Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan

Mengenal Tuhan Adalah Fitrah

Maksud daripada pengenalan Tuhan secara fitri ada dua bentuk pengenalan.
Pertama: Pengenalan lewat ilmu pengetahuan (Khusuli)
Kedua: Pengenalan lewat Ilmu Khuduri


PENGENALAN TUHAN LEWAT ILMU KHUSULI
Pengenalan Tuhan lewat Ilmu Khusuli, yaitu bahwa akal manusia untuk membuktikan keberadaan Tuhan tidak perlu mengerahkan segala pikiran dan kemampuannya akan tetapi cukup hanya dengan melihat bahwa keberadaan manusia dan fenomena-fenomena alam ini membutuhkan kepada adanya pencipta yang Maha Kaya. Ringkasnya akal manusia untuk memahami bahwa setiap ciptaan pasti menunjukkan adanya pencipta tidak perlu pemikiran yang panjang.

CIRI-CIRI PENGETAHUAN KHUSULI
 Ada kemungkinan salah.
 Memakai perantara
 Bisa ditransfer kepada orang lain
 Bersifat perolehan.
 Tidak memiliki degradasi dan tingkatan secara esensial.

PENGENALAN TUHAN LEWAT PENGETAHUAN KHUDURI
Setiap manusia dalam hatinya merasakan kehadiran Tuhan serta merasakan adanya hubungan batin dengan sesuatu yang maha (Tuhan) hanya saja jarang sekali manusia yang menyadari hal itu. Hal ini karena volume pengetahuan khuduri setiap manusia itu berbeda-beda.Dalam hadits Nabi disebutkan adanya penetahuan seperti ini dengan istilah “Al-Fitrah”.

Setiap yang dilahirkan berdasarkan atas fitrah. Imam Ja’far Shodiq a.s. memberika interpretasi tentang pengertian fitrah tersebut, yaitu kecenderungan bertauhid.

CIRI-CIRI PENGETAHUAN KHUDHURI
  • Pengetahuan khudhuri tidak pernah salah. Hal ini disebabkan karena yang mengetahui (alim) dengan yang diketahui (maklum) tidak ada perantara.
  • Pengetahuan khudhuri tidak dapat ditransfer kepada orang lain karena itu bersifat individualis
  • Tidak bersifat iktisaby (perolahan) akan tetapi pemberian Tuhan.
  • Pengetahuan khudhuru memiliki gradasi antar individu yang berbeda.

SEBAB-SEBAB MANUSIA TIDAK MENYADARI ADANYA PENGETAHUAN KHUDHURI
Diantara sebab-sebab manusia tidak menyadari adanya pengetahuan khudhuri terhadap Tuhan antara lain:
 Kecintaan terhadap materi
 Mementingkan ego
 Kemaksiatan dan dosa
 Berpikir tentang keduanya
Baca Lengkap....

Membuktikan Keberadaan Tuhan

Keberadaan Tuhan bisa di buktikan lewat empat macam dalil:
1. Dalil Fitri
2. Dalil Akli
3. Dalil Nakli
4. Dalil Shiddiqin (argumen orang bijak)

Dalil fitri
Setiap manusia merasakan akan kehadiran Tuhan Yang Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Bijaksana, dsb dalam lubuk hatinya, hanya saja perasaan itu memiliki degradasi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Ada diantara mereka yang merasakan kehadiran Tuhan hanya sewaktu-waktu. Secara ringkas, perasaan kehadiran Tuhan dalam setiap diri manusia berbeda-beda.

Bukti keberadaan Tuhan lewat jalur fitri ini bisa kita pahami dari beberapa hal antara lain:

 Adanya Perasaan Ingin Tahu Dalam Diri Manusia.
Setiap manusia memiliki kecendrunganuntuk mengenal dan mengetahui hakikat sesuatu. Ia tidak puas melihat fenomena-fenomena dan kenyataan-kenyataan yang ada dialam ini dengan begitu saja akan tetapi ia berusaha terus untuk mengenali tentang realitas tersebut. Perasaan ini tidak hanya terbatas dimiliki orang-orang dewasa saja akan tetapi dimiliki oleh setiap lapisan manusia hanya saja volumenya yang berbeda.

