Skripsi: Peningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Metode Pembelajaran Membaca Kritis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah minat baca sampai saat ini masih menjadi tema yang cukup aktual. Tema ini sering dijadikan topik pertemuan ilmiah dan diskusi oleh para pemerhati dan para pakar yang peduli terhadap perkembangan minat baca di Indonesia. Namun hasil dari pertemuan-pertemuan ilmiah tersebut belum memberikan suatu rekomendasi yang tepat bagi perkembangan yang signifikan terhadap minat baca masyarakat. Permasalahan yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sampai saat ini adalah adanya data berdasarkan temuan penelitian dan pengamatan yang menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia relatif masih sangat rendah. Ada beberapa indikator yang menunjukkan masih rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Rendahnya budaya membaca ini juga dirasakan pada pelajar dan mahasiswa. Perpustakaan di sekolah/kampus yang ada jarang dimanfaatkan secara optimal oleh siswa/mahasiswa. Demikian pula perpustakaan umum yang ada di setiap kota/kabupaten yang tersebar di nusantara ini, pengunjungnya relatif tidak begitu banyak menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum mempunyai budaya membaca. Sehingga wajar apabila Indeks Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia juga rendah.

Skripsi Peningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Metode Pembelajaran Membaca Kritis

Upaya menumbuhkan minat baca bukannya tidak dilakukan. Pemerintah melalui lembaga yang relevan telah mencanangkan program minat baca. Hanya saja yang dilakukan oleh pemerintah maupun institusi swasta untuk menumbuhkan minat baca belum optimal. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara tetangga, perlu menumbuhkan minat baca sejak dini. Sejak mereka mulai dapat membaca. Dengan menumbuhkan minat baca sejak anak-anak masih dini, diharapkan budaya membaca masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan.

Seiring dengan perkembangan zaman serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka kita dituntut untuk terus mengadakan pembaharuan disegala lini kehidupan. Terutama yang bersentuhan langsung dengan kemajuan ilmu pengetahuan, dimana dalam Sistem yang ada di dalam pendidikan harus terus mengadakan perubahan kearah yang positif. Berbagai teknik pembelajaran, baik itu metode, pendekatan, maupun tata cara atau aturan dalam pembelajaran banyak dirancang untuk menghasilkan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa yang lebih optimal. Hakikat pembelajaran sebenarnya adalah memberi rasa nyaman dan betah siswa (anak didik) dalam menerima pelajaran.

Tuntutan perubahan menuntut kesiapan guru bahasa Indonesia di sekolah dasar untuk siap memberikan pemahaman dasar kepada siswa. Sehingga pengajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar (SD) perlu diperkaya dengan berbagai inovasi pengajaran untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap beberapa komponen dalam pengajaran bahasa Indonesia, yaitu membaca, berbicara, mendengarkan, dan menulis. Beberapa komponen dalam pengajaran bahasa Indonesia ini sangat penting untuk dikuasai siswa sebelum terjun ke lingkungan masyarakat yang lebih kompleks.

Kesiapan guru mata pelajaran dan pembelajaran yang kondusif semakin menjadi tuntutan keharusan ketika muncul berbagai problematika membaca siswa di sekolah. Fakta rendahnya kemampuan membaca siswa di setiap sekolah dapat diamati di berbagai media informasi, menurut salah satu sumber yang penulis kutip (Idonesia Buku.com/07-04-2010) dikemukakan Kemampuan membaca siswa sekolah di tingkat sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI) saat ini memiliki kecenderungan rendah. Lemahnya kemampuan membaca siswa SD/MI patut diduga karena lemahnya pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca. Salah satu penelitian yang mengungkap lemahnya kemampuan siswa, dalam hal ini siswa kelas IV SD/MI, adalah penelitian Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yg disponsori oleh The International Association for the Evaluation Achievement. Hasil studi menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia.

Di sekolah dasar, pengajaran membaca merupakan salah satu aspek pokok pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Salah satu tujuannya agar siswa memiliki kegemaran dan memanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan membaca merupakan faktor penentu bagi keberhasilan belajar seseorang. Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan bahasa yang tidak kalah pentingnya dengan keterampilan yang lain. Kita ketahui bahwa pada masa sekarang ini banyak buku, majalah, koran serta tulisan yang berbentuk lain sebagai penyampai informasi. Untuk itu keterampilan membaca sangat diperlukan untuk memahami informasi atau isi pesan yang ada dalam teks bacaan.

Perlu diketahui bahwa pada dasarnya membaca tidak hanya sekadar meyuarakan bunyi-bunyi bahasa atau mencari arti kata-kata sulit dalam suatu teks bacaan, tetapi lebih dari itu, membaca melibatkan pemahaman memahami apa yang dibacanya, apa maksudnya, dan apa implikasinya. Bayangkan, jika seorang anak (SD) hanya bisa melafalkan kata-kata tanpa bisa memahami apa maksud dari kata-katanya maka kegiatan yang dilakukannya kurang bermakna.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini terfokus pada “Bagaimanakah meningkatkan kemampuan membaca melalui metode pembelajaran membaca kritis di kelas V SD Neg. 8 Pulau Laiya Kec. Liukang Tupabbiring Kab. Pangkep?”

Untuk versi lengkap, silahkan download skripsi dalam format PDF melalui link di bawah.


Download via Mega

Download via Google Drive

Download via Mediafire


INFO:
Password: jaririndu.blogspot.com

Baca Lengkap....

Pengertian Kata Ulang dan Jenisnya (2)

Halo sahabat IKB, kali ini saya akan berbagi tentang Makna, Kata, dan Kata Ulang dalam beberapa bagian postingan. Ini adalah bagian 2 dari postingan ini. Untuk bagian pertama bisa kunjungi Pengertian Makna, Kata, Kata Ulang dan Jenisnya (1).

