Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan

Makalah: Pemanfaatan Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Kepada Pengguna

Makalah: Pemanfaatan Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Kepada Pengguna

BAB I
PENDAHULUAN

Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan salah satu unsur utama dalam menunjang kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi atau dapat disebut jantung dari Perguruan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan sarana untuk pemenuhan kebutuhan informasi sivitas akademika, khususnya mahasiswa dan dosen. Koleksi perpustakaan sangat penting untuk terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan informasi dari waktu ke waktu, perkembangan informasi akan meningkatkan pemanfaatan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa dan sivitas akademika perguruan tinggi pada umumnya.

Kebutuhan pengguna untuk memenuhi informasi yang berguna sebagai pendukung kegiatan belajar bagi seluruh sivitas akademika. Kebutuhan informasi setiap orang berbeda-beda. Begitu juga dengan kebutuhan informasi pengguna perpustakaan lainnya. Sehingga infomasi tersebut tidak up to date dan tidak sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna saat ini. Seharusnya perpustakaan harus mampu menyediakan kebutuhan informasi bagi penggunanya untuk memaksimalkan fungsi perpustakaan dan pemanfaatan pengguna terhadap perpustakaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi bagi sivitas akademika.

Dengan adanya perpustakaan mendukung pemenuhan informasi penggunanya. Oleh karena itu, perpustakaan sebagai penyedia informasi (information provider), sudah saatnya memposisikan diri sebagai institusi terdepan dimana saat ini seluruh masyarakat secara global telah mengarah kepada kebutuhan informasi sebagai komponen utama masyarakat modern. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan tentang bagaimana pemanfaatan Perpustakaan apakah sudah memenuhi kebutuhan informasi dari pengguna, Jika belum perlu diperbaiki agar pemanfaatan perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan informasi pengguna secara maksimal.

BAB II
PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI KEPADA PENGGUNA

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi sering disebut sebagai jantungnya universitas karena tanpa perpustakaan tersebut maka proses pelaksanaan belajar mengajar disivitas akademika mungkin kurang optimal. Perpustakaan perguruan tinggi seperti yang telah diketahui secara umum merupakan salah satu fasilitas yang harus ada pada sebuah perguruan tinggi. Karena perpustakaan menjadi tempat pencarian dan perolehan informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa perguruan tinggi dalam kegiatan pembelajaran dan menunjang kegiatan penelitian. Seperti yang dikatakan oleh Sutarno (2006, 36).

Di bawah ini dijelaskan beberapa pendapat tentang pengertian perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut:

Menurut Hasugian (2009:79) menyatakan pengertian perpustakaan perguruan tinggi adalah Perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu terpenuhinya tujuan perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tinggi yang layanannya diperuntukkan sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan.

Pendapat Sutarno dalam bukunya Perpustakaan dan Masyarakat (2003:35) mendefenisikan “perpustakan perguruan tinggi merupakan yang berada dalam suatu perguruan tinggi dan yang sederajat yang berfungsi mencapai tri dharma perguruan tinggi, sedangkan penggunanya adalah seluruh civitas akademika”.

Sedangkan menurut Syahrial-Pamuntjak (2000:5) dalam bukunya Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan, menyatakan bahwa: Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, dan perpustakaan sekolah tinggi.

Berdasarkan beberapa defenisi dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di bawah naungan sebuah universitas atau perguruan tinggi lainnya yang sederajat yang penggunanya adalah mahasiswa dan civitas akademika.

===========================

Untuk makalah lengkapnya bisa di downlad melalui salah satu tombol download di bawah!


Baca Lengkap....

Dasar-Dasar Pendidikan: Konsep dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran

Dasar-Dasar Pendidikan: Konsep dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran

Konsep dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran

Belajar memiliki tiga atribut pokok ialah: 1) Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan; 2) Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psiko-motorik, maupun afektif; 3) Belajar berkat mengalami baik mengalami secara langsung maupun mengalami secara tidak langsung (melalui media). Dengan kata lain, belajar terjadi di dalam interaksi dengan lingkungan (lingkungan fisik dan sosial).

Supaya belajar terjadi secara efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip antara lain:

1) Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dinilai lebih baik sebab berkaitan langsung dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.

2) Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat kaitannya dengan motivasi. Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran bisa didasarkan terhadap diri siswa itu sendiri dan/atau terhadap situasi pembelajarannya.

3) Aktivitas belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila pikiran dan perasaan siswa tidak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidak belajar. Penggunaan metode dan modia yang bervariasi dapat merangsang siswa lebih aktif belajar.

4) Umpan balik di dalam belajar sangat penting, supaya siswa segera mengetahui benar tidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Umpan balik dari guru, sebaiknya yang mampu menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan pemahaman siswa akan pelajaran tersebut.

5) Perbedaan individual adalah individu tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang lain. Guru hendaknya mampu memperhatikan dan melayani siswa sesuai dengan hakikat mereka masing-masingBerkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswa sangat diperlukan. Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur lujuan, bahan pelajaran, strategi. alat, siswa, dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan.