Hakikat sesuatu yang ingin dia ketahui sebenarnya adalah Tuhan karena Tuhan adalah hakikat itu sendiri dan sumber dari segala pengetahuan.

 Perasaan Lemah.
Manusia bila dilihat dari sisi asal penciptaan ia terdiri dari berbagai unsur dan unsur-unsur itu satu sama lainnya saling membutuhkan, adanya saling membutuhkan ini menunjukkan adanya kelemahan, dan kelemahaan ini menunjukkan adanya keterbatasan masing-masing. Oleh karena itu disadari atau tidak sering kali perasaan ini muncul dalam bentuk yang berbeda-beda misalnya ingin dilindungi, dikasihi, dipuja, dll. Yang pada intinya semua itu menunjukkan bahwa manusia itu lemah dan disana ada dzat yang Maha Perkasa dan Maha Sempurna sehingga ia bisa berlindung dan memohon perlindungan pertolongan kepada-Nya. Hal ini telah dilukiskan oleh Imam Ja’far As-shadiq a.s tatkala beliau ditanya tentang Tuhan:

“Imam bertanya padanya pernakah anda berlayar kelautan (sepertinya telah mengetahui bahwa cerita ini telah dialami oleh penanya) ia menjawab benar. Imam bertanya lagi pernahkah perahu anda tertimpa musibah ditengah lautan? Ia menjawab benar telah terjadi musibah itu dalam perjalananku. Imam bertanya: pernahkah anda sampai suatu batas dimana harapan anda telah putus dan anda melihat diri anda dalam jurang kematian? Ia menjawab : benar telah terjadi hal ini padaku. Imam bertanya : masihkah anda memiliki harapan untuk selamat? Ia menjawab : benar. Imam bertanya bukankah anda disana anda tidak mendapatkan sarana untuk bisa menyelamatkan diri anda, maka kepada siapa bergantung? Saat itu penanya mengetahui dan teringat keadaan yang pernah dialaminya seolah-olah ia melihat seseorang dimana hatinya telah bergantung kepadanya.

Dalam beberapa ayat Al-Qur’an juga telah disinyialir:
Dan apabila manusia ditimpa mara bahaya ia menyeru Tuhannya” (QS.Yunus:12).
Dalam beberapa tafsir juga disebutkan bahwaorang-orang meyembah berhala tatkala mereka berlayar dengan menaiki perahu, patung-patung, berhala dan sesembahan mereka, mereka bawa bersama mereka akan tetapi anehnya tatkala mereka mendapati badai topan yang menempa perahu mereka, berhala-berhala yang mereka bawa tersebut mereka lemparkan kedalam lautan dan seraya berteriak “Ya Rob Wahai Tuhanku”

 Cinta Keindahan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia dalam lubuk hatinya memiliki kecendrungan untuk mencintai keindahan sebagai contoh kita bisa melihat kenyataan ini bahwa manusia pada umumnya lebih suka melihat tanaman-tanaman subur dan penuh kehijuaan dari pada tanah yang gersang dan kering serta tandus. Hal ini bila kita lihat dari kaca mata Tauhid dengan adanya kecendrungan manusi itu pada hakikatnya ia telah mengenal Tuhannya sebab tidak ada keindahan yang lebih indah selain daripada Tuhan. Dalam hadist nabi disebutkan bahwa:
Sesungguhnya Allah SWT Maha Indah dan ia mencintai keindahan”.

 Cinta Keadilan.
Pada perinsipnya bahwa setiap manusia besar maupun kecil tua maupun muda ingin diperlakukan oleh yang lainnya dengan adil dan bijaksana karena itu seorang anak kecil saja bila ia diperlakukan oleh orang tuanya dengan adil dan bijaksana maka ia akan memprotesnya, hal ini disebabkankarena fitrah dan hati kecilnya menolak untuk diperlakukan seperti itu telah mengenal Tuhan sebagai dzat yang Maha adil dan Bijaksana hanya saja volumenya yang berbeda-beda.
Baca Lengkap....