Bagian 2

Jenis-Jenis Kata Ulang
Kata ulang terbagi ke dalam empat jenis. Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengulangan seluruh bentuk kata dasar atau dwilingga
Pengulangan utuh terdiri atas dua macam. Pertama, perulangan terhadap kata dasar, kedua, perulangan terhadap kata berimbuhan. Contoh:
(1) buah : buah-buahan
(2) gunung : gunung-gunung
(3) kejadian : kejadian-Kejadian
(4) lari : lari-lari
(5) merah : merah-merah
(6) pagi : pagi-pagi
makna kata ulang

Pengulangan sebagian atau dwipurna
Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Dalam hal ini, bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya melainkan sebagian saja. Bentuk dasar pengulangan sebagian ini terdiri atas bentuk kompleks dan bentuk tunggal.
1) Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk tunggal, yaitu:
(1) laki………lalaki/lelaki
(2) tamu…….tatamu/tetamu
(3) sama…….sasama/sesama
(4) pohon……popohon/pepohonan
2) Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk kompleks, yaitu:
(1) minuman : minum-minuman
(2) makanan : makan-makanan
(3) berlari : berlari-lari
(4) ditusuk : ditusuk-kusuk
Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk komplek, kemungkinan bentuknya sebagai berikut:
- Bentuk men-misalnya
mengambil : mengambil-ambil
mengemasi : mengemas-emasi
membaca : membaca-baca
melambaikan : melambai-lambai
memperkatakan : memperkata-kata
- Bentuk di - misalnya:
dikemasi : dikemas-kemasi
ditarik : ditarik-tarik
ditanami : ditanam-tanami
disodorkan : disodor-sodorkan
- Bentuk ber-misalnya:
berjalan : berjalan-jalan
bertemu : bertemu-temu
bermain : bermain-main
berkata : berkata-kata
berlarut : berlarut-larut
- Bentuk ter-misalnya:
terbatuk : terbatuk-batuk
terbentur : terbentur-bentur
tersenyum : Tersenyum-senyum
terbalik : Terbalik-balik
terjatuh : Terjatuh-jatuh
- Bentuk ber-an misalnya:
berlarian : berlari-larian
berjauhan : berjauh-jauhan
bersentuhan : bersentuh-sentuhan
berdekatan : berdekat-dekatan
berpelukan : berpeluk-pelukan
- Bentuk an-misalnya:
sayuran : sayur-sayuran
karangan : karang-karangan
tumbuhan : tumbuh-tumbuhan
minuman : minum-minuman
makanan : makan-makanan
- Bentuk ke-misalnya:
kedua : kedua-dua
ketiga : ketiga-tiga
keempat : keempat-empat
kelima : Kelima-lima
3) Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembunuhan afiks
Pengulangan ini terjadi bersama-sama dengan proses pembunuhan atiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya kata ulang keteta-keretaan. Ada dua pilihan proses pembentukan kata ulangnya.
kereta : kereta-kereta
kereta : kereta-keretaan
Dari faktor arti, pilihan pertama dan kedua berbeda, bentuk dasar kereta menjadi kereta-kereta mengatakan makna banyak, sedangkan pada kereta-keretaan tidak terdapat makna banyak contoh:
(1) anak : anak-anakan
(2) rumah : rumah-rumahan
(3) orang : orang-orangan
(4) gunung : gunung-gunungan
(5) putih : keputih-putihan
(6) luas : seluas-luasnya
4) Pengulangan dengan perubahan fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem adalah pengulangan yang terjadi dengan cara mengulang bentuk dasar disertai perubahan bunyi pada salah satu suku kata, dan biasanya terjadi pada fonem vokal atau fonem konsonan, seperti:
1) Pengulangan fonem vokal, yaitu:
(1) gerak : gerak-gerik
(2) robek : robak-robik
(3) serba : serba-serbi
(4) bolak : bolak-balik
2) Pengulangan fonem konsonan, yaitu:
(1) lauk : lauk-pauk
(2) ramah : ramah-tamah
(3) sayur : Sayur-mayur
(4) tali : tali-mali
(5) beras : beras-petas
Contoh dalam kalimat: ibu sedang memasak lauk-pauk, sayur-mayur yang dibelinya di pasar, Ramlan (1985: 62).

Fungsi Kata Ulang/Reduplikasi
Sebagai salah satu bentuk proses morfologis, maka proses reduplikasi atau pengulangan tidak berfungsi mengubah golongan jenis kata. Dengan demikian, pada umumnya reduplikasi tidak mempunyai fungsi gramatik. Jika ada maka bentuk-bentuk ulang yang mengandung fungsi gramatik hanya terbatas pada beberapa bentuk tertentu saja.
a. Mengubah golongan kata kerja menjadi kata benda
Walaupun pada umumnya perulangan atau reduplikasi tidak mempunyai fungsi gramatik, namun ada juga beberapa reduplikasi seperti contoh berikut ini:
(1) injak : injak-injak (kata kerja)
(2) undur : undur-undur (kata kerja)
(3) karang : karang-karangan (kata kerja)
Bentuk ulang di atas dapat lebih jelas diketahui dalam konteks kalimat seperti dibawah ini:
injak-injak itu merusak
undur-undur itu masih sangat kecil
karang-karangan itu menyenangkan
Bentuk ulang dalam kalimat di atas menduduki unsur subjek. Sebagai subjek bentuk ulang tersebut merupakan golongan kata benda meskipun berasal dari bentuk dasar golongan kata kerja.
b. Mengubah golongan kata sifat menjadi kata keterangan.
Contoh :
(1) rajin menjadi serajin-rajinnya
(2) cepat menjadi secepat-cepatnya
(3) malas menjadi semalas-malasnya
c. Mengubah bentuk tunggal menjadi bentuk jamak
Contoh:
(1) ibu menjadi ibu-ibu
(2) makanan menjadi makanan-makanan
(3) lauk menjadi lauk-pauk

