebagai salah satu bentuk hubungan logis. Ditinjau dari terdapatnya cirri kebenaran secara analitis, semua relasi makna yang memiliki nilai kebenaran berdasarkan “criteria analitis” dapat disebut berbentuk analitis.
  2. Bentuk hubungan simetris
    Dalam hubungan secara simetris, argument-argumen dalam kalimat salain mengarahkan karena predikator yang berlaku bagi argument 1 juga berlaku bagi argument 2. sebaliknya predicator yang berlaku bagi argument 2 juga berlaku bagi argument 1. Dari terdapatnya keharusan cirri demikian, ditinjau dari prinsip kalkulus predikat kalimat yang mengandung hubungan simetris adalah kalimat yang ditinjau dari predikatornya mengharuskan adanya dua argument atau lebih.
  3. Bentuk hubungan refleksif
    Bentuk hubungan logis disebut hubungan refleksif apabila relasi makna dalam kalimat penjelasan yang diberikan pada argument merefleksikan cirri lain pada argument itu sendiri.
  4. Bentuk hubungan transitif
    Relasi makna dalam kalimat disebut mengandung hubungan transitif apabila cirri hubungan argument x dan y, dan hubungan argument y dan z secara logis juga menentukan hubungan argument x dan z.
  5. Bentuk hubungan Kontradiksi
    Hubungan kontradiksi dapat diartikan sebagai hubungan kata-kata dalam suatu proposes yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian atau bersifat kontradiktif. Sebagaimana bentuk hubungan logis yang lain, bentuk hubungan kontradiksi dapat memberikan spesifikasi cirri hubungan unsure-unsur pembentuk proposisi. proposisi tersebut selain dapat berupa proposisi sederhana yang terdiri atas sebuah argument dan sebuah predicator, dapat juga berupa proposisi kompleks.

D. Ciri Bentuk Hubungan Logis dalam Kalimat Bahasa Indonesia

  1. Hubungan analisis dalam kalimat bahasa Indonesia
    Ditandai oleh adanya (i) (A) yang dijelaskan, dan (B) ungkaian yang berisi penjelasan, (ii) kemampuan urutan (A) (B) dinyatakan dalam urutan (B) (A) tanpa mengubah proposisinya, (iii) nilai kebenaran hubungan (A) dan (B) dapat ditentukan berdasarkan identifikasi cirri semantic, dan signifikan secara logis.

    Contoh:
    Durian adalah jenis buah-buahan yang kulitnya berduri.
    (A) = durian
    (B) = jenis buah-buahan yang kulitnya berduri

    Kaidah hubungan logis pada jenis tautologies yaitu relasi makna ditentukan memiliki hubungan tautologies apabila unsure-unsur pembentuk relasi makna itu saling menjelaskan karena beberapa cirri yang dimiliki unsure yang lain.
  2. Hubungan simetris dalam kalimat bahasa Indonesia
    Ditandai oleh adanya (i) ungkaian-ungkaian pembentuk proposisi yang nilai kebenarannya saling mengarahkan, (ii) kehadiran ungkaian yang satu secaa logis dapat menyertakan kehadiran ungkaian yang lain, dan (iii) dalam sebuah kalimat, salah satu ungkaian pembentuk proposisinya memiliki kemungkinan dihilangkan.

    Contoh:
    Ari suami Vivi, Vivi istri Ari

    Kalimat tersebut antara ungkaian yang satu dengan yang lain saling mengarahkan. Ungkaian (P) Ari suami Vivi nilai kebenarannya ditentukan oleh ungkaian (Q) Vivi istri Ari, atau sebaliknya.
    Kaidah hubungan simetris yaitu relasi makna ditentukan memiliki hubungan simetris apabila beberapa cirri pada (P) sebagai salah satu ungkaian pembentuk proposisinya nilai kebenarannya ditentukan oleh ungkaian (Q), sehingga kehadiran ungkaian (P)/(Q) secara logis sudah menyertakan kehadiran ungkaian (Q)/(P).
  3. Hubungan refleksif dalam kalimat bahasa Indonesia
    Ditandai oleh adanya (i) dua predikat atau penjelmaan pada referan yang sama, (ii) kedua penjelasan itu saling merefleksikan cirri referan yang diacu, (iii) refleksi penjelasan pertama secara logis menentukan refleksi penjelasan kedua atau sebaliknya.

    Contoh:
    Bobot tubuh Tya sama dengan berat badan Tya

    Kalimat tersebut mengandaikan adanya signifikasi logis : referensi x pada “bobot Tya” sebagai (P) = “bobot” Tya, adalah juga (P) = “berat badan” Tya. Sebab itulah penjelasan menyangkut (A) Tya, ada sebagai PAP.