Pengertian Tarekat

Tarekat berasal dari kata 'thariqah' yang artinya 'jalan'. Jalan yang dimaksud di sini adalah jalan untuk menjadi orang bertaqwa, menjadi orang yang diredhoi Allah S.w.t. Secara praktisnya tarekat adalah kumpulan amalan-amalan lahir dan batin yang bertujuan untuk membawa seseorang untuk menjadi orang bertaqwa.

Ada 2 macam tarekat yaitu tarekat wajib dan tarekat sunat.
  1. Tarekat wajib, yaitu amalan-amalan wajib, baik fardhu ain dan fardhu kifayah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. tarekat wajib yang utama adalah mengamalkan rukun Islam. Amalan-amalan wajib ini insya Allah akan membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa yang dipelihara oleh Allah. Paket tarekat wajib ini sudah ditentukan oleh Allah s.w.t melalui Al-Quran dan Al-Hadis. Contoh amalan wajib yang utama adalah shalat, puasa, zakat, haji. Amalan wajib lain antara lain adalah menutup aurat , makan makanan halal dan lain sebagainya.
  2. Tarekat sunat, yaitu kumpulan amalan-amalan sunat dan mubah yang diarahkan sesuai dengan 5 syarat ibadah untuk membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa. Tentu saja orang yang hendak mengamalkan tarekat sunnah hendaklah sudah mengamalkan tarekat wajib. Jadi tarekat sunnah ini adalah tambahan amalan-amalan di atas tarekat wajib. Paket tarekat sunat ini disusun oleh seorang guru mursyid untuk diamalkan oleh murid-murid dan pengikutnya. Isi dari paket tarekat sunat ini tidak tetap, tergantung keadaan zaman tarekat tersebut dan juga keadaan sang murid atau pengikut. Hal-hal yang dapat menjadi isi tarekat sunat ada ribuan jumlahnya, seperti shalat sunat, membaca Al Qur’an, puasa sunat, wirid, zikir dan lain sebagainya.

Hubungan antara tarekat dengan wirid/zikir
Salah satu amalan tarekat adalah wirid/zikir yang dibaca secara teratur dengan disiplin tertentu. Wirid ini diberikan/didiktekan oleh Rasulullah kepada pendiri tarekat tersebut melalui yaqazah (pertemuan secara sadar/jaga). Fungsi wirid ini adalah sebagai penguat amalan batin pada para pengamal tarekat tersebut.

Macam-macam tarekat yang pernah ada.
• Tarekat Alawiyyah
• Tarekat Naqsyabandiah
• Tarekat Qodiriyah
• Tarekat Rifa'iyah
• Tarekat Samaniyah
• Tarekat Syattariyah
• Tarekat Tijaniyah
• Tarekat Shiddiqiyyah
• Tarekat Aurad Muhammadiyah
Baca Lengkap....

11 Golongan yang Selalu Didoakan oleh Malaikat

  1. Orang yang tidur dalam keadaan suci.
    Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang tidur dalam keadaan suci, malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa: “Ya Allah, ampunilah hamba-Mu itu kerana tidur dalam keadaan suci.”
  2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
    Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah salah seorang antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.’”
  3. Orang yang berada di shaf depan shalat berjamaah.
    Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat atas (orang) yang berada pada shaf depan.”
  4. Orang yang menyambung shaf pada shalat berjamaah.
    Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bersalawat kepada orang yang menyambung shaf.”
  5. Orang yang mengucapkan “amin” ketika seorang imam selesai membaca surat Al-Fatihah.
    Para malaikat mengucapkan “amin” ketika seorang imam selesai membaca surat Al-Fatihah. Rasulullah Saw bersabda: “Jika seorang imam membaca Al-Fatihah hingga selesai, ucapkanlah olehmu “aamiin” karena barang siapa yang ucapannya itu bersamaan dengan ucapan malaikat, maka akan diampuni dosanya yang lalu.”
  6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
    Rasulullah Saw bersabda: ”Para malaikat akan selalu bersalawat kepada salah seorang di antara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat, di mana ia melakukan shalat.”
  7. Orang yang melakukan shalat Subuh dan Ashar secara berjamaah.
    Rasulullah Saw bersabda: “Para malaikat berkumpul pada saat shalat Subuh lalu malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga Subuh) naik (ke langit) dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat Asar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat Asar) naik (ke langit), sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal lalu Allah bertanya kepada mereka: “Bagaimana kalian meninggalkan hamba-Ku?” Mereka menjawab: ”Kami datang saat mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka saat mereka sedang melakukan shalat, ampunilah mereka pada hari kiamat.”
  8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
    Rasulullah S.a.w bersabda: “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Di kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, malaikat itu akan berkata “aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.”
  9. Orang yang berinfak.
    Rasulullah S.a.w bersabda: ”Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali dua malaikat turun kepadanya, satu antara kedua-duanya berkata: “Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak…”
  10. Orang yang sedang makan sahur.
    Rasulullah S.a.w bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat kepada orang yang sedang makan sahur.”
  11. Orang yang menjenguk orang sakit.
    Rasulullah S.a.w bersabda: “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bersalawat kepadanya di waktu siang hingga petang dan di waktu malam hingga subuh.

Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang selalu didoakan oleh malaikat. Amin!
Baca Lengkap....

Doa Meminta Husnul Khatimah

Wahai Yang bila diingat
akan menjadi kemuliaan bagi yang mengingat-Nya
Wahai Yang bila disyukuri
menjadi kemenangan bagi orang yang mensyukuri-Nya
Wahai Yang bila ditaati
menjadi keselamatan bagi orang yang mentaati-Nya

Maka limpahkan sejahtera
kepada Nabi Muhammad dan keluarganya
Sibukkanlah hati kami
dengan tetap mengingat dan menyebut-Mu
dari segala macam ingatan dan sebutan
Sibukkanlah lidah kami
dengan tetap mensyukuri-Mu
dari segala macam rasa syukur
Sibukkanlah anggota tubuh kami
dengan tetap mentaati-Mu
dari segala macam ketaatan selain-Mu

Bila Engkau memberikan padaku
waktu luang tanpa kesibukan apapun
maka jadikanlah itu suatu waktu luang
yang membawa keselamatan
tanpa adanya perasaan ikut-ikutan maupun rasa jemu
sehingga malaikat pencatat amalan kejahatan
segera menunggalkan kami dengan catatan yang kosong
dari sebutan dosa-dosa
dan malaikat pencatat kebaikan
segera meninggalkan kami dengan perasaan gembira
karena catatan kami tertulis amalan kebaikan

Bila hari-hari kehidupan kami mulai lewat
Bila batas waktu umur kami telah habis
dan kami sudah harus memenuhi undangan-Mu
yang tak bisa ditunda-tunda lagi
untuk segera dipenuhi

Maka limpahkan sejahtera
kepada Nabi Muhammad dan keluarganya
Isilah di akhir catatan amalan kami
yang ditulis oleh malaikat pencatat amalan
dengan amalan taubat yang diterima
yang tidak lagi dipenuhi catatan dosa atau kemaksiatan
yang pernah kami lakukan

Janganlah Engkau membuka rahasia kami
yang Engkau tutup rapat di hadapan para saksi
di suatu hari di mana seluruh catatan amal hamba-Mu
sedang diperiksa

Sesungguhnya Engkau Maha Penyayang
kepada yang menyampaikan doa kepada-Mu
Maha Penerima Jawaban
kepada yang memanggil-Mu
Baca Lengkap....

Apakah Agama itu?

Definisi Agama

Secara leksikal, kata din berasal dari bahasa Arab yang berarti ketaatan dan balasan. Sedangkan secara teknikal, din berarti iman kepada pencipta manusia dan alam semesta, serta kepada hukum praktis yang sesuai dengan keimanan tersebut. Dari sinilah kata al-ladini (orang yang tak beragama) digunakan pada orang yang tidak percaya kepada wujud pencipta alam secara mutlak, walaupun ia meyakini shudfah (kejadian yang tak bersebab-akibat) di alam ini, atau meyakini bahwa terciptanya alam semesta ini akibat interaksi antar-materi semata. Adapun kata al-mutadayyin (orang yang beragama) secara umum digunakan pada orang yang percaya akan wujud pencipta alam semesta ini, walaupun kepercayaan, perilaku dan ibadahnya bercampur dengan berbagai penyimpangan dan khurafat. Atas dasar inilah agama yang dianut oleh umat manusia terbagi menjadi dua; agama yang hak dan agama yang batil. Agama yang hak merupakan dasar yang meliputi keyakinan-keyakinan yang benar; yang sesuai dengan kenyataan, dan ajaran-ajaran serta hukum-hukumnya dibangun di atas pondasi yang kokoh dan dapat dibuktikan kesahihannya.

