Tampilkan postingan dengan label Profil Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Profil Tokoh. Tampilkan semua postingan

Biografi Armijn Pane

Armijn_Pane
Armijn Pane adalah seorang pengarang, dan juga seorang pendiri majalah Poedjangga Baroe. Ia pun telah banyak memberikan jasa-jasanya dalam perkembangan dunia kesusastraan Indonesia di tahun 1940-an.

Dilahirkan di Muara Sipongi Tapanuli Selatan pada 18 Agustus 1908. Bakat mengarang ini diwarisinya dari ayahnya Sutan Pengurabaan. Dari delapan bersaudara dua orang mewarisi bakat ayahnya yaitu Sanusi Pane dan Armijn Pane.


Pendidikan yang ia lalui dimulai dari HIS di Padang Sidempuan, dan Tanjung Balai, kemudian pindah ke ELS di Sibolga dan Bukittinggi, lalu masuk ke Stovia di Jakarta. Pada tahun 1927 pindah ke NIAS di Surabaya tetapi tidak lama kemudian ia pun keluar. Karena menganggap dirinya lebih cocok di sastra, sehingga akhirnya iapun masuk AMS Yogyakarta dan mengambil jurusan Sastra Klasik Barat.

Karir kewartawanan diawalinya dari wartawan Soeara Oemoem di Surabaya pada tahun 1932, kemudian di mingguan Penindjauan tahub 1934 dan surat kabar Bintang Timoer tahun 1953. Tidak hanya dunia kewartawanan ia geluti, tetapi ia pernah menjadi Pamong Taman Siswa di berbagai kota di Jawa Timur, kemudian menjadi redaktur Balai Pustaka di Jakarta.

Armijn Pane pembawaannya tenang, kalem, dan polos. Dalam mengerjakan sesuatu sangat cermat, teliti dan semuanya ingin serba rapih. Karena sangat hati-hati sehingga persoalan yang betapapun kecilnya, akan menimbulkan keresahan dalam dirinya.

Didalam menciptakan puisi, Armijn Pane pun berbeda dengan teman-temannya. Ia punya pandangan dan gaya tersendiri. Dalam puisinya mengutamakan kesegaran, kedalaman dan kebaruan didalam bahasa yang dipergunakannya didalam bahasa yang dipergunakannya di dalam puisi. Minat Armijn Pane tidak hanya terbatas pada bidang sastra saja, tetapi perhatiannya meliputi pula seni musik, tari, lukis, dan bidang jurnalistik serta dunia kebahasaan dan sejarah. Diluar kegiatannya dibidang sastra, ia pernah berpolemik tentang musik dengan G.J. Resink dan Ali Budiarjo dalam majalah Pujangga Baru tahun 1941. Selain
itu, ia juga pernah menulis buku-buku tentang bahasa Mencari Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia”tahun 1950, dan tentang sejarah Jalan Sejarah Dunia”ditahun 1952.

Armijn Pane terakhir muncul dimuka umum pada tanggal 15 Januari 1970, pada kesempatan memberikan ceramah tahunan di ruang Teater Terturtup Taman Ismail Marzuki. Dalam ceramahnya tersebut, ia menuturkan pengalaman bathinnya sebagai pengarang. Ia juga menguraikan tentang sastra keagamaan dalam bahasa Indonesia, dan tentang esai-esainya yang dikaitkan terhadap kehidupan sastra waktu itu dalam keadaan pada masa tersebut, dan ini merupakan esai-esainya yang terkenal.

Armijn Pane merupakan satu sosok yang tegar walaupun ia sering juga mengalami kegelisahan. Pendiriannya yang tegas tidak dapat dirobohkan oleh celaan dan cemohan orang lain. Kini beliau telah tiada, ia menutup mata untuk terakhir kalinya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 17 Februari 1970 dan dikebumikan di perkuburan karet Jakarta. Ia meninggalkan anak, hanya seorang istri.