    Kaidah hubungan secara refleksif yaitu relasi makna ditentukan memiliki hubungan refleksif apabila cirri x yang satu merefleksikan/direfleksikan cirri x lain yang mengacu pada referan yang sama.
  4. Hubungan transitif dalam kalimat bahasa Indonesia
    Ditandai oleh adanya (i) tiga ungkaian yang salah satunya dapat dibuahkan berdasarkan pada signifikasi secara logis, (ii) berlakunya nilai pada hubungan ungkaian pertama dengan ungkaian kedua pada ungkaian ketiga sehingga nilai ungkaian ketiga nilai kebenarannya dapat dihubungkan dengan ungkaian pertama, dan (iii) dalam sebuah kalimat, ungkaian ketiga sebagai ungkaian yang dibuahkan berdasakan signifikasi logis kehadirannya secara tidak langsung sudah termban dalam ungkaian pertama, dan ungkaian kedua.

    Contoh:
    Tya lebih gemuk dari pada Dipta. Dipta lebih gemuk dari pada Novan. Dengan demikian, Tya lebih gemuk dari pada Novan.

    Merujuk pada kalimat di atas, mengandaikan Tya = X, lebih gemuk = P, Dipta = Y, dan Novan = Z, nilai yang ada pada XPY, dan YPZ, secara logis membuahkan nilai yang berlaku bagi XPZ.
    Kaidah hubungan secara transitif yaitu relasi makna ditentukan memiliki hubungan transifitas apabila perbandingan argument x dengan argumen y, antara y dengan z, secaa logis berlaku bagi pebandingan antara x dengan z.
  5. Hubungan kontradiksi dalam kalimat bahasa Indonesia
    Ditandai oleh adanya (i) ketidaksesuaian hubungan makna kata-kata, sehingga hubungan makna kata-kata sebagai pembentuk satuan proposisinya bersifat kontradiktif, dan (ii) proposisi yang dikandungnya memiliki kesalahan.

    Contoh:
    Ia orang kaya yang miskin.

    Kalimat tesebut, antara lain dibentuk oleh kata (A) kaya, dan (B) miskin. Representasi makna (A) dan (B) mengandung ketidaksesuaian relasi makna. Sebab itu proposisi yang dikandungnya dapat ditentukan mengandung kesalahan.

Kaidah hubungan secara kontradiktif yaitu relasi makna ditentukan memiliki hubungan kontradiksi apabila dalam satuanproposisinya mengandung x dan bukan x.
Baca Lengkap....

Apresiasi Sastra (Pengantar)

1. Pengertian

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita mendengar istilah apresiasi. Barangkali dalam benak kita muncul pertanyaan: apa itu apresiasi? Istilah apresiasi muncul dari kata appreciate (Ing), yang berarti menghargai. Sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan untuk menghargai sastra. Namun, dalam perkembangan berikutnya pengertian apresiasi sastra semakin luas. Banyak tokoh mencoba memberikan batasan tentang apresiasi sastra. S. Effendi memberikan batasan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pada cipta sastra tersebut. Sedangkan tokoh lain, Yus Rusyana mendefinisikan apresiasi sastra sebagai pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai karya satra, dan kegairahan serta kenikmatan yang timbul sebagai akibat dari semua itu.

Dua batasan yang dikemukakan oleh dua tokoh di atas pada prinsipnya tidak saling bertentangan, tetapi justru saling melengkapi. Perbedaan yang tampak hanyalah terletak pada penggunaan istilah saja. Lepas dari perbedaan istilah yang dipakai oleh dua tokoh tersebut, pada intinya kegiatan apresiasi sastra didasari oleh pengertian bahwa karya sastra itu indah dan bermanfaat (dulce et utile). Dengan kata lain, di dalam karya sastra terkandung nilai-nilai hidup. Untuk itu, apresiasi sastra bertujuan mengasah sikap peka terhadap persoalan hidup, mempertebal nilai moral dan nilai estetis dalam diri . Untuk dapat memahami dan memperoleh nilai-nilai dalam karya sastra, tidak ada cara lain kecuali membaca, bergaul, dan mengakrabi karya sastra itu sendiri.

Istilah Apresiasi berasal dari bahasa latin Apreciation yang berarti “mengindahkan”. Dalam konteks yang lebih luas itilah apresiasi menurut Gove dalam Aminuddin (1987:34) mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan, dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan Taba dalam Aminuddin (1987:35) berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni (1) aspek kognitif, berkaitan dengan keterlibatan unsur intelek pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur kesusastraan yang bersifat objektif (2) aspek emotif, berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca (3) aspek evaluatif, berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik buruk, indah tidak indah, sesuai tidak sesuai serta segala ragam penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca.