Makna Kata Ulang
Kata Ulang memiliki beberapa makna, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Menyatakan makna banyak
(1) bintang-bintang : banyak bintang
(2) pembangunan-pembangunan : banyak pembangunan
(3) murid-murid : banyak murid
(4) buah-buahan : banyak buah
(5) kemajuan-kemajuan : banyak kemajuan
Makna banyak tidak selalu dinyatakan dengan pengulangan. Misalnya dalam kalimat rumah penduduk banyak yang rusak akibat angin belian.
b. Menyatakan makna banyak
Disini makna banyak telah berhubungan dengan bentuk dasar, melainkan berhubungan dengan kata yang “diterangkan”. Kata yang diterangkan pada tataran frase menduduki fungsi sebagai unsur pusat, misalnya kata rumah dalam frase rumah besar-besar, dan pada tataran klausa menduduki fungsi sebagai subjek, misalnya kata rumah dalam klausa rumah itu besar-besar. Pengulangan pada kata besar-besar itu mengatakan makna ‘banyak’ bagi kata yang “diterangkan”, dalam hal ini kata rumah.
Contoh lain, misalnya:
mahasiswa itu pandai-pandai
pohon ditepi pohon itu rindang-rindang
c. Menyatakan makna tak bersyarat
(1) meskipun hujan, saya akan datang
(2) jambu-jambu mentah dimakannya
(3) duri-duri diterjang
(4) dararah-darah diminum
d. Mengatakan makna yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar
Proses pengulangan berkombinasi dengan proses pembubuan afiks-an.
(1) kuda-kudaan : yang menyerupai kuda
(3) gunung-gunungan : yang menyerupai gunung
(4) rumah-rumahan : yang menyerupai rumah
(5) kemuda-mudaan : menyerupai (anak) muda
e. Mengatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dilakukan dengan santai
(1) berjalan-jalan
(2) makan-makan
(3) minum-minum
(4) tidur-tidur
f. Mengatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai (menyatakan makna saling)
(1) pukul-memukul
(2) tolong-menolong
(3) dorong-mendorong
(4) surat-menyurat
(5) olok-memperolokkan
Makna saling bisa juga dilakukan dengan pembubuhan afiks ber-an.
Bersalam-salaman
berpandang-pandangan
berpukul-pukulan
g. Menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar.
(1) karang-mengarang
(2) cetak-mencetak
(3) jilid-menjilid
(4) potong-memotong
(5) masak-memasak
h. Menyatakan perbuatan yang pada bentuk dasarnya dilakukan berulang-ulang
(1) berteriak-teriak
(2) memukul-mukul
(3) memetik-metik
(4) menyobek-nyobek
i. Menyatakan makna agak
(1) kemerah-merahan
(2) kehitam-hitaman
(3) kekuning-kuningan
(4) kebiru-biruan
j. Menyatakan makna tingkat yang paling tinggi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afik se-nya (kualitatif).
(1) sepenuh-penuhnya
(2) serajin-rajinnya
(3) sekuat-kuatnya
(4) sedalam-dalamnya
(5) seluas-luasnya

Sumber: Bahrun, 2007. Kemampuan Siswa Kelas II SMK Gunung Sari Makassar Menentukan Makna Kata Ulang. Skripsi. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar
Baca Lengkap....

Pengertian Makna, Kata, Kata Ulang dan Jenisnya (1)

Halo sahabat IKB, kali ini saya akan berbagi tentang Makna, Kata, dan Kata Ulang dalam beberapa bagian postingan. Untuk bagian 2, silahkan kunjungi Pengertian Kata Ulang dan Jenisnya (2)

Bagian 1

1. Makna
Makna adalah maksud suatu kata atau isi suatu pembicaraan atau pikiran. Makna suatu kata diartikan pula sebagai hubungan antara atau lambang-lambang bahasa, baik itu berupa ajaran ataupun tulisan, dengan hal atau barang yang dimaksudnya.

2. Kata
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dengan makna yang bebas dari definisi tersebut, terdapat dua hal yang menandai sebuah kata yakni:
a. Merupakan satuan bahasa terkecil.
b. Mengandung makna yang bebas.

makna dan kata ulang

Menurut Kamisa (1997: 288) kata adalah kumpulan dari beberapa huruf yang diucapkan dan mengandung makna sebagai ungkapan perasaan.

3. Bentuk Dasar Kata Ulang
Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Misalnya:
rumah-rumah : bentuk dasarnya rumah
sakit-sakit : bentuk dasarnya sakit
rintangan-rintangan : bentuk dasarnya rintangan
dua-dua : bentuk dasarnya dua
4. Kata Ulang
Kata ulang atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang. Satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Yasin (1988:128) mengatakan bahwa kata ulang atau reduplikasi adalah pengulangan atas suatu bentuk dasar, dan bentuk dasar sebagai hasil pengulangan tersebut dinamakan kata ulang.

Sebuah kata ulang dibentuk dengan berbagai cara, baik pengulangan sebagian bentuk dasar, seluruh bentuk dasar pemberian fonem, ataupun dengan pengulangan berimbuhan. Dengan proses seperti ini, maka tidak semua bentuk kata ulang mempunyai bentuk dasar yang sama, walaupun setiap kata ulang memiliki bentuk dasar yang diulang. Bentuk dasar tersebut merupakan bentuk linguistik.

Menurut Kusno (1986: 58) bahwa kata ulang adalah salah satu bentuk kata jadian yang terjadi karena suatu kata diulang sehingga timbul perubahan makna. Dalam kaitannya dengan proses pembentukan kata ulang. Yasin (1988: 131) mengatakan bahwa pada umumnya bentuk kata ulang tidak menunjukkan golongan kata bentuk dasarnya.

Dengan demikian, apabila bentuk ulang kebetulan merupakan golongan kata benda, maka dapat diketahui pula bahwa bentuk dasarnya juga merupakan golongan kata benda. Seperti anak-anak, mobil-mobilan, baik-baik, buah-buahan, pelan-pelan, kemalas-malasan dan lain-lain. Proses pengulangan ada juga yang berfungsi mengubah golongan kata. Pada kata ulang seperti karang-mengarang, cetak-mencetak, potong-memotong, jilid-menjilid, proses pengulangan mempunyai fungsi sebagai pembentuk kata nominal dari kosa kata, dan pada kata ulang seperti secepat-cepatnya, serajin-rajinnya, setinggi-tingginya, sekuat-kuatnya, proses pengulangan berfungsi sebagai pembentuk kata keterangan dan kata sifat.


