Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam

Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat Pendidikan pada umumnya dan Filsafat Pendidikan Islam pada khususnya, adalah bagian dari Ilmu Filsafat. Maka, dalam mempelajari filsafat ini perlu memahami lebih dahulu tentang pengertian filsafat terutama dalam hubungannya dengan masalah pendidikan, khususnya pendidikan Islam.

Secara harfiah, filsafat berarti "cinta kepada ilmu". Filsafat berasal dari kata Philo yang artinya cinta dan Sophos artinya ilmu/hikmah. Secara historis, filsafat menjadi induk segala ilmu pengetahuan yang berkembang sejak zaman Yunani kuno sampai zaman modern sekarang.

    Pengertian Filsafat Pendidikan

    Berikut ini dikemukakan pengertian filsafat dalam kaitannya dengan pendidikan pada umumnya dari beberapa ahli pikir sebagai berikut.

    1. John Dewey


    Ia memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa. Dari itu maka filsafat pendidikan dapat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. John Dewey juga memandang bahwa ada hubungan yang erat antara filsafat dengan pendidikan. Oleh karena itu, tugas filsafat dan pendidikan adalah seiring, yaitu sama-sama memajukan hidup manusia. Ahli filsafat lebih memperhatikan tugas yang berkaitan dengan strategi pembentukan manusia, sedang ahli pendidikan bertugas untuk lebih memperhatikan taktik (cara) agar strategi itu menjadi terwujud dalam kehidupan sehari-hari melalui proses kependidikan.

    2. Menurut Thomson


    Filsafat berarti "melihat seluruh masalah tanpa ada batas atau implikasinya. Ia melihat tujuan-tujuannya, tidak hanya melihat metodenya atau alat-alatnya serta meneliti dengan saksama hal-hal yang disebut kemudian dalam kaitan arti dengan yang terdahulu. Hal itu mengandung arti bahwa perlu bersikap ragu terhadap sesuatu yang diterima oleh kebanyakan orang sebagai hal yang tak perlu dipermasalahkan dan perlu menangguhkan dalam pemberian penilaian sampai seluruh persoalan telah dipikirkan masak- masak. Hal itu memerlukan usaha untuk berpikir secara konsisten dalam pribadinya (self consistency) serta tentang hal-hal yang dipikirkannya itu tidak mengenal kompromi.

    Jadi, di sini filsafat dipandang sebagai suatu bentuk pemikiran yang konsekuen, tanpa kenal kompromi tentang hal-hal yang harus diungkap secara menyeluruh dan bulat. Keseluruhan dan kebulatan masalah yang dipikirkan oleh filsafat itu tidak lain adalah untuk menemukan hakikat dari masalah itu. Sedang suatu hakikat tidak dapat ditetapkan melalui kompromi.

    3. Van Cleve Morris


    Van Cleve Morris menyatakan, "Secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya bukan alat sosial semata untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, tetapi ia juga menjadi agen (lembaga) yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari depan yang lebih baik.”

    Jadi, dilihat dari tugas dan fungsinya, pendidikan harus dapat menyerap, mengolah, dan menganalisis serta menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat. Pendidikan harus mampu mengalihkan dan menanamkan aspirasi dan idealitas masyarakat itu ke dalam jiwa generasi penerusnya. Untuk itu, pendidikan harus menggali dan memahaminya melalui pemikiran filosofis secara menyeluruh, terutama tentang problemanya.

    4. Brubacher, ahli filsafat pendidikan Amerika


    Ia berpendapat bahwa, "Ada pendapat yang menyatakan tidak ada filsafat pendidikan sama sekali. Menganggap filsafat yang berpredikat pendidikan, sebenarnya seperti menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda. Filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggang pendidikan. Pendapat lainnya menyatakan bahwa filsafat pendidikan itu dapat berdiri sendiri secara bebas. Ia memperoleh keuntungan karena punya kaitan dengan filsafat umum, meskipun kaitan demikian tidak penting. Oleh karenanya ada pendapat yang menyatakan bahwa telah terjadi perpaduan antara pandangan filosofis dengan filsafat pendidikan. Oleh karenanya, filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tahap."

    Dengan demikian, jelaslah filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dengan segala tingkat. Sebenarnya, masalah ada atau tidaknya filsafat pendidikan tidak perlu dipersoalkan lagi, karena masa sekarang ia telah berkembang menjadi suatu disiplin keilmuan yang ada di dalam kubu ilmu pendidikan. Bahkan, ilmu- ilmu pengetahuan selain pendidikan pun hampir semuanya memiliki filsafatnya sendiri. Karena dengan memahami filsafatnya, orang akan dapat mengembangkan secara konsisten ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari. Filsafat mengkaji dan memikirkan tentang hakikat segala sesuatu secara menyeluruh, sistematis, terpadu, universal, dan radikal, yang hasilnya menjadi pedoman dan arah dari perkembangan ilmu-ilmu yang bersangkutan.

    Untuk menyelesaikan permasalahan kependidikan, ada tiga disiplin ilmu yang membantu filsafat pendidikan, yaitu:
    1. etika atau teori tentang nilai,
    2. teori ilmu pengetahuan atau epistimologi, dan
    3. teori tentang realitas atau kenyataan dan yang ada di balik kenyataan, yang disebut metafisika.
    Permasalahan yang diidentifikasikan dalam ketiga disiplin ilmu ini menjadi materi yang dibahas dalam filsafat pendidikan. Oleh karena filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup pemikiran yang mendasar tentang permasalahan fundamental manusia dihubungkan dengan ketiga disiplin ilmu di atas, maka menurut W.H. Kilpatrick, filsafat pendidikan mempunyai tiga tugas pokok, yaitu sebagai berikut.
    a) Memberikan kritik-kritik terhadap asumsi yang dipegang oleh para pendidik.
    b) Membantu memperjelas tujuan-tujuan pendidikan.
    c) Melakukan evaluasi secara kritis tentang berbagai metode pendidikan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan-tujuan kependidikan yang telah dipilih.

    Dalam kaitannya dengan filsafat pendidikan Islam, pemikiran para ahli filsafat pendidikan pada umumnya, seperti telah disebutkan di atas, perlu kita jadikan bahan acuan yang memberikan ruang lingkup pemikiran filsafat pendidikan Islam. Kita berpendirian bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada relevansinya dengan filsafat pendidikan Islam harus kita ambil untuk bahan memperdalam dan memperluas studi kita. Dari mana pun datangnya hikmah itu, kita ambil dan kita manfaatkan. Demikian perintah Nabi Besar Muhammad saw. Untuk itulah kita harus bersikap lapang dada.