Usuluddin dan Cabang-cabangnya

Dari uraian singkat di atas tampak jelas bahwa istilah din atau agama terdiri dari dua unsur pokok: pertama, akidah atau aqa’id (keyakinan-keyakinan) yang merupakan prinsip agama. Kedua, hukum-hukum praktis yang merupakan konsekuensi logis dari prinsip agama tersebut.
Oleh karena itu, tepat sekali apabila bagian akidah ini dinamakan sebagai ushul (prinsip) agama, dan bagian ahkam (hukum-hukum) praktis dinamakan sebagai furu’ (cabang), sebagaimana para ulama Islam menggunakan dua istilah tersebut pada bidang akidah dan hukum-hukum Islam.

Pandangan Dunia dan Ideologi

Pandangan dunia (Ar-Ru’yah Al-Kauniyyah) dan ideologi adalah dua istilah yang berdekatan artinya. Salah satu arti pandangan dunia ialah seperangkat keyakinan mengenai penciptaan, alam semesta dan manusia, bahkan mengenai wujud secara mutlak.Sedangkan arti ideologi, salah satunya ialah seperangkat pandangan universal tentang sikap praktis manusia. Berdasarkan dua arti ini, sistem akidah setiap agama dapat dianggap sebagai sebuah pandangan yang bersifat universal. Sedang sistem hukum praktis agama yang bersifat umum adalah ideologinya. Maka itu, kedua istilah ini dapat diterapkan pada ushuluddin dan furu’uddin.

Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa istilah ideologi itu tidak meliputi hukum-hukum juz’i (partikular), begitu pula istilah padangan dunia itu tidak meliputi keyakinan-keyakinan yang juz'i. Hal lain yang juga perlu diperhatikan ialah bahwa istilah ideologi terkadang digunakan untuk pengertian yang bahkan mencakup pandangan dunia itu sendiri.

Pandangan Dunia Ilahi dan Materialisme

Pada umat manusia, terdapat berbagai pandangan dan keyakinan mengenai penciptaan alam semesta ini. Akan tetapi, semua itu—dari sisi keimanan atau pengingkaran terhadap alam metafisis—dapat dibagi menjadi dua bagian utama; pandangan dunia Ilahi dan pandangan dunia Materialisme.
Dahulu, penganut pandangan dunia Materialisme dikenal sebagai ath-thabi’i dan ad-dahri. Terkadang juga disebut sebagai zindik dan mulhid (ateis). Sedangkan di zaman kita sekarang ini, mereka dikenal sebagai al-maddi (materialis). Di dalam kaum materialis sendiri, terdapat aliran-aliran. Yang paling menonjol pada masa kita sekarang ini adalah Materialisme Dialektika yang merupakan bagian Filsafat Marxisme.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa istilah pandangan dunia tidak terbatas hanya pada kepercayaan agama saja, namun mempunyai pengertian yang lebih luas lagi, karena istilah itu juga digunakan pada pandangan ilhadiyyah (ateisme) dan madiyyah (materialisme), sebagaimana istilah ideologi itu tidak hanya digunakan untuk sistem hukum suatu agama.

Agama Samawi dan Dasar-dasarnya

Para ulama, ahli sejarah agama dan sosiologi berbeda pendapat mengenai kemunculan agama. Adapun sumber-sumber Islam menyatakan bahwa agama tauhid lahir seketika kelahiran manusia pertama. Manusia pertama yang lahir di muka bumi ini adalah nabi (Adam as) dan penyeru ajaran tauhid (mengesakan Allah). Adapun agama-agama musyrik muncul lantaran penyimpangan, pemaksaan kehendak dan ambisi busuk, yang bersifat individu maupun kelompok.