Sumber: Bahrun, 2007. Kemampuan Siswa Kelas II SMK Gunung Sari Makassar Menentukan Makna Kata Ulang. Skripsi. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

Untuk bagian 2, silahkan kunjungi Pengertian Kata Ulang dan Jenisnya (2)
Baca Lengkap....

Kisah Hidup “Penyair Besar” Kahlil Gibran

Kahlil Gibran (Gibran Khalil Gibran) adalah seorang seniman, penyair dan penulis Lebanon-Amerika. Gibran lahir di Basyari, Libanon pada tanggal 6 Januari 1883, yang pada saat itu termasuk dalam provinsi Suriah di Khilafah Turki Ustmani. Menghabiskan sebagian masa menulisnya di Amerika Serikat. Salah satu karyanya yang sangat tenar adalah sebuah buku yang berjudul The Prophet.
Kisah Hidup “Penyair Besar” Kahlil Gibran
Kahlil Gibran
Gibran dibesarkan dalam keluarga penganut katolik-maronit yang taat. Daerah tempat ia dilahirkan adalah wilayah yang kerap disinggahi badai, gempa serta petir sehingga tak heran jika fenomena-feomena alam yang ditangkap Gibran di masa kecil tersebut banyak dituangkan dan menjadi inspirasi dari sebagian karya-karyanya. Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Gibran pindah ke kota Boston, Massachusetts, Amerika Serikat. Transisi Budaya dan akulturisasi yang dialami Gibran sedikit banyak berpengaruh pada gaya tulisan Gibran yang lebih adaptatif dan membentuk corak tulisan dengan sentuhan budaya arab dan barat. Gibran tinggal di Boston selama 3 tahun dan kembali ke Beirut, Lebanon dan bersekolah di Madrasah Al Hikmat sejak tahun 1898 hingga 1901.

Selama awal-awal masa remajanya, terjadi banyak konflik politik yang terjadi di Lebanon. Kesultanan Ustmaniyah kian lemah dan kurang mendapat simpati di mata rakyat Lebanon di masa itu, ditambah lagi banyakya penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan organisasi-organisasi gereja serta minimnya peran wanita Asia Barat serta wanita arab yang menjadi sekedar pendamping bagi kaum pria banyak menginspirasi tulisan-tulisannya yang dituangkan dalam karya-karya sastra berbahasa Arab.
Kisah Hidup “Penyair Besar” Kahlil Gibran
Foto Kahlil Gibran oleh Fred Holland Day, skt. 1898.
Gibran kembali ke Boston saat ia menginjak usia 19 tahun, namun ingatan dan kenangannya tentang Lebanon tak pernah bisa lepas dari hatinya, Di boston dia menulis tulisan-tulisan yang berkisah tentang negeri kelahirannya untuk mengekspresikan dirinya. Dua kultur budaya yang berbeda memberinya kebebasan menulis yang lebih luas bagi Gibran, semua dituangkan lewat karya-karya satra yang megilhami banyak orang di masa itu.

Gibran menulis skrip drama pertamnya di Paris dari tahun 1901 hingga 1902. Karya pertamanya yang berjudul Spirits Rebellious (pemberontakan jiwa) yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras bagi orang-orang korup di gerja tempatnya beribadat dan negaranya, ditulis di Boston dan diterbitkan di New York. Akibat dari tulisan kerasnya tersebut, gibran menerima hukuman pengucilan dari Gereja Maronit, namun sindiran-sindiran Gibran yang tertuang dalam tulisannya banyak dianggap sebagai suara pembebasan bagi kaum-kaum tertindas di Asia Barat.

Di awal karir dan pembentukan diri selama di Paris, Gibran harus menerima kenyataan pahit, saat menerima berita duka yang dikabarkan dari konsulat Jendral Turki, Adik perempuannya, Sultana, yang baru berunur 15 tahun meninggal akibat penyakit TBC. Gibran segera memutuskan untuk kembali ke Boston, dan tak lama berselang, kakak laki-lakinya, Peter, juga meninggal akibat penyakit yang sama. Dan dalam duka yang menimpanya, Gibran kembali dihadapkan pada kegetiran saat Ibu yang memuja dan dipujanya telah meninggal karena serangan Tumor ganas yang menggerogotinya. Satu-satunya keluarga yang tersisa hanya adiknya, Marianna.

Kematian bertubi-tubi keluarganya terjadi di antara bulan maret dan juni tahun 1903, tragedi itu menyisakan banyak pergolakan batin yang menghantui Gibran selama hidupnya, ia dihantui banyak trauma dan ketakutan akan penyakit dan kemiskinan yang menghinggapi hidup keluarganya. Gibran harus bersusah payah dan bekerja keras untuk dapat menghidupi dirinya dan satu-satunya kelurga yang tersisa, Marianna, dan berupaya bangkit dengan kondisi keluarga yang tak lagi utuh.

Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil menjahit di Miss Teahan's Gowns, Boston. Berkat kegigihan dan usaha keras dari mereka berdua, Gibran kembali dapat meneruskan karir dan bakatnya dalan kesusteraan.

Pada tahun 1908, Gibran kembali ke Paris, disana dia hidup senang dan terjamin karena secara rutin menerima uang yang cukup dari Mary Haskell, seorang wanita yang dikenal mempunyai hubungan dekat dengan Gibran semenjak dia hidup di Boston. Mary Haskell adalah seorang kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua dari Gibran. Dari tahun 1909 sampai 1910, Gibran belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy. Gibran mendirikan sebuah studio di West Csdar Street di bagian kota Beacon Hill sekembalinya ke Boston. Dan diapun berinisiatif mengambil alih pembiayaan keluarganya.