Sejalan dengan rumusan pengertian apresiasi di atas, Effendi (1973:33) mengungkapkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan pikiran yang baik terhadap karya sastra. Dari pendapat itu juga disimpulkan bahwa kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu memuaskan rohaniahnya.

Sehubungan dengan masalah di atas, Djunaedi (1992:2-4) menyebutkan tingkat penerimaan seseorang terhadap karya sastra (novel) ada empat, yaitu : (1) Tingkat reseftif adalah tahap penerimaan menurut apa adanya (2) Tingkat reaktif adalah tahap pemberian reaksi terhadap kehadiran sebuah karya sastra (3) Tingkat produktif adalah tahap pemberian reaksi terhadap karya sastra yang dibacanya (dinikmati) dan sekaligus dapat memproduksi dan menelaah karya sastra tersebut (4) Tingkat implementatif adalah tahap memahami, mengevaluasi dan memproduksi sastra, serta dapat mewujudkan kebenaran yang diperolehnya dari bacaan sastra dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tingkatan-Tingkatan dalam Apresiasi Sastra

Mengingat tujuan apresiasi sastra sebagaimana telah diuraikan di atas adalah untuk mempertajam kepekaan terhadap persoalan hidup, membekali diri dengan pengalaman-pengalaman rohani, mempertebal nilai moral dan estetis; maka tingkatan dalam apresiasi sastra diukur dari tingkat keterlibatan batin apresiator. Untuk dapat mengetahui tingkat keterlibatan batin, seorang apresiator harus memiliki “patos”. Istilah “patos” berasal dari kata ‘patere’ (Latin) yang berarti ‘merasa’. Dengan kata lain, untuk dapat mencapai tingkatan-tingkatan dalam apresiasi, seorang apresiator harus dapat membuka rasa.

Tingkatan pertama dalam apresiasi sastra adalah “simpati”. Pada tingkatan ini batin apresiator tergetar sehingga muncul keinginan untuk memberikan perhatian terhadap karya sastra yang dibaca/digauli/diakrabinya. Jika kita membaca karya sastra kemudian mulai muncul perasaan senang terhasdap karya sastra tersebut, berarti kita sudah mulai masuk ke tahap pertama dalam apresiasi sastra, yaitu simpati.

Tingkatan kedua dalam apresiasi sastra adalah ‘empati’ Pada tingkatan ini batin apresiator mulai bisa ikut merasakan dan terlibat dengan isi dalam karya sastra itu. Dengan kata lain, jika kita membaca prosa cerita, kemudian kita bisa ikut merasakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita tersebut, berarti tingkat apresiasi sastra kita sudah sampai pada tingkat kedua, yaitu empati.
Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi dalam apresiasi sastra adalah ‘refleksi diri’. Pada tingkatan ini, seorang apresiator tidak hanya sekedar tergetar (simpati), atau dapat merasakan (empati) saja, tetapi dapat melakukan refleksi diri atas nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra itu. Dengan kata lain, pada tingkat ketiga ini seorang apresiator dapat memetik nilai-nilai karya sastra sebagai sarana untuk berrefleksi, bercermin diri.

3. Pentahapan dalam Kegiatan Apresiasi Sastra

Jika di atas telah diuraikan tentang tingkatan-tingkatan dalam apresiasi sastra yang didasarkan pada keterlibatan batin apresiator, berikut ini akan dipaparkan tahapan-tahapan dalam kegiatan apresiasi sastra. Pentahapan dalam kegiatan apresiasi sastra ini dilihat dari apa yang dilakukan oleh apresiator.

Pada tahap pertama, seorang apresiator membiarkan pikirannya, perasaan dan daya khayalnya mengembara sebebas mungkin mengikuti apa yang dimaui oleh pengarang karya sastra yang dibacanya. Pada tahap ini apresiator belum mengambil sikap kritis terhadap karya sastra yang dibacanya.
Pada tahap kedua, seorang apresiator menghadapi karya sastra secara intelektual. Ia menanggalkan perasaan dan daya khayalnya, dan berusaha memahami karya sastra tersebut dengan cara menyelidiki karya sastra dari unsur-unsur pembentuknya. Ini berarti, apresiator memandang karya sastra sebagai suatu struktur. Pada tahapan ini, penyelidikan unsur-unsur karya sastra oleh apresiator dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada karya sastra itu.