Agama-agama tauhid adalah agama-agama samawi yang hakiki dengan tiga prinsip universal mereka, yaitu pertama: iman kepada Allah Yang Esa. Kedua, iman kepada kehidupan abadi setiap manusia di akhirat kelak untuk menerima pembalasan amal yang pernah ia lakukan semasa hidupnya di dunia. Ketiga, iman kepada para nabi dan rasul yang diutus oleh Allah untuk memberi hidayah dan bimbingan kepada seluruh umat manusia demi mencapai puncak kesempurnaan dan kebahagiaan dunia serta akhirat.

Pada dasarnya, tiga prinsip ini merupakan jawaban yang paling tegas atas persoalan-persoalan fundamental manusia yang berakal. Yaitu, siapakah pencipta alam semesta ini? Bagaimanakah akhir kehidupan ini? Dan apakah cara untuk mengetahui sistem kehidupan yang terbaik? Sistem kehidupan yang dibangun atas dasar wahyu pada hakikatnya adalah ideologi yang bersumber dari pandangan dunia Ilahi.

Prinsip-prinsip akidah itu mempunyai berbagai konsekuensi dan rincian yang semuanya membentuk sebuah sistem akidah agama. Adanya perbedaan di antara berbagai keyakinan merupakan sebab munculnya berbagai agama dan madzhab. Kita perhatikan bagaimana perbedaan tentang status kenabian sebagian nabi-nabi Ilahi dan tentang penentuan kitab yang orisinil dan utuh menjadi sebab utama perselisihan di antara agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Atau perbedaan-perbedaan lainnya seputar masalah akidah dan ibadah, sehingga sebagian dari agama itu sudah tidak sesuai lagi dengan ajarannya yang murni. Contohnya, keyakinan orang-orang Nasrani terhadap Trinitas yang jelas tidak sesuai dengan prinsip Tauhid, walaupun mereka telah berusaha untuk menafsirkan dan menakwilnya sebegitu rupa agar dapat diterima. Demikian pula perselisihan mengenai kepemimpinan dan penentuan khalifah setelah wafatnya Rasul saw; apakah penentuan khalifah itu urusan Allah ataukah urusan manusia. Persoalan ini merupakan sebab utama terjadinya ikhtilaf antara mazhab Ahli Sunnah dan mazhab Syi’ah di dalam Islam.

Dengan demikian, Tauhid, Kenabian dan Ma’ad (Hari Kebangkitan) adalah prinsip-prinsip akidah pada semua agama samawi. Meski begitu, terdapat keyakinan-keyakinan yang merupakan turunan dari prinsip-prinsip tersebut. Misalnya, keyakinan terhadap keberadaan Allah adalah prinsip pertama, keyakinan terhadap keesaan-Nya adalah prinsip kedua. Atau, keyakinan terhadap Kenabian merupakan sebuah prinsip semua agama samawi, sedangkan keyakinan terhadap kenabian Nabi Muhammad saw adalah prinsip yang khas pada Islam. Sebagian ulama Syi’ah menjadikan Keadilan Tuhan—yang merupakan turunan dari prinsip Tauhid—sebagai prinsip akidah khas Syi’ah. Dan Imamah—sebagai perpanjangan dari Kenabian—adalah prinsip akidah khas Syi’ah lainnya. Sebenarnya, penggunaan kata prinsip (al-ashl) pada ajaran-ajaran akidah seperti ini mengikuti konvensi dan tidak perlu lagi diperdebatkan.

Oleh karena itu, kata ushuluddin dapat digunakan dalam dua istilah; umum dan khusus. Istilah umum ushuluddin mencakup akidah-akidah yang sahih; sebagai lawan dari furu’uddin. Sedang istilah khusus ushuluddin berlaku hanya pada keyakinan-keyakinan yang paling prinsipal. Istilah ushuluddin juga dapat digunakan secara mutlak (tidak hanya khusus bagi sebuah agama) pada sejumlah kesamaan prinsip akidah di antara agama-agama samawi seperti tiga prinsip di atas tadi, yaitu Tauhid, Kenabian dan Kebangkitan. Adapun jika ditambahkan prinsip-prinsip lainnya, istilah yang biasa digunakan adalah ushuluddin khusus. Demikian pula, jika ditambahkan akidah dan keyakinan yang khas pada mazhab tertentu, istilah yang digunakan adalah ushulul madzhab.
Baca Lengkap....