BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Peranan guru sebagai manajer dalam kegiatan belajar di
kelas sudah lama diakui sebagai salah satu faktor yang penting dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru sebagai tenaga profesional, dituntut
tidak hanya mampu mengelola pembelajaran saja tetapi juga harus mampu mengelola
kelas, yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi
tercapainya tujuan pengajaran. Oleh karena itu sejalan dengan upaya pemerintah
dalam meningkatkan mutu di semua jenjang pendidikan, penerapan strategi pengelolaan
kelas dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang diyakini dapat
digunakan untuk memecahkan persoalan yang mendasar dari permasalahan pendidikan
di tanah air. peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c)
guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Mengapa
dibutuhkannya strategi pengelolaan kelas?
2. Apa Peran
Guru Dalam Strategi Pengelolaan Kelas?
3. Bagaimana
penerapan sistem dalam pengelolaan kelas?
C.
TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui strategi pengelolaan kelas.
2.
Mengetahui
apa saja peran Guru dalam pengelolaan kelas.
3.
Mengetahui
sistem pengelolaan kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PERLUNYA STRATEGI PENGELOLAAN KELAS
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila
proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan
berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang
diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu
faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di
dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya,
guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif
dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada
pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan
peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru
sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai
mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator. Sebagai tenaga
profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan
mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran.
Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991:22) “Pengelolaan kelas adalah upaya
yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang
tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”.
Sedangkan menurut Usman (2003:97) “Pengelolaan kelas yang efektif merupakan
prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif”.
Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem
pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalamkelas.
Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar
sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola
tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola
proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang
memungkinkan, indikatornya proses belajar mengajar berlangsung secara efektif.
B.
PERAN GURU DALAM STRATEGI PENGELOLAAN KELAS
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti
dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah
satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar
di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan
kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman,
2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c)
guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai valuator.
a) Guru Sebagai
Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini
dibuktikan apabila ada orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan
gurunya maka siswa tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan
membenarkan seorang guru. Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena
itu segala tingkah laku yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh
siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan
bagi siswanya dan contoh bagi peserta didik.
b) Guru Sebagai Evaluator
Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian
pembelajaran karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat
baik kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan,
pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :
- Mengetahui
- Mengerti
- Mengaplikasikan
- Analisis
- Sintesis (analisis dalam berbagai sudut)
- Evaluasi
Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik
untuk siswa sehingga hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan
menjadi solusi untuk mencari kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan.
Hal -hal yang paling penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh
semua aspek baik efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses
evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus terbuka
c) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka
performence dan karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa
kacau tanpa tujuan. Guru Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal
di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya.
Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran
mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran Memotivasi, mendorong, dan
menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan dengan
hukuman atau dengan reaward Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan
lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
d) Guru Sebagai
Fasilitator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag
akan diajarkan juga media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga
termasuk sebagai sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru.
Seorang siswa mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh
karena itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa
agar mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media pembelajaran
adalah hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan
diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media
pembelajaran didalam kelas sangat banyak sekali macamnya misalkan torsu, chart
maket, LCD, OHP/OHT, dll.
C.
PENGATURAN KELAS
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana didalam
kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh. Dalam kegiatan belajar mengajar
terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya pengajaran, dalam
arti tercapainya tujuan-tujuan intruksional, sangat bergantung kepada kemampuan
mengatur kelas. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah
belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru
memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan
pengorganisasian kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan
kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang
efektif, misalnya :
o Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap
pelajaran.
o Pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran dikelas
agar tercipta suasana yang menggairahkan dalam belajar.
o Pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan
minat dan kebutuhan siswa itu sendiri.
D.