Pada tahap ketiga, apresiator memandang karya sastra dalam kerangka historisnya. Artinya, ia memandang karya sastra sebagai pribadi yang mempunyai ruang dan waktu. Dalam pandanganya, tidak ada karya sastra yang tidak diciptakan dalam ruang dan waktu tertentu. Dengan kata lain, pada tahapan ini seorang apresiator mencoba memahami karya sastra dari unsur sosial budaya, situasi pengarang, dan segala hal yang melatarbelakangi karya sastra itu diciptakan.

Lalu, bagaimana sikap apresiator yang baik? Apresiator yang baik adalah apresiator yang dapat menerapkan ketiga tahapan tersebut secara padu, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra itu benar-benar ia pahami dengan membiarkan perasaannya, mencoba menyelidiki unsur-unsurnya, dan berusaha pula memahami situasi sosial budaya saat karya sastra tersebut diciptakan.
Baca Lengkap....

Mencari File yang Tersembunyi/Hidden

Saya ingin berbagi pengetahuan untuk Anda yang belum mengetahui Tips Komputer yang saya dapat dari pengalaman selama memiliki komputer. Postingan kali ini akan membahas tentang cara melihat file yang tersembunyi/terhidden.

Adakalanya, beberapa file yang ada di PC Anda tiba-tiba menghilang atau terhidden oleh virus. Virus saat ini yang paling sering muncul adalah virus shortcut, smadav85, waver band, dan recycler. Virus ini memang tidak berbahaya, tapi akan membuat kita pusing jika kasusnya seperti yang saya sebutkan tadi.

Demikian juga pada FLASHDISC, virus ini sering juga muncul dan akan cepat menyebar ke dalam komputer Anda jika tidak langsung diatasi. Virus ini secara otomatis akan meng-hidden file dan folder yang ada di dalamnya dan menggantinya dengan shortcut.

Kadang ada yang mengira kalau data yang ada di dalam FD tersebut hilang atau terhapus padahal sebenarnya tidak demikian. Hanya saja disembunyikan/terhidden oleh virus. Yang saya tahu kalau sudah terlalu lama virus ini hidup, komputer Anda terkadang akan menjadi lambat loading atau juga akan mempengaruhi Windows Anda.

Nah, saya akan berbagi tips dan solusi jika Anda mengalami hal ini. Berikut langkah-langkahnya:
  1. Silahkan buka explore dengan mengklik kanan tombol Star.
  2. Pilih menu Tools pada bagian atas kiri Explore.
  3. Klik Folder Option dan akan terbuka seperti gambar di bawah.
  4. Klik View dan hilangkan tanda Centang seperti yang saya tandai pada gambar di atas.
  5. Jika muncul pesan seperti gambar di bawah, klik saja Yes lalu klik OK.
  6. Selesai. Silahkan lihat pada lokasi file Anda yang tersembunyi.

Itulah caranya. Kalau mau yang lebih simpel lagi, langsung saja Scan menggunakan Anti Virus SMADAV lalu klik Fix All. File yang terhidden akan segera Muncul.

Selamat mencoba.
Baca Lengkap....

Keuniversalan Bahasa

Karena anak dapat memperoleh bahasa apapun, maka pastilah ada sesuatu yang mengikat bahasa-bahasa ini secara bersama ada sesuatu yang bersifat universal. Tanpa sifat ini mustahillah manusia dari berbagai latarbelakang yang berbeda-beda dapat memperoleh bahasa yang disajikan kepadanya. Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa jauh keuniversalan ini ada pada bahasa. Dalam hal ini terdapat perbedaan pandangan di antara para ahli bahasa. Greenberg (1963), yang boleh dikatakan sebagai pelopor pertama dalam bidang ini, bertitik tolak dari penelitian terhadap banyak bahasa dan dari bahasa-bahasa ini dia simpulkan secara indukif ihwal-ihwal pada bahasa yang terdapat pada bahasa-bahasa tersebut.

Berdasarkan gradasi seperti ini Comrie (1989 :15-23) membagi keuniversalan bahasa menjadi dua kelompok besar yakni keuniversalan solute dan keuniversalan tendensius. Dengan memperhatikan gejala implikasional maka menurut Comrie ada 4 kelompok:

1. Keuniversalan absolute non implikasional
Dalam kelompok ini tidak ada pengecualian.
Contoh : Semuabahasa memiliki bunyi vokal ; bahasa manapun didunia ini menggabungkan bunyi untuk membetuk sukukata atau kata.

2. Keuniversalan absolute implikasional
Contoh : bila suatu bahasa mempunyai refleks persona pertama/kedua, maka bahasa ini mempunyai pula refleks persona ketiga; bilasuatu bahasa mempunyai bunyi hambat Velar, bahasa tersebut mempunyai bunyi hambat bilabial.

