Filsafat Pendidikan Islam - Ruang Lingkup Pemikiran Filsafat

Ruang Lingkup Pemikiran Filsafat

Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan, terutama pendidikan Islam, kiranya perlu diikuti pola dan sistem pemikiran dan kefilsafatan pada umumnya.

Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah sebagai berikut.



    Sistem Pemikiran Kefilsafatan

    1. Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti bahwa cara berpikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasa- lahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sister natis, artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan secara bulat dan terpadu.
    2. Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal, artinya menyangkut persoalan-persoalan mendasar sampai ke akar-akarnya.
    3. Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan- persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik di masa sekarang maupun di masa mendatang.
    4. Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran yang tidak didasari pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), tetapi mengandung nilai- nilai objektif, oleh karena permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada pada objek yang dipikirkannya.

    Ruang Lingkup Bidang

    Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut.
    • Cosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan, serta proses kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata, dan sebagainya.
    • Ontologi, yaitu suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam semesta, dari mana dan ke arah mana proses kejadiannya. Pemikiran ontologis akhimya akan menentukan suatu kekuatan yang menciptakan alam semesta ini, apakah Pencipta itu Satu Zat (Monoisme) ataukah Dua Zat (Dualisme) atau banyak Zat (Pluralisme). Dan apakah kekuatan penciptaan alam semesta ini bersifat kebendaan ataukah roh. Bilamana kekuatan itu bersifat kebendaan, paham ini disebut materialisme dan bila bersifat roh, paham ini disebut spiritualisme (serba roh).
    • Philosophy of mind, yaitu pemikiran filosofis tentang jiwa dan bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana tentang kebebasan berkehendak manusia (free will), dan sebagainya.
    • Epistemologi, yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran (aliran Rasionalisme) atau dari pengalaman pancaindra (aliran Empirisme) atau dari ide-ide (aliran Idealisme) atau dari Tuhan (aliran Teologisme). Juga pemikiran tentang validitas pengetahuan manusia, artinya sampai di mana kebenaran pengetahuan kita. Hal ini menimbulkan berbagai paham seperti idealisme yang beranggapan bahwa kebenaran itu terletak dalam ide, sedang realisme beranggapan bahwa kebenaran terletak pada kenyataan yang ada (realitas). Juga paham pragmatisme bahwa kebenaran itu terletak pada kemanfaatan atau kegunaannya, bukan pada ide atau realitas.
    • Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya, nilai moral, nilai agama, nilai keindahan (estetika). Aksiologi ini mengandung pengertian lebih luas daripada etika atau higher values of life (nilai-nilai kehidupan yang bertaraf lebih tinggi).

    Pola dan sistem berpikir filosofis dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan, manusia, dan alam sekitar di atas, menjadi objek pemikiran Filsafat Pendidikan Islam. Oleh karena Filsafat Pendidikan Islam mempunyai sasaran pembahasan tentang hakikat permasalahan pendidikan yang bersumberkan ajaran Islam maka pola dan sistem berpikir serta ruang lingkup permasalahan yang dibahas pun harus bertitik tolak dari pandangan Islam. Pandangan Islam adalah prinsip- prinsip yang telah diletakkan olah Allah dan Rasul-Nya dalam kitab suci Alquran dan Al Hadis yang dikembangkan oleh para mujtahid dari waktu ke waktu.

    Adapun pola dan sistem pemikiran filosofis kependidikan yang berdimensi mikro adalah yang menyangkut proses pendidikan yang meliputi tiga faktor, yaitu
    1. pendidik,
    2. anak didik, dan
    3. alat-alat pendidikan, baik yang bersifat materiil maupun nonmateriil.

    Pola Pikir dari pemikir yang berkepribadian muslim

    Dengan demikian, akan tampak jelas bahwa hasil pemikiran filsafat tentang pendidikan Islam itu merupakan pattern of mind (pola pikir) dari pemikir-pemikir yang bernapaskan Islam atau berkepribadian muslim.

    Filsafat pendidikan yang membahas permasalahan pendidikan Islam tidak berarti membatasi diri pada permasalahan yang ada di dalam ruang lingkup kehidupan beragama umat Islam semata-mata, melainkan juga menjangkau permasalahan yang luas yang berkaitan dengan pendidikan bagi umat Islam.