Sumber buku:
Judul: PROFESIONALISME GURU DALAM PEMBELAJARAN
Penulis: Drs. H. Zainal Aqib, M. Pd.
Dicetak oleh: Percetakan Insan Cendekia, Jl. Kaliwaron 58, Surabaya.
Cetakan Pertama, 2002. Cetakan Kedua, 2007, Cetakan Ketiga, 2010.
Baca Lengkap....

Pengertian Kata Ulang dan Jenisnya (2)

Halo sahabat IKB, kali ini saya akan berbagi tentang Makna, Kata, dan Kata Ulang dalam beberapa bagian postingan. Ini adalah bagian 2 dari postingan ini. Untuk bagian pertama bisa kunjungi Pengertian Makna, Kata, Kata Ulang dan Jenisnya (1).

Bagian 2

Jenis-Jenis Kata Ulang
Kata ulang terbagi ke dalam empat jenis. Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengulangan seluruh bentuk kata dasar atau dwilingga
Pengulangan utuh terdiri atas dua macam. Pertama, perulangan terhadap kata dasar, kedua, perulangan terhadap kata berimbuhan. Contoh:
(1) buah : buah-buahan
(2) gunung : gunung-gunung
(3) kejadian : kejadian-Kejadian
(4) lari : lari-lari
(5) merah : merah-merah
(6) pagi : pagi-pagi
makna kata ulang

Pengulangan sebagian atau dwipurna
Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Dalam hal ini, bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya melainkan sebagian saja. Bentuk dasar pengulangan sebagian ini terdiri atas bentuk kompleks dan bentuk tunggal.
1) Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk tunggal, yaitu:
(1) laki………lalaki/lelaki
(2) tamu…….tatamu/tetamu
(3) sama…….sasama/sesama
(4) pohon……popohon/pepohonan
2) Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk kompleks, yaitu:
(1) minuman : minum-minuman
(2) makanan : makan-makanan
(3) berlari : berlari-lari
(4) ditusuk : ditusuk-kusuk
Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk komplek, kemungkinan bentuknya sebagai berikut:
- Bentuk men-misalnya
mengambil : mengambil-ambil
mengemasi : mengemas-emasi
membaca : membaca-baca
melambaikan : melambai-lambai
memperkatakan : memperkata-kata
- Bentuk di - misalnya:
dikemasi : dikemas-kemasi
ditarik : ditarik-tarik
ditanami : ditanam-tanami
disodorkan : disodor-sodorkan
- Bentuk ber-misalnya:
berjalan : berjalan-jalan
bertemu : bertemu-temu
bermain : bermain-main
berkata : berkata-kata
berlarut : berlarut-larut
- Bentuk ter-misalnya:
terbatuk : terbatuk-batuk
terbentur : terbentur-bentur
tersenyum : Tersenyum-senyum
terbalik : Terbalik-balik
terjatuh : Terjatuh-jatuh
- Bentuk ber-an misalnya:
berlarian : berlari-larian
berjauhan : berjauh-jauhan
bersentuhan : bersentuh-sentuhan
berdekatan : berdekat-dekatan
berpelukan : berpeluk-pelukan
- Bentuk an-misalnya:
sayuran : sayur-sayuran
karangan : karang-karangan
tumbuhan : tumbuh-tumbuhan
minuman : minum-minuman
makanan : makan-makanan
- Bentuk ke-misalnya:
kedua : kedua-dua
ketiga : ketiga-tiga
keempat : keempat-empat
kelima : Kelima-lima
3) Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembunuhan afiks
Pengulangan ini terjadi bersama-sama dengan proses pembunuhan atiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya kata ulang keteta-keretaan. Ada dua pilihan proses pembentukan kata ulangnya.
kereta : kereta-kereta
kereta : kereta-keretaan
Dari faktor arti, pilihan pertama dan kedua berbeda, bentuk dasar kereta menjadi kereta-kereta mengatakan makna banyak, sedangkan pada kereta-keretaan tidak terdapat makna banyak contoh:
(1) anak : anak-anakan
(2) rumah : rumah-rumahan
(3) orang : orang-orangan
(4) gunung : gunung-gunungan
(5) putih : keputih-putihan
(6) luas : seluas-luasnya
4) Pengulangan dengan perubahan fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem adalah pengulangan yang terjadi dengan cara mengulang bentuk dasar disertai perubahan bunyi pada salah satu suku kata, dan biasanya terjadi pada fonem vokal atau fonem konsonan, seperti:
1) Pengulangan fonem vokal, yaitu:
(1) gerak : gerak-gerik
(2) robek : robak-robik
(3) serba : serba-serbi
(4) bolak : bolak-balik
2) Pengulangan fonem konsonan, yaitu:
(1) lauk : lauk-pauk
(2) ramah : ramah-tamah
(3) sayur : Sayur-mayur
(4) tali : tali-mali
(5) beras : beras-petas
Contoh dalam kalimat: ibu sedang memasak lauk-pauk, sayur-mayur yang dibelinya di pasar, Ramlan (1985: 62).

Fungsi Kata Ulang/Reduplikasi
Sebagai salah satu bentuk proses morfologis, maka proses reduplikasi atau pengulangan tidak berfungsi mengubah golongan jenis kata. Dengan demikian, pada umumnya reduplikasi tidak mempunyai fungsi gramatik