Pada tahun 1911, gibran pindah ke kota New York. Di kota itu, gibran menghabiskan waktu berkesenian dan bekerjanya di apartemen studionya di 51 west tenth street, sebuah tempat yang sengaja didirikan untuk tempatnya melukis dan menulis.

Sebelum tahun 1912, Gibran menerbitkan karya spektakulernya "Broken Wings" yang diterbitkan dalam bahasa arab. Buku ini berkisah tentang cinta Selma Karami kepada seorang muridnya, namun Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri sebelum akhirnya menikah dengan suami yang merupakan seorang uskup yang oprtunis. Sebagian orang menyebut bahwa karyanya tersebut merupakan refleksi dari kehidupan pribadi cinta Gibran di masa mudanya di Lebanon terhadap seorang gadis bernama Hana Fakher.

Di masa mudanya, Gibran dikenal dekat dengan Mary Elizabeth Haskell. Dia dikenal dekat dan sangat mengagumi pribadi wanita tersebut. Hubungan cinta mereka terkendala dengan banyaknya perbedaan yang ada antara Gibran dan Mary, hingga akhirnya Mary dilamar dan menikah dengan seorang pengusaha kaya bernama Florence Minis, karena ketidak jelasan hubungannya dengan Gibran yang semakin kentara.

Hingga periode tahun 1932 Gibran banyak menelurkan karya-karya sastranya yang banyak menjadi inspirasi banyak wanita arab di masa itu dan membangkitkan semangat emansipasi diantara mereka.

Pada tanggal 10 april 1931, jam 11 malam Gibran menghembuskan nafas terakhirnya setelah sekian lama digerogoti penyakit sirrosis hepatis dan TBC paru, meski Selama itu dia selalu menolak untuk dibawa ke Rumah Sakit. Hingga pada akhirnya pagi tanggal 10 april dia dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village dan meninggal disana. Mary Hasskel yang kala itu tengah merawat suaminya yang sedang sakit, menyempatkan diri untuk datang melayat Gibran. jenazah Gibran dikebumikan pada tanggal 21 agustus di Mar Sarkis, sebuah biara karmelit. tempat dimana Gibran melakukan ibadah.

Kisah Hidup “Penyair Besar” Kahlil Gibran
Memorial Kahlil Gibran di Washington, D.C.
Sepeninggal Gibran, murid didiknya yang bernama Barbara Young mulai menerbitkan karya-karya Gibran yang belum sempat dipublikasikan, dan mengenalkan kepada dunia luas tentang karya-karya besar yang pernah dibuat Gibran. kini banyak orang mulai mengenal Kahlil Gibran sebagai seorang penyair besar yang memberi arti besar pada perkembangan kesusasteraan dunia.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kahlil_Gibran
Baca Lengkap....

Kalimat-Kalimat Cinta Ahyar Anwar

Di bawah ini adalah beberapa kalimat yang ada dalam buku seorang penulis dan kritikus sastra asal Sulawesi Selatan. Ahyar Anwar, lelaki yang menidurkan dan yang membangunkan cinta. Beberapa bukunya: Menidurkan Cinta, Aforisma Cinta dan Infinitum.

ahyar anwar
untuk apa berada dalam malam jika tidak melayani kesuramanya

ahyar anwar
untuk soal cinta, saya sama dengan orang gila
kami berdua tidak pernah merasa ragu bahwa sedang tergila-gila

ahyar anwar
pahlawan paling berani adalah mereka yang memasuki medan perang dengan ketulusan yang sempurna,
meski satu-satunya yang bisa ia menangkan hanyalah kekalahan

ahyar anwar
jika kesunyian itu tiba,
maka carilah senyum yang paling tulus dari luka yang menuliskan rintihan rindu darimu

ahyar anwar
sayang,
telah kita sadari jika hidup ini terbatas dan akan tiba satu titik waktu dimana kematian tiba disaat yang tidak kita harapkan, tapi sebelum titik waktu itu tiba
marilah kita saling mencintai laksana pahlawan yang bercampur seakan-akan kematian tidak pernah akan tiba

ahyar anwar
manusia tak hanya bergerak dari satu waktu ke waktu yang lain
tetapi dari satu kisah menuju kisah yang lain.
tetapi tidak semua kisah bergerak meninggalkan waktu, kadang berputar dan melingkar kembali tidak semua pencarian berjalan ke depan
kadang sebuah pencarian harus berjalan ke belakang menemukan masa depan pada kisah kenangan.
seperti sebuah musik yang mengalun mencari refrean kenangan.
seperti sebuah lagu yang dapat mengembalikan kita pada seutas kenangan yang berlalu....

ahyar anwar
tanpa perpisahan kita tak akan mengerti makna sebuah pertemuan

ahyar anwar
aku seperti masuk kedalam kutukan kisah-kisah cinta yang bergerak dalam rodah diagram yang mengalir menjauh dari keselarasan, terus menjauh untuk menemukan awal, dan mengejar tujuan akhir yang telah terjadi di depan.
inilah permainan infinitum yang sempurnah melingkar dan berulang-ulang,
tidak untuk menemukan satu kepastian, tapi justru hanya sebuah kesementaraan yang tidak sempurnah.

ahyar anwar
iya hanyalah penyair yang tak bisa tidur. ada cinta yang menyangga matanya

ahyar anwar
hidup adalah sebuah pilihan,
tetapi untuk cinta, pilihan kadang adalah sebuah kematian

Aforisma Cinta Ahyar Anwar
Baca Lengkap....

Metode Preview, Question, Read, Reflect, Recite and Review (PQ4R)

A. Pengertian Metode PQ4R
Metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu methodos berarti cara atau jalan yang ditempuh. Istilah metode menurut Anwar (2001: 281) adalah “cara yang telah diatur dan berpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya; cara belajar dan sebagainya”.