PENERAPAN SUATU SISTEM DALAM MENGELOLA KELAS
Mengelola kelas itu merupakan pembuatan
keputusan-keputusan yang direncanakan bukan keputusan-keputusan spontan yang
diambil dalam keadaan darurat jika seorang guru, dalam keadaan marah dan
prustasi menyuruh terhadap siswa kepada kepala sekolah dan disitu ditegur,
mungkin si guru telah tenang kembali
merasa bahwa hukuman tersebut terlalu berat apabila telah terjadi lagi
pelanggaran serupa oleh siswa lain haruskah guru berbuat seperti itu lagi? Jika
demikian, ia bertindak tidak adil tetapi tidak bertindak demikian , ia tidak
konsisten biasanya antisipasi terhadap timbulnya masalah-masalah dikelas akan
menolong guru dari dilema-lema seperti
itu. Dasar dari pendekatan yaitu bahwa perilaku yang baik dikelas sebagian
dapat dibentuk dengan cara memberikan ganjaran atau tidak.
1.
Teknik
mendekati. Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang
biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya
takut, dan karena itu dapat menghentikannya dari perbuatan yang disruptif ,
tanpa perlu menegur andai kata siswa mulai menampakan kecenderungan berbuat
nakal, memindahkan tempat duduknya ke meja guru dapat berefek preventif.
2.
Teknik
memberikan isyarat. Apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat
memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi isyarat tersebut dapat berupa
petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.
3.
Teknik
mengadakan humor. Jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek
saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan
suasana baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu
tentang apa yang akan terjadi.
4. Teknik
tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan cara ini guru harus lues dan
tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus
tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa untuk di
perhatikan.
5. Teknik
yang keras. Guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras
apabila ia di hadapkan pada perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan.
Contohnya mengeluarkannya dalam kelas.
6. Teknik
mengadakan diskusi secara terbuka. Bila kenakalan di kelas mulai bertambah, sering guru
menjadi heran. ia lalu menilai kembali tindakan dan pengajarannya. untuk
menjelaskan perbuatan-perbuaatan siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana
belajar yang sedikit lebih sesuai daripada sebelumnya.
7. Teknik
memberikan penjelasan tentang prosedur. Kadang-kadang masalah kedisiplinan ada hubungannya
yang langsung dengan ketidakmampuan siswa melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya. Kesulitan ini terjadi apbila guru berasumsi bahwa siswa memiliki
keterampilan, padahal sebenarnya tidak. masalah yang hampir sama yaitu
masalah-masalah perilaku yang lazimnya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
yang tidak biasa dikelas.
8. Mengadakan
analisis. Kadang-kadang terjadi hampir terus menerus berbuat kenakalan,
guru dapat mengetahui masalah yang akan di hadapinya dan mengurangi keresahan
siswanya.
9. Mengadakan
perubahan kegiatan. Apabila gangguan dikelas meningkat jumlahnya, tindakan
yang harus segera di ambil yaitu mengubah apa yang sedang anda lakukan. Jika
biasanya diskusi, maka ubahlah dengan memberikan ringkasan-ringkasan untuk
dibaca atau menyuruh mereka membaca buku-buku pilihan mereka.
10. Teknik menghimbau. Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”.
Ucapan tersebut adakalanya membawa hasil; siswa memperhatikannya. Tetapi
apabila himbauan sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Untuk tercapainya apa yang menjadi tujuan pembelajaran
dalam proses pengelolaan kelas kami mengambil kesimpulan bahwa: pertama
strategi guru dalam membuat perencanaan pembelajaran sebelum tahun ajaran baru,
dan kepala sekolah mewajibkan semua guru membuat perencanaan pembelajaran yang
meliputi: silabus, analisa materi pelajaran (AMP), program tahunan, program
semester, dan Rencana program pengajaran. Kedua Membangun Kerjasama dengan
Siswa dalam Pembelajaran. Membangun kerjasama dengan siswa, artinya dalam pembelajaran
terjadi interaksi yang komunikatif antara guru dengan siswa. Upaya-upaya
tersebut: (a) menjalin hubungan baik dengan siswa melalui kegiatan pembelajaran
maupun kegiatan ekstrakurikuler, (b) berusaha menyampaikan materi dengan bahasa
yang mudah di pahami siswa, (c) menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan
sehari-hari, (d) menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Dengan
strategi ini suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, sehingga siswa menjadi
on task dalam pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan
pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.
Popham, W. James. 1992. Teknik
mengajar secara sistematis. Jakarta: Rineka Cipta.
Setiawan,
Conny dkk. 1985. Pengelolaan kelas. Jakarta: Gramedia.