3. Keuniversalan tendensius non implikasional
Contoh : hamper semua bahasa memiliki konsonan nasal.

4. Keuniversalan tendensius implikasional
Contoh : Bila suatu bahasa mempunyai suatu urutan dasar SOV, maka kemungkinannya adalah bahwa bahasa ini memiliki urutan posposisi; bila suatu bahas memiliki urutan dasar SVO, maka kemungkinannya adalah bahwa bahasa tadi memakai preposisi.
Baca Lengkap....

Sekilas Tentang HAMKA

hamka
A. Riwayat Hidup HAMKA
Haji Abdul Karim bin Abdul Malik Amrullah atau HAMKA, adalah salah satu ulama besar yang pernah dimiliki oleh Ummat Islam Indonesia. Ia adalah seorang pelopor gerakan tajdid di daerah kelahirannya Minangkabau dan kental dengan didikan Islam yang ditimbanya di Sumatera Thawalib, yaitu sekolah beraliran pembaruan yang didirikan oleh ayahnya, Abdul Malik Amrullah. Di kemudian hari ia juga dikenal sebagai salah satu intelektual dan aktivis Islam yang disegani dan bergelar Doktor meski ia sendiri tidak banyak sekolah di sekolah formal. Berikut ini adalah salah satu buku yang memperbincangkan tenang pendidikan Islam versi HAMKA yang diterbitkan dalam rangka 100 tahun kelahirannya.

HAMKA lahir di Sungai Batang, Maninjau, Sumatera Barat pada Ahad 16 Februari 1908 dari keluarga yang taan beragama. Ayahnya adalah Abdul Karim Amrullah, atau sering disebut Haji rasul, seorang ulama yang pernah mendalami Islam di Mekakkah dan pelopor kaum mudo dan tokoh Muhammadiyah Minangkabau. Sementara ibunya bernama Siti Shafiyah Tandjung. Dari geneologis ini dapat diketahui, bahwa ia berasal dari keturunan yang taat beragama dan memiliki hubungan dengan generasi pembaru Islam di Minangkabau pada akhir abad XVIII dan awal abad XIX. HAMKA lahir dari struktur masyarakat matrilineal, yaitu masyarakat yang justru menempatkan posisi laki-laki yang tidak begitu strategis dibanding posisi perempuan yang sangat dominan.

Sejak kecil, HAMKA menerima dasar-dasar agama dan belajar membaca Al-Quran dari ayahnya. Ketika usia 6 tahun, ia dibawa ayahnya ke Padangpanjang. Usia 7 tahun masuk ke sekolah, meski akhirnya ia keluar dari sekolah itu setelah 3 tahun belajar, dan malah belajar mengaji dengan ayahnya sampai khatam. Sejak kecil, ia senang nonton film. Bahkan karena hobinya ini, ia pernah diam-diam ‘mengicuh’ guru ngajinya karena ingin menonton Film Eddie Polo dan Marie Walcamp. Kebiasaan menonton film ini berlanjut terus, dan kerapkali ia mendapat inspirasi menulis karya-karya sastra dari menonton film ini.

Tatkala berusia 12 tahun, kedua orang-tuanya bercerai. Perceraian orangtuanya ini merupakan pengalaman pahit yang dialaminya. Tak heran jika pada fatwa-fatwanya, ia sangat menentang tradisi kaum laki-laki Minangkabau yang kawin lebih dari satu. Sebab bisa merusak ikatan keharmo-nisan rumah tangga. Dalam adat Minang-kabau waktu itu, memiliki istri lebih dari satu adalah kebanggaan bagi keluarga pihak laki-laki. Seorang perempuan (istri) tidak akan khawatir menjadi janda dua atau tiga kali karena diceraikan suami. Sebab, tidaklah sulit baginya karena semua anak-anaknya telah dijamin oleh harta pusaka rendah dan menjadi tanggungjawab mamak-mamaknya (saudara laki-laki dari pihak perempuan). Demikian juga dengan H. Abdul Karim Amrullah, sebagai seorang ulama yang memiliki status sosial tinggi, meski per-ceraian yang dilakukannya akibat perse-lisihan yang ada campur tangan pihak keluarga, perceraian ini mengakibatkan HAMKA kehilangan kasih saying sebagaimana mestinya. Akhirnya HAMKA kecil harus menjadi anak tinggal dan dipandang ‘hina’ karena tidak memiliki saudara perempuan di kampung dan tidak memiliki keluarga utuh dan lengkap, sebab 10 bulan kemudian ibunya menikah lagi dengan seorang saudagar dari tanah Deli dan adiknya ikut bersama mereka.