Pendapat lain dikemukakan oleh T. Raka Joni (Mappasoro, 2011: 26) bahwa metode adalah “cara yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan”. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah dipilih atau ditetapkan.


Berdasarkan pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahawa metode adalah prosedur atau cara yang menggambarkan langkah-langkah dalam kegiatan proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

B. Hakikat Metode PQ4R
Metode PQ4R lahir dari pengembangan metode SQ3R. Ternyata metode SQ3R belum sempurna karena masih dibutuhkan sebuah langkah lagi yaitu reflect (refleksi), guna mengembangkan informasi yang terdapat pada sebuah bacaan dan memindahkanya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang

Menurut Suprijono (2012: 103) “Pengalaman awal bisa dibangun melalui aktifitas membaca, sehingga peserta didik akan memiliki cadangan pengetahuan (stock of knowledge). Salah satu metode membaca yang efektif digunakan adalah metode PQ4R”.

Sementara menurut Yulianti (2013) metode PQ4R adalah suatu metode membaca yang digunakan untuk membantu siswa berpikir kritis dengan memanfaatkan daya ingat siswa sehingga dapat membantu siswa memahami suatu bacaan.

PQ4R dilahirkan atas pendapat bahwa pembaca dapat mengembangkan keterampilan membacanya karena PQ4R merupakan metode yang efektif untuk membantu pembaca berpikir kritis dalam memahami suatu bacaan dan mengingatnya dalam waktu panjang sehingga pembaca memiliki cadangan pengetahuan.

C. Langkah-langkah Metode PQ4R
Menurut Abidin (2012: 100) tahapan metode PQ4R dilaksanakan dalam enam tahap yaitu: “(1) membaca sekilas (preview), (2) membuat pertanyaan (question), (3) membaca dalam hati (read), (4) merefleksi (reflect), (5) menceritakan kembali (recite) dan (6) meninjau kembali (review)”. Tahap pelaksanaannnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Tahap prabaca
a) Mempersiapkan bahan bacaan Guru mempersiapkan dan memperkenalkan bahan/wacana yang akan dibaca, memperkenalkan metode PQ4R melalui penjelasan atau selebaran langkah-langkah PQ4R kepada siswa.
b) Membaca sekilas bahan/ wacana
c) Menyusun pertanyaan. Berdasarkan hasil membaca sekilas, siswa menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui proses membaca.

2) Tahap membaca
a) Membaca dalam hati. Siswa membaca dalam hati untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya dengan membaca cepat. Jika siswa menemukan jawabannya, siswa membaca lambat sambil menulis jawaban dari pertanyaan.
b) Refleksi. Siswa membandingkan informasi yang telah diperolehnya dengan informasi baru yang didapatkan dari hasil membaca.
c) Menceritakan kembali. Siswa menyusun kembali jawaban dari pertanyaaan sebagai perpaduan antara pengetahuan sebelum membaca dan setelah membaca, kemudian menceritakan kembali tanpa melihat wacana.

3) Tahap pascabaca
Meninjau ulang. Siswa menceritakan kembali pemahaman isi wacana dan untuk meyakinkan siswa dapat membaca sekilas kembali bahan/ wacana yang diberikan guru.

D. Kelebihan dan kelemahan Metode PQ4R
Pendapat Trianto (2007: 156) yang menyatakan bahwa keunggulan dan kelemahan metode PQ4R adalah:
(a)Metode PQ4R dapat mengaktifkan pengetahuan awal siswa dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui sebelumnya, (b) Metode PQ4R membantu siswa mengingat apa yang telah dibaca/efektif membantu siswa menghafal informasi dari bacaan, (c) Metode PQ4R membantu siswa memahami suatu bacaan, (d) Metode PQ4R memotivasi siswa untuk belajar sendiri, (e) Metode PQ4R membantu siswa berpikir kritis, dan (f) Metode PQ4R meningkatkan konsentrasi siswa terhadap isi bacaan.
Sedangkan kelemahan dari metode PQ4R adalah (a) Tidak tetap diterapkan pengajaran pengetahuan yang bersifat prosedural seperti pengetahuan keterampilan dan (b) Sangat sulit dilaksanakan jika saran seperti buku siswa (buku paket) tidak tersedia di sekolah.

Senada dengan pendapat Puspitasari yang menyataan bahwa pembelajaran metode PQ4R memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan (Riadi, 2013) antara lain:
1) Keunggulan
a) Sangat tepat digunakan untuk pengajaran pengetahuan yang bersifat deklaratif berupa konsep-konsep, definisi, kaidah-kaidah, dan pengetahuan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
b) Dapat membantu siswa yang daya ingatannya lemah untuk menghafal konsep-konsep pelajaran.
c) Mudah diterapkan pada semua jenjang pendidikan.
d) Mampu membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses bertanya dan mengomunikasikan pengetahuannya.
e) Dapat menjangkau materi pelajaran dalam cakupan yang luas.

2) Kelemahan
a) Tidak tepat diterapkan pada pengajaran pengetahuan yang bersifat prosedural seperti pengetahuan keterampilan.
b) Sangat sulit dilaksanakan jika sarana seperti buku siswa (buku paket) tidak tersedia di sekolah.

Bertemali dengan pendapat sebelumnya, bahwa keunggulan dari metode PQ4R yaitu memiliki langkah-langkah terstruktur yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas siswa dalam proses belajar, dengan diterapkan metode ini siswa dapat menyimpan materi yang dipelajari dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang artinya pemahaman siswa akan materi yang dipelajari dapat tersimpan lama, dapat membuat siswa disiplin dalam membaca, dapat meningkatkan kemampuan bertanya, kemampuan mengkomunikasikan pendapat dan juga dapat dijadikan sebagai ritual sehari-hari sehingga siswa termotivasi dalam meningkatkan minat bacanya. Selain dari itu, terdapat kelemahan dari metode ini yaitu, tidak tepat diterapkan pada pengajaran pengetahuan yang bersifat prosedural seperti pengetahuan keterampilan proses dan sangat sulit dilaksanakan jika sarana seperti buku siswa (buku paket) tidak tersedia di sekolah dalam jumlah yang banyak.