    Dengan demikian, seluruh permasalahan yang menyangkut kehidupan umat manusia yang berpengaruh terhadap kehidupan umat manusia juga termasuk pemikiran Filsafat Pendidikan Islam. Misalnya masalah pendidikan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, masalah perubahan sosial, masalah kependudukan, masalah demoralisasi, dan sebagainya.

    Akan tetapi, semua permasalahan yang bukan agamis (nonreligius) yang menyangkut masalah sosial dan ilmu pengetahuan serta teknologi itu dianalisis secara mendalam, sehingga diperoleh hakikatnya, dari segi pandangan Islam karena filsafat bertugas pokok mencari hakikat dari segala sesuatu. Dan dari hakikat itulah timbul pemikiran teoretis yang pada gilirannya menimbulkan pemikiran tentang strategi dan taktik atau operasionalisasi kependidikan Islam. Dari sinilah timbul pemikiran tentang cara yang tepat untuk melaksanakan ide-ide kependidikan Islam yang dituangkan ke dalam apa yang disebut "Sistem Pendidikan Islam" (hal ini akan dibahas dalam Ilmu Pendidikan Islam secara terpisah).

    Sebagai contoh, dapat kiranya dilihat dari hasil pemikiran para filosof Islam zaman keemasan perkembangan Islam di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol Islam dari abad ke-7 sampai abad ke-12 Masehi. Pada masa itu lahirlah hasil pemikiran filsafat yang bercorak keislaman dari ahli-ahli pikir besar muslim seperti Al Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyid, Ibnu Khaldun, dan lain-lain. Meskipun pada umumnya mereka memiliki spesialisasi ilmu pengetahuan yang tidak semata-mata "agamis", misalnya ilmu kedokteran, sosiologi, dan sebagainya. Akan tetapi, jiwa dan corak keislamannyalah yang menonjol, karena agama menjadi sumber inspirasi serta motivasi mereka untuk berpikir, menyelidiki, menilai, menyimpulkan, serta menemukan suatu hakikat dari alam raya ini yang bermanfaat bagi umat manusia, yaitu ilmu pengetahuan yang luas dan dalam, meskipun ilmu yang telah mereka ungkapkan itu belum seberapa dibanding dengan ilmu Allah sendiri.

    Di masa itu, Islam telah mampu mendorong para pemikirnya untuk menyelidiki, menganalisis, menemukan, mengembangkan, serta memperluas ilmu pengetahuan, baik yang berasal dari sumbernya yang asli, ajaran agama, maupun dari kebudayaan lain yang diolah sejalan dengan nilai-nilai islami. Kemudian hasil-hasil penemuan yang baru atas analisis keilmuan mereka dapat mempengaruhi dunia Barat, sehingga dunia Barat bangkit untuk mendalaminya."

    Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam

    Iman dan ilmu pengetahuan dalam Islam merupakan dua asas hidup manusia muslim yang saling mempengaruhi dalam pribadinya, sehingga ia terangkat dari keterbelakangan dan kebodohan menjadi pribadi yang bermartabat tinggi di mata Tuhan dan sesama manusia.

    Ajaran yang penuh motivasi untuk maju dalam ilmu pengetahuan seperti terkandung di dalam sabda Nabi di bawah ini benar-benar menjadi daya penggerak para ahli pikir muslim pada zamannya.

    a) Ambillah hikmah dari mana pun datangnya.

    عد الحكْمَةَ مِنْ أَيِّ وعَاء خَرَجَتْ


    b) Hikmah itu merupakan barang yang hilang bagi orang mukmin. Barangsiapa menemuinya, ambillah segera.

    فَالْحَكْمَةُ ضَالَّةُ الْمُؤمن أنّى وَجَدَهَا الْتَقَطَهَا


    c) Agama itu adalah akal, barangsiapa tidak berakal, maka ia tidak bisa beragama.

    اَلدِّيْنُ هُوَ الْعَقْلُ لادينَ لَمَنْ لاَعَقْلَ لَهُ


    d) Carilah ilmu pengetahuan walaupun ke negeri Cina.

    أطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصَّيْنَ


    Kata hikmah dari seorang sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. di atas bersum- berkan dari firman Allah yang menyatakan:
    Allah memberi hikmah kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa diberi hikmah oleh Allah, maka sungguh dia akan mendapatkan kebaikan yang banyak.


    Sumber:

    Buku FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed.)
    Diterbitkan oleh PT Bumi Aksara
    Edisi Revisi
    Cetakan pertama, Oktober 2003
    Cetakan kedua, September 2005
    Cetakan ketiga, April 2008