Adapun hasil karya Armijn Pane antara lain, Belenggu karyanya ini ditulis pada tahun 1940. Jiwa Berjiwa yang diorbitkan sebagai salah satu nomor khusus Pujangga Baru pada tahun 1939, Gamelan Jiwa tahun 1960. Karya-karya yang berupa drama atau sandiwara adalah Jinak-Jinak Merpati tahun 1953, Lenggang Kencana tahun 1937, Lukisan Masa tahun 1937, dan Ratna tahun 1943 yang merupakan karya saduran dari buku Nora, karya Ibsen. Kisah Antara Manusia tahun 1952 adalah buku kumpulan cerita pendeknya. Kemudian buku pelajaran, Tujuan Hidup (BPII) Sebuah Buku Tinjauan Tentang Sastra Indonesia Modern yang ditulis dalam bahasa Belanda dengan judul Kort Overzicht Van de Modern Indonesiche Literatuur tahun 1949, Membangun Hari Kedua tahun 1956 yang merupakan karya terjemahan dari roman karya Ilya Ehrenburg. Sajak-sajak Muda Mr. Mohammad Yamin tahun 1954, Jalan Sejarah Dunia tahun 1953, Habis Gelap Terbitlah Terang tahun 1953 yang merupakan terjemahan dari surat-suratnya R.A. Kartini yang dibukukan oleh Mr. Abendanon dalam bukunya Van Duisternis to Licht, dan Mencari Sendi-Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia tahun 1950 ini adalah buku pelajaran mengenai bahasa Indonesia.

Di akhir hayatnya Armijn Pane masih sempat menuliskan karyanya yang berupa tiga buah roman yang terbagi atas tiga tahun 35-an dan yang ketiga tentang tahun 69-an. Armijn Pane pernah mendapat penghargaan Anugrah Seni pada tahun 1967 dari pemerintah karena karya-karyanya dan jasa-jasanya dalam bidang sastra terutama dalam bidang Sastra Indonesia Modern.

Wafat :Jakarta, 17 Februari 1970

Karier : Wartawan, Pamong Taman Siswa, Redaktur Pujangga Baru (1933-1938), Redaktur Balai Pustaka (1936), Ketua Bagian Kesusastraan Pusat Kebudayaan (1942-1945), Redaktur majalah Indonesia (1948-1955), Sekretaris BMKN (1950-1955).

Pendidikan : HIS (Padang Sidempuan dan Tanjung Balai), ELS (Sibolga dan
Bukitinggi), STOVIA Jakarta (1923), NIAS Surabaya (192v7), AMS-A Solo (1931).

Penghargaan : Anugrah Seni bidang Sastra Indonesia Modern (1967), Hadiah Tahunan Dari
Pemerintah RI

Karya Tulis :
Lengang Kencana (1937),
Lukisan Masa (1937),
Jiwa berjiwa (1939),
Belenggu (1940),
Ratna (1943),
Tujuan Hidup (BPII) Sebuah Buku Tinjauan Tentang Sastra Indonesia Modern (1949)
Mencari Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia (1950),
Jalan Sejarah Dunia (1952),
Kisah Antara Manusia (1952),
Jinak-Jinak Merpati (1953),
Habis Gelap Terbitlah Terang (1953),
Jalan Sejarah Dunia (1953),
Sajak-sajak Muda Mr. Mohammad Yamin (1954),
Membangun Hari Kedua (1956),
Gamelan Jiwa (1960),
Baca Lengkap....

Biografi Sapardi Djoko Damono

sapardi djoko damono
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 70 tahun) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer.

Riwayat hidup
Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam".

Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar. Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

Karya-karya
Sajak-sajak Sapardi Djoko Damono, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja menulis puisi, namun juga cerita pendek. Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.

Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet "Dua Ibu"). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya Sapardi Djoko Damono.

Berikut adalah karya-karya Sapardi Djoko Damono (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.