Rujukan:
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.
Anwar, Dessy. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abadi Tama.
Mappasoro. 2011. Strategi Pembelajaran. Makassar: Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Makassar.
Riadi, Muchlisin. 2013. Strategi Membaca PQ4R. (Online). http://strategi membaca pq4r-pengertian dan referensi.htm. (diakses 21 Januari 2014)
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Yulianti, L. Eva. 2013. Penerapan Metode Preview, Question, Read, Reflect, Recite and Review (PQ4R) untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia.
Baca Lengkap....

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Beberapa Ahli

Berikut penjelasan mengenai pendapat beberapa ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Beberapa Ahli

Menurut Frandsen (Suryabrata, 1984: 257) belajar dipengaruhi oleh:
a. Adanya sifat ingin tahu yang ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju;
c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman;
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi;
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;
f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.

Maslow (Suryabrata, 1984: 258) mengemukakan motif-motif untuk belajar, yaitu:
a. Adanya kebutuhan fisik
b. Adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari kekhawatiran
c. Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain
d. Adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyarakat
e. Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri

Syah (1999: 132) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada tiga macam, yaitu:
1. Faktor Internal Siswa
a. Aspek Pisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Perubahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.

Kondisi organ-organ khusus siswa, tingkat indera pendengar dan indera penglihat sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan di kelas.

Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga itu seyogyanya selaku guru yang profesional harusnya bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin (periodik) dari dinas-dinas kesehatan setempat. Kiat lain adalah dengan menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara bijaksana tanpa harus menyampaikan kekurangan siswa tersebut di depan kelas. Jangan sampai mempengaruhi mental anak tersebut.

b. Aspek Psikologis
Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tepat.

J.P Chaplin ( Mujib, 2002: 318) merumuskan tiga defenisi kecerdasan, yaitu: 1) Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, 2) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi empat unsur seperti memahami, berpendapat, mengontrol dan mengkritik, 3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali.

Tingkat kecerdasan atau IQ siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi tingkat IQ seseorang maka semakin besar peluangnya meraih sukses, begitupun sebaliknya. Di antara siswa-siswa yang mayoritas berinteligensi normal mungkin terdapat anak yang tergolong gifted child atau talented child, yakni anak yang cerdas dan anak yang sangat berbakat.

Sebagai seorang guru yang profesional harus mampu membaca kondisi Inteligensi anak didiknya. Agar tidak terjadi kesenjangan dalam belajar. Anak yang cerdas juga tidak terhalang oleh temannya yang lamban dalam berfikir.

Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dsb baik secara positif maupun negatif.

Untuk mengantisipasi sikap negatif siswa, guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri terhadap mata pelajaran yang menjadi tugasnya. Dengan meyakini manfaat bidang studi tertentu, siswa akan merasa membutuhkannya, dan dari perasaan butuh itulah diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang studi tersebut sekaligus terhadap guru yang mengajarkannya.

Bakat Siswa
Secara umum, bakat adalah kemamuan potensional yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam perkembangan selanjutnya bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Sehubungan dengan itu, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajr bidang-bidang studi tertentu. Olehnya itu sangat tidak bijaksana orang tua yang memaksakan anaknya untuk memilih jurusan-jurusan keahlian kehendaknya tanpa mengetahui lebih dulu bakat yang dimiliki oleh anaknya. Ini akan berdampak buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya.

Setiap pembelajar, tentu memiliki kekhasan tertentu yang berbeda dengan pembelajar lain, oleh karena itu, dalam belajar seorang pembelajar haruslah mengembangkan kekhasan-kekhasan yang dimiliki. Keterampilan personal yag secara khas dimiliki oleh pembelajar. Pembelajar akan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan ciri khas atau karakteristik yang ada padanya.

Minat
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran Sains akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan itu akhirnya siswa lebih giat dan akhirnya mendapatkan prestasi yang baik. Guru dalam hal ini seyogyanya membangkitkan minat yang dimiliki oleh anak didiknya.

Motivasi Siswa Motivasi adalah keadaan internal seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Motivasi terbagi atas dua macam, yaitu: 1) Motivasi Intrinsik; 2) Motivasi Ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Motivasi ekstrinsik adalah hal yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

Dorongan mencapai prestasi dan dorongan mengenai pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya memberikan pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.

Brown (Imran, 1996: 30) mengemukakan ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar adalah 1) tertarik pada guru, tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, 2) tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, 3) mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, 4) ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, 5) ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain, 6) tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, 7) mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.

Sardiman (Imran, 1996: 31) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain, tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan apa yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah.

2. Faktor Eksternal Siswa
Lingkungan Sosial
a. Keluarga
b. Guru
c. Masyarakat
d. Teman

Lingkungan Non sosial
a. Rumah
b. Sekolah
c. Peralatan
d. Alam


Rujukan:
Imran, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Jaya.
Mujib, Abdul. 2002. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Baca Lengkap....

Unsur-Unsur yang Membangun Karya Sastra

Pada dasarnya karya sastra dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Yang termasuk dalam unsur intrinsik adalah tema, alur, tokoh, penokohan, latar/setting, sudut pandang dan amanah.

1. Tema
Setiap fiksi haruslah mempunyai dasar atau tema yang merupakan sasaran tujuan. Penulis menuliskan watak para tokoh dalam karyanya dengan dasar tersebut. Dengan demikian tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa tema merupakan hal yang paling penting dalam seluruh cerita. Tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan mengenai kehidupan yang membentuk gagasan utama dari suatu karya sastra . Scharbach (dalam Nurasiah, 2006: 11), mengatakan bahwa istilah tema berasal dari bahasa latin yaitu tempat untuk meletakkan suatu perangkat. Jadi tema adalah ide sebuah cerita atau sesuatu yang menjadi pengarang yang dibeberkan melalui tindakan-tindakan tokoh cerita itu terutama tokoh utama. Tema yang baik harus bersama di dalam unsur cerita.
Unsur Karya Sastra

2. Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin 2002: 83). Menurut Sukade ( 1987: 3), alur mula-mula dikaitkan dengan unsure cerita atau pencerita, kemudian berkembang sebagai akibat logis dari berbagai unsur secara kompleks. Menurut Hayati dan Winarno (1990: 10), alur adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang sambung menyambung dalam suatu cerita. Dengan demukian alur merupakan suatu jalur lintasan atau urutan suat peristiwa yang berangkai sehingga menghasilkan suatu cerita.