Kondisi ini pula yang ikut menyebabkan kerenggangan tali kekeluargaan dengan pihak orangtuanya. Untuk sementara, ia tinggal bersama ayahnya di Padangpanjang. Akan tetapi, karena karena seringnya mendapat cemoohan dari keluarga ayahnya yang dating, membuatnya tak tahan dan kemudian tinggal bersama andung-nya yang sangat mencintainya. Hampir setahun lamanya ia hidup terlunta-lunta sebagai anak tualang dan akhirnya ia sekolah mengaji ke Parabek, 5 km dari Bukittinggi dengan Syekh Ibrahim Musa, karena andung-nya khawatir dengan masa depannya.

Pendidikan formal yang dilalui HAMKA sebetulnya di mulai sejak tahun 1916 sampai 1923 dengan belajar agama pada lembaga pendidikan Diniyah School di Padang-panjang serta Sumatera Thawalib di Padangpanjang dan Parabek. Pelaksanaan pendidikan waktu itu masih bersifat tradisional dengan emnggunakan system halaqoh. Materi pendidikan waktu itu masih berorientasi pada pengajian kitab-kitab klasik seperti nahwu, sharaf, manthiq bayan, fiqh dan sejenisnya. Pendekatan pendidikan dilakukan dengan menekankan pada sapek hafalan. Meskipun padanya diajarkan membaca dan menulis Arab dan latin, tetapi diutamakan adalah mempelajari kitab-kitab Arab klasik dengan standar buku-buku pelajaran sekolah rendah di Mesir. Akibatnya, banyak dia antara teman-temannnya yang fasih membaca kitab, tetapi tidak bisa menulis dengan baik. HAMKA tidak puas dengan sistem pendi-dikan semacam ini, tetapi ia tetap berusaha mengikutinya dengan baik.

Dalam menerima berbagai informasi pendidikan karya-karya ilmuwan non-muslim, ia menunjukkan sikap hati-hati. Sikap demikian dilatatarbelakangi oleh dia pikiran, pertama, dalam bidang sejarah ia melihat adanya kesalahan data dan fakta yang sesungguhnya. Misalnya tentang persoalan di seputrar masuknya Islam ke Nusantara. Menurutnya, Islam masuk melalui saudagar dari Arab (Mekkah), bukan dari Gujarat maupun Persia. Kedua, dalam bidang keagamaan, terdapat upaya untuk mendiskreditkan Islam. Tidak sedikit para penulis tersebut memberikan pesan misionaris.
Sistem pendidikan tradisional, membuat-nya merasa kurang puas. Kegelisahan intelektual yang dialaminya menyebabkan ia berhasrat merantau guna menambah wawasannya. Tujuannya adalah pulau Jawa. Awalnya ia hendak ke Pekalongan mengun-jungi kakak iparnya, H. Sutan Mansur, tetapi ia dilarang ayahnya karena khawatir dengan perkembangan komunis waktu itu. Namun, akhirnya ia diizinkan dan berangkatlah menumpang seorang saudagar yang hendak ke Jogjakarta dan Pekalongan. Di Peka-longan, tinggal bersama pamannya dan belajar dengan beberapa ulama seperti Ki Bagus Hadikusuma (tafsir), RM. Soeryo-pranoto (sosiolog), KH. Mas Masur (filsafat dan tarikh Islam), Haji Fachruddin, HOS Tjokroaminoto (Islam dan sosialisme), Mirza Wali Ahmad Baig, A. Hasan Bandung dan terutama AR Sutan Mansur.