Kumpulan Puisi/Prosa
1. "Duka-Mu Abadi", Bandung (1969)
2. "Lelaki Tua dan Laut" (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
3. "Mata Pisau" (1974)
4. "Sepilihan Sajak George Seferis" (1975; terjemahan karya George Seferis)
5. "Puisi Klasik Cina" (1976; terjemahan)
6. "Lirik Klasik Parsi" (1977; terjemahan)
7. "Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak" (1982, Pustaka Jaya)
8. "Perahu Kertas" (1983)
9. "Sihir Hujan" (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)
10. "Water Color Poems" (1986; translated by J.H. McGlynn)
11. "Suddenly the night: the poetry of Sapardi Djoko Damono" (1988; translated by J.H. McGlynn)
12. "Afrika yang Resah (1988; terjemahan)
13. "Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia" (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
14. "Hujan Bulan Juni" (1994)
15. "Black Magic Rain" (translated by Harry G Aveling)
16. "Arloji" (1998)
17. "Ayat-ayat Api" (2000)
18. "Pengarang Telah Mati" (2001; kumpulan cerpen)
19. "Mata Jendela" (2002)
20. "Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro?" (2002)
21. "Membunuh Orang Gila" (2003; kumpulan cerpen)
22. "Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870an - 1910an)" (2005; salah seorang penyusun)
23. "Mantra Orang Jawa" (2005; puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)
24. "Before Dawn: the poetry of Sapardi Djoko Damono" (2005; translated by J.H. McGlynn)
25. "Kolam" (2009; kumpulan puisi)

Selain menerjemahkan beberapa karya Kahlil Gibran dan Jalaluddin Rumi ke dalam bahasa Indonesia, Sapardi juga menulis ulang beberapa teks klasik, seperti Babad Tanah Jawa dan manuskrip I La Galigo.

Musikalisasi Puisi
Musikalisasi puisi karya SDD dimulai pada tahun 1987 ketika beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa, membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia, dalam upaya mengapresiasikan sastra kepada siswa SLTA. Saat itulah tercipta musikalisasi Aku Ingin oleh Ags. Arya Dipayana dan Hujan Bulan Juni oleh H. Umar Muslim. Kelak, Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari "Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti" (1991), dibawakan oleh Ratna Octaviani.

Beberapa tahun kemudian lahirlah album "Hujan Bulan Juni" (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu merupakan salah satu dari sejumlah penyanyi lain, yang adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Album "Hujan Dalam Komposisi" menyusul dirilis pada tahun 1996 dari komunitas yang sama.

Sebagai tindak lanjut atas banyaknya permintaan, album "Gadis Kecil" (2006) diprakarsai oleh duet Dua Ibu, yang terdiri dari Reda Gaudiamo dan Tatyana dirilis, dilanjutkan oleh album "Becoming Dew" (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu.

Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga mengadakan konser kantata "Ars Amatoria" yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi SDD serta karya beberapa penyair lain.

Buku
 "Sastra Lisan Indonesia" (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.
 "Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan"
 "Dimensi Mistik dalam Islam" (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel "Mystical Dimension of Islam", salah seorang penulis.

Pustaka Firdaus
 "Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia" (2004), salah seorang penulis.
 "Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas" (1978).
 "Politik ideologi dan sastra hibrida" (1999).
 "Pegangan Penelitian Sastra Bandingan" (2005).
 "Babad Tanah Jawi" (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939).
Baca Lengkap....

Biografi Soetardji Calzoum Bachri

sutardji calzoum bachri
Presiden Penyair Indonesia

Pria kelahiran 24 Juni 1941 ini digelari 'presiden penyair Indonesia'. Menurut para seniman di Riau, kemampuan Soetardji laksana rajawali di langit, paus di laut yang bergelombang, kucing yang mencabik-cabik dalam dunia sastra Indonesia yang sempat membeku dan membisu setelah Chairil Anwar pergi.

Dia telah meraih sejumlah pengharaan atas karya-karya sastranya. Antara lain Hadiah Sastra ASEAN (1979), Hadiah Seni (1993), Anugerah Sastra Chairil Anwar (1998), serta Anugerah Akademi Jakarta (2007). Dia memiliki gaya tersendiri saat membacakan puisinya, kadang kala jumpalitan di atas panggung, bahkan sambil tiduran dan tengkurap.

Penyair kondang lulusan FISIP Unpad jurusan Administrasi Negara, ini pada ulang tahun ke-67 Sutardji Calzoum Bachri, Selasa (24/6/2008) malam, yang diperingati di Pekanbaru, Riau,
mendapat apresiasi dan kejutan.