Pengarang mengkomunikasikan novelnya melalui tokoh-tokohnya. Tokoh ini melaksanakan peran masing-masing sehingga timbul situasi konflik menurut Ginarsa (1989: 11), adanya alur disebabkan oleh terbentuknya kekuatan-kekuatan yang terjadi karena adanya problema yang perlu diselesaikan.

3. Tokoh
Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya dalam peristiwa dalam kehidupan sehari-hari selalu diembang oleh tokoh-tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengembang peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau disebut penokohan.

Menurut Santoso (1995:106-107), tokoh adalah pelaku yang memainkan peran dalam cerita rekaan. Pada umumnya tokoh dalam cerita rekaan adalah manusia, tetapi dapat pula tokoh yang berwujud binatang, benda-benda, tumbuhan, dewa, jin, dan roh yang diinsankan.

Tokoh dalam cerita fiksi dapat dibedakan beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut nama penamaan itu dilakukan. Tokoh utama atau tokoh protagonis adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh kedua atau tokoh antagonis adalah tokoh atau pelaku yang menyambungi atau membayang-bayangi bahkan menjadi musuh tokoh utama.

Tokoh penyebab terjadi konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh protagonis secara langsung ataupun tidak langsung bersifat fisik atau batin.

4. Penokohan
Penokohan yang ditemukan dalam cerita fiksi adalah pelaku imajinatif, pelaku yang ada dalam benak pengarang. Pelaku imajinatif itu tidak akan dijumpai sekalipun dicari di seluruh dunia. Pelaku imajinatif tidak dapat ditangkap oleh alat indera. Ia hanya dapat ditangkap oleh daya imajinasi seseorang melalui raut muka, bentuk tubuh dan perilakunya. Karakter tokoh atau pelaku dapat dikenal lewat penggambaran baik yang dilakukan pengarang pencerita maupun oleh pelaku.

Hayati dan Winarno (1990: 1), mengungkapkan bahwa dalam penggambaran, seorang pengarang dapat melakukannya dengan dua cara yaitu secara eksposisi dan dramatik. Cara eksposisi, yaitu penggambaran tokoh dikatakan memiliki sifat-sifat yang sama jika sifat-sifat yang sama itu memiliki bersifat lahiriah maupun batinia. Misalnya pengarang menggambarkan kondisi badannya, umumnya kesukaannya, kesopanannya dan sebaliknya. Sebaliknya cara dramatik, yaitu pengarang secara tidak langsung menjelaskan sifat-sifat atau watak tokoh tatapi hanya memberikan gambaran berupa tindakan atau gerak-gerik seorang tokoh.

Jadi, penokohan atau karakter adalah pengembangan watak yang meliputi pandangan, perilaku, keyakinan dan kebiasaan yang dimiliki para tokoh yang mempunyai tempat tersendiri dalam suatu karya sastra.

5. Latar/setting
Latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya suatu kejadian. Menurut Suroto (1989: 94), latar adalah penggambaran situasi, tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa.

Hudson (dalam Nurasiah 2006: 14), membedakan latar sosial dan latar fisik. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan mastarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikap-sikapnya, adat, kebiasaan, cara hidup, bahasa dan sebagainya yang melatari peristiwa. Adapun yang dimaksud latar fisik adalah tempat wujud fisiknya, yaitu bangunan, daerah, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa latar adalah segala mengenai waktu dan ruang (tempat), dan suasana terjadinya peristiwa serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis yang dilukiskan dalam suatu karya sastra. Sebuah karya sastra yang berlatar lengkap memiliki aspek-aspek tersebut sehingga jelas kepada pembaca tentang kapan, di mana, dam bagaimana peristiwa itu diceritakan terjadi.

6. Sudut Pandang (Point of view)
Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan pelaku dalam cerita termasuk diri pengarang itu sendiri. Sudut pandang cerita itu menyatakan bagaiman fungsi pengisah (pengarang) dalam sebuah cerita, apakah ia mengambil seluruh bagian langsung dalam seluruh peristiwa atau sebagai pengamat terhadap objek dari seluruh tindakan-tindakan dalam cerita itu. Pengarang dapat bertindak sebagai tokoh utama yaitu mengisahkan adegan dengan menggunakan kata ganti orang pertama (aku, kami). Pengarang dapat juga sebagai pengamat dengan menggunakan kata ganti orang kedua (kau, kamu).

7. Amanah
Amanah adalah gagasan yang mendasari karya sastra atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Menurut Sudjiman (1992: 57), amanah adalah suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang yang diangkat dari sebuah karya sasrta.


Rujukan:
Aminuddin, 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Ginarsa, Ketut. 1989. Struktur Novel dan Cerpen Sastra Bali Modern. Jakarta: Pusat Perkembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hayati dan Winarno. 1990. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Malang: YA3.
Nurasiah,St. 2006. Deskripsi Psikologis Tokoh Utama Pada Novel Kutahu Matiku Karya Nwi Palupi. Skripsi. Makassar: FKIP Unismuh.
Santoso, Puji. 1995. Pengetahuan dan Apresiasi Kesusastraan.
Sudjiman, 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sukade, Made. 1987. Beberapa Landasan Tentang Sastra. Denpasar: Kayu Mas dan Yayasan Ilmu Seni Lasiba.
Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia Untuk SMA. Jakarta: Erlangga.
Baca Lengkap....