Di Jogja, ia berkenalan dan sering melakukan diskusi dengan teman-teman seusianya yang memiliki wawasan luas dan cendekia. Mereka antara lain adalah Muhammad Natsir. Di sini, ia mulai berkenalan dengan ide pembaruan gerakan Sarekat Islam dan Muhammadiyah. Ide-ide modernisasi yang dihembuskan oleh pemikir Ilsam waktu itu telah banyak mempengaruhi pembentukan atmosfer pemikirannya tentang Islam sebagai suatu ajaran hidup, inklusif dan dinamis. Di sini, ia melihat perbedaan yang demikian tajam antara Islam yang hidup di Minangkabau dengan Islam di Jogjakarta.
Pada tahun 1925, ia kembali ke Pekalongan. Ia banyak belajar dari iparnya AR. Sutan Mansur, baik tentang Islam maupun politik. Di sini, ia berkenalan dengan ide-ide pembaruan Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan rasyid Ridha yang berupaya mendobrak kebekuan ummat. Perkenalan dengan pemikiran mereka ini ikut mempengaruhi wacana pembaruan yang dilakukannya. Juni 1925, ia kembali ke maninjau membawa semangat dan wawasan baru Islam yang dinamis. Ia membawa beberapa buah tangan, yaitu pemikiran dinamis ilmuwan muslim waktu itu, paling tidak ada dua buah buku yang dibawanya dari jawa. Kedua buku itu adalah Islam dan Sosialisme (kumpulan pidato HOS. Tjokroaminoto) dan Islam dan Materialisme (salinan merdeka dari AD. Hani atas karangan Jamaluddin Al-Afghani). Berbekal pengetahuannya, ia mulai berani tampil berpidato di muka umum. Ia membuka wawasannya dengan berlangganan surat kabar dari Jawa. Dan dengan surat kabar inilah ia juga mulai berkenalan dengan beberapa pemikiran yang berkembang waktu itu, baik pemikiran dalam maupun luar negeri. Sperti pemikiran, Soekarno, Mustafa Kemal Attaturk dan lain sebagainya. Ia sendiri tetap belajar tentang adat daerahnya dengan Dt. Singo Mangkuto dan membuka kursus pidato “Tabligh Muhammadiyah” dengan menulis naskah kumpulan pidatonya pada buku dengan judul Khatib al-Ummah.

Tahun 1927 ia berangkat ke Mekkah untu menunaikan haji sambil mejadi kores-ponden harian“Pelita Andalas. Sekem-balinya dari Mekkah, ia tidak langsung ke Minangkabau, tetapi singgah di Medan untuk beberapa waktu lamanya. Di Medan, ia banyak menulis artikel di pelbagai majalah, seperti “Seruan Islam” di Tanjungpura, “Bintang islam dan“Suara Muhammadiyah. Atas desakan iparnya AR. Sutan Mansur, ia kemudian diajak kembali ke Padangpanjang menemui ayahnya yang demikian merindukannya. Di sini, ia dinikahkan dengan Siti Raham, ia dikaruinai 11 anak, antara lain Hisyam (meninggal usia 5 tahun), Zaky, Rusydi, Fakhri, Azizah, Irfan, ‘Aliyah, Fathiyah, Hilmi, Afif dan Syakib.
Setelah istrinya meninggal dunia, satu setengah tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1973 ia menikah lagi dengan seorang perempuan Cirebon, yaitu Hj. Siti Khadijah. Perkawinan keduanya ini tidak memperoleh keturunan karena faktor usia.

B. Pemikiran dan Karyanya
Kreatifitas jurnalistik HAMKA makin kelihatan melalui beberapa karya tulisnya. Tahun 1928, HAMKA menulis roman pertamanya Si Sabariyah. Ia juga memimpin majalah Kemajuan Zaman” di Medan. Pada tahun 1929, muncul buku-bukunya Sadjarah Sajjidina Abubakar Shidiq, Ringkasan Tarich Umat Islam, Agama dan Perempuan, Pembela Islam dan Adat Minangkabau (kemudian buku ini dilarang oleh Kolonial Belanda). Karirnya di Muhammadiyah makin diperhitungkan ketika pidatonya Agama Islam dan Adat Minangkabau disampaikannya pada Kongres Muhammadiyah ke-19 di Bukittinggi 1930.

Berkat kepiawaiannya dalam berdakwah, di ia diundang ke berbagai tempat di Sumetera seperti Bengkalis, bagan Siapiapi, Labuhan Bilik, Medan dan Tebing Tinggi. Kepiawaiannya juga terlihat pada saat berpidato di Kongres Muhammaiyah berikutnya di Jogjakarta tahun 1931 dengan judul Muhammadiyah di Sumatera. Ketika di Makassar, melaksanakan tugasnya sebagai mubaligh Muhammadiyah, ia menerbitkan“al-Mahdi” sebuah majalah yang juga memuat pengetahuan Islam yang terbit sebulan sekali.