Kejutan pertama dari rekan-rekannya di Dewan Kesenian Riau berupa penerbitan kumpulan puisi Atau Ngit Cari Agar dan buku ...Dan, Menghidu Pucuk Mawar Hujan yang berisi kumpulan tulisan mengupas perjalanan sastranya. Atau Ngit Cari Agar adalah kumpulan puisi yang dia buat dalam kurun 1970-an hingga 2000-an. Puisi-puisi itu tak ada dalam buku kumpulan puisinya, Amuk (1977) dan Amuk Kapak (1981). Kejutan tak terduga kedua ialah dari seorang pencinta seni Riau yang tak disebutkan namanya berupa uang Rp 100 juta.

Soetardji tentu berterimakasih atas apresiasi itu, walau dia terlihat biasa saja saat menerima hadiah Rp 100 juta itu. "Sehebat-hebat karya sastra yang dihasilkan seniman tak berarti jika tidak mendapat apresiasi masyarakat," ujarnya berterimakasih. Menurutnya, dia termasuk beruntung karena mendapat apresiasi.

Ketua Dewan Kesenian Riau Eddy Akhmad RM, mengatakan, pihaknya menabalkan Juni sebagai bulan Sutardji. Penabalan ini tak bermaksud mengultuskan Sutardji. Ini, katanya, pengakuan seniman Riau terhadap kemampuannya menjadi rajawali di langit, menjadi paus di laut yang bergelombang, menjadi kucing yang mencabik-cabik dalam dunia sastra Indonesia yang sempat membeku dan membisu setelah Chairil Anwar pergi.

Pendidikan: FISIP Unpad jurusan AdministrasiNegara

Profesi: Redaktur, Penyair

Karya Tulis:
 (1973),
 Amuk (1977),
 Amuk (1979),
 Amuk Kapak (1981)
 Hujan Menulis Ayam

(Kumpulan Cerpen, 2001)
 Isyarat (Kumpulan Esai)

Penghargaan:
 Kumpulan sajak Amuk (1977), memenangkan hadiah puisi DKJ 1976/ 1977
 Hadiah Sastra ASEAN (1979),
 Hadiah Seni (1993),
 Anugerah Sastra Chairil Anwar dan dianggap sebagai pelopor angkatan 70-an (1998)
 Anugerah Akademi Jakarta (2007)
Baca Lengkap....

Profil Benyamin Sueb

Siapa yang tak kenal Benyamin Sueb (1939 - 1995). Pria ini lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939. Benyamin Sueb memang sosok panutan. Kesuksesan di dunia musik dan film membuat namanya semakin melambung. Lebih dari 75 album musik dan 53 judul film yang ia bintangi adalah bukti keseriusannya di bidang hiburan tersebut.

benyamin sueb

Dalam dunia musik, Bang Ben (begitu ia kerap disapa) adalah seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi, khususnya kesenian Gambang Kromong. Lewat kesenian itu pula nama Benyamin semakin popular. Beliau menikah dengan Nonnie pada tahun 1959 (kemudian bercerai pada tanggal 7 Juli 1979 namun rujuk kembali pada tahun yang sama).

Tahun 1960, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melarang diputarnya lagu-lagu asing di Indonesia. Pelarangan tersebut ternyata tidak menghambat karir musik Benyamin, malahan kebalikannya. Dengan kecerdikannya, Bang Ben menyuguhkan musik Gambang Kromong yang dipadu dengan unsur modern.

Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika. Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.
Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin. Dalam perkembangannya, duet Benyamin dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling popular pada zamannya di Indonesia. Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses besar. Sampai-sampai Lilis Suryani salah satu penyanyi yang terkenal saat itu tersaingi.

Orkes Gambang Kromong Naga Mustika dilandasi dengan konsep musik Gambang Kromong Modern. Unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.
Setelah Orde Lama tumbang, yang ditandai dengan munculnya Soeharto sebagai presiden kedua, musik Gambang Kromong semakin memperlihatkan jatidirinya. Lagu seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971).
Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari. Tidak hanya oleh masyarakat Betawi tetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran.

Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton Bioskop, nama Benyamin menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia bawakan. Setelah Ida Royani hijrah ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben mencari pasangan duetnya. Ia menggaet Inneke Koesoemawati dan berhasil merilis beberapa album, di antaranya "Nenamu" dengan tembang andalan seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Pelajan Toko.

Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk main film. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Berduri serta Si Doel Anak Modern (1976) yang disutradari Syumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya. Dalam Intan Berduri, Benyamin mendapatkan piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik.

Pada akhir hayatnya, Benyamin juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan. Selain main sinetron/film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Gambang Kromong Al-Hajj bersama Keenan Nasution. Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.
Benyamin yang telah tiga kali menunaikan ibadah haji ini meninggal dunia seusai main sepakbola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung. [wikipedia/lyz]


Pendidikan
  • Sekolah Rakyat Bendungan Jago Jakarta (1946-1951), SD Santo Yosef Bandung (1951-1952)
  • SMPN Taman Madya Cikini, Jakarta (1955)
  • SMA Taman Siswa, Jakarta (1958)
  • Akademi Bank Jakarta (Tidak tamat) ; Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan & Ketatalaksanaan (1960)
  • Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960)
  • Kursus Lembaga Administrasi Negara (1964)

Karir
  • Tukang Roti Dorong ( -1959)
  • Kondektur PPD (1959)
  • Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960)
  • Bagian Musik Kodam V Jaya ( -1968)
  • Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969)
  • Produser dan Sutradara PT Jiung -Film (1974-1979)

Filmografi
  • Honey Money and Jakarta Fair (1970)
  • Dunia Belum Kiamat (1971)
  • Hostess Anita (1971)
  • Brandal-brandal Metropolitan 1971
  • Banteng Betawi (Nawi Ismail) 1971

  • Bing Slamet Setan Jalanan (Hasmanan) 1972
  • Angkara Murka 1972
  • Intan Berduri (Turino Djunaidi) 1972
  • Biang Kerok (Nawi Ismail) 1972

1973
  • Si Doel Anak Betawi (Sjumandjaja)
  • Akhir Sebuah Impian
  • Jimat Benyamin (Bay Isbahi)
  • Biang Kerok Beruntung
  • Percintaan
  • Cukong Bloon
  • Ambisi (Nya' Abbas Acup)
  • Benyamin Brengsek (Nawi Ismail)
  • Si Rano
  • Bapak Kawin Lagi

1974
  • Musuh Bebuyutan (Benyamin Sueb)
  • Ratu Amplop (Nawi Ismail)
  • Benyamin Si Abu Nawas (Fritz Schad)
  • Benyamin spion 025 (Tjut Jalil)
  • Tarzan Kota (Lilik Sudjio)
  • Drakula Mantu (Nya' Abbas Acup)

1975
  • Buaya Gile

  • Benyamin Tukang Ngibul (Nawi Ismail)


  • Setan Kuburan


  • Benyamin Koboi Ngungsi (Nawi Ismail)


  • Benyamin Raja Lenong (Syamsul Fuad)


  • Traktor Benyamin (Lilik Sudjio)


  • Samson Betawi (Nawi Ismail)

1976
  • Zorro Kemayoran (Lilik Sudjio)
  • Hipies Lokal (Benjamin Sueb)
  • Si Doel Anak Modern (Sjumandjaja)
  • Tiga Jango (Nawi Ismail)
  • Benyamin Jatuh Cinta (Syamsul Fuad)
  • Tarzan Pensiunan (Lilik Sudjio)
  • Pinangan
1977
  • Sorga
  • Raja Copet
  • Tuan, Nyonya dan Pelayan
  • Selangit Mesra
1978
  • Duyung Ajaib
  • Dukun Kota
  • Betty Bencong Slebor
  • Bersemi Di Lembah Tidar
1981 Musang Berjanggut 1983
  • Tante Girang
  • Sama Gilanya
1984 Dunia Makin Tua / Asal Tahu Saja 1988 Koboi Insyaf / Komedi lawak '88 1992 Kabayan Saba Kota Program TV
  • Benjamin Show TPI (1993-1995)
  • Glamor TVRI (1994-1995)

Sinetron
1994
Mat Beken

1995
Si Doel Anak Sekolahan
Begaya FM
Baca Lengkap....