HAMKA memiliki peran yang luas dalam pembaruan Islam di Makasar dan Minangkabau. Ia menawarkan model pendidikan Islam yang reformis. Bahkan, melalui ide-ide pembaruannya, ia membuka wawasan intelektual ummat Islam dan mensejajarkan pendidikan Islam dengan pendidikan yang dikelola pemerintah Kolonial. Ia mencoba melakukan periodesasi perjalanan intelek-tualnya delam empat periode: pertama, masa munculnya konversi intelektual. Proses ini terjadi tatkala ia melihat adanya ketimpangan terhadap pola pemikiran ummat Islam yang jumud, serta pendidikan Islam yang hanya berorientasi Arab dan dikotomis. Kedua, tahap pencarian identitas dan pembentukan wawasan intelektual. Masa ini dipengaruhi oleh pemikiran ketika ia belajar di Pekalongan dan Jogjakarta. Persentuhannya dengan ide-ide Islam modernis yang berkembang waktu itu, telah ikut mempengaruhi warna dan dinamika pemikirannya. Ketiga, tahap pengembangan intelektual awal. Masa ini adalah setelah kembali dari Jawa. Dinamika ini bisa dilihat dari upayanya mengembangkan ide pembaruan, baik ketika di Minangkabau maupun di Medan dan Makassar. Proses tersebut dilakukan melalui wadah Muhammadiyah maupaun karya-karyanya. Keempat, tahap pengembangan intelektual kedua dan pemaparan pemikiran-pemikiran pembaruannya. Masa ini diawali ketika berangkat ke Jakarta, dan terutama tahun 1952 sampai akhir hayatnya.

Ketika zaman Jepang, HAMKA memang sempat mendapat posisi sebagai anggota Syu Sangi Kai (Dewan Perwakilan Rakyat), setelah banyak sekali pelarangan yang dilakukan Jepang terhadap perkumpulan dan majalah yang dipimpinnya. Dan sikap kompromi dengan mau bekerjasama dengan Jepang ini juga yang memunculkan sikap sinis terhadap dirinya, hingga akhirnya ia “lari malam”, pergi ke menuju Padang-panjang tahun 1945 sampai tahun 1949. Sesudah Perjanjian Roem-Royen, ia ingin mengembangkan dakwah dan pemikirannya ke Jakarta dan mulai melakukan aktifitasnya sebagai koresponden majalah Pemandangan dan Harian Merdeka. Ia kemudian mengarang karya otobiografinya Kenang Kenangan Hidup, tahun 1950. Disamping itu, ia mulai aktif di Masyumi dan bersama tokoh-tokoh lainnya, ia mendukung gagasan mendirikan negara Islam. Bersama KH. Faqih Usman dan M Jusuf Ahmad, pada 15 Juni 1959, ia menerbitkan Majalah Pandji Masjarakat, majalah ini menitikberatkan pada soal-soal kebudayaan dan pengetahua Islam.

Dalam perkembangannya, kehadiran majalah ini mengalami perkembangan yang luar biasa dan dinantikan oleh pembaca. Majalah ini pernah dibreidel oleh pemerintah Soekarno karena tersentil oleh tulisan Hatta yang berjudul ‘Demokrasi Kita’ pada tahun1960. Tujuh tahun kemudian majalah ini terbit kembali dan memper-banyak frekuensi penerbitannya menjadi tiga kali sebulan.

Secara umum, HAMKA memiliki karier yang cemerlang. Hal ini dapat dilihat dari keriernya selama 1952 hingga akhir hayatnya tahun 1981. Kesempatan dan jabatan tersebut antara lain, memenuhi undangan Pemerintah Amerika (1952), anggota komisi kebudayaan di Muangthai (1954), menghadiri Konferensi islam di Lahore (1958), Imam Masjid Al Azhar, Konferensi Negara-negara Islam di Rabat (1968), Muktamar masjid di Mekkah (1976), Seminar Islam dan Peradaban di Kuala Lumpur, Konferensi Ulama di Kairo (1977), Badan Pertimbangan Kebudayaan Kemen-terian P dan K, Guru Besar Perguruan Tinggi dan Universitas dn Makassar, Penasihat Kementerian Agama, Ketua Dewan Kurator PTQ, Ketua Majelis Ulama Indonesia (1975-1981) dan sejumlah posisi penting lainnya.

Banyak karya tulis, buku dan tulisannya yang menjadi karya terbaiknya. Antara lain biografi ayahnya berjudul Ayahku: Riwayat Hidup Abdul Karim Amrullah dan Perjuangannya (1958); buku-buku filsafat dan keagamaan seperti; Tasauf Modern, Tafsir Al Azhar, Falsafah Hidup, Falsafah Ideologi Islam, Pengarus Muhammad Abduh Di Indonesia, Lembaga Hikmat, Hubungan Antara Agama Dengan Negara Menurut Islam, Islam Dan Kebatinan dan puluhan karya lainnya. Sementara buku-buku sastra karyanya adalah Si Sabariyah, Laila Majnun, Salahnya Sendiri, Toean Direktoer, Keadilan Ilahi, Angkatan Baroe, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Di Dalam Lembah Kehidupan, Dibawah Lindungan Kaabah dan lain-lain.

Referensi: Nizar, Samsul. 2008. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Grip Jakarta.
Baca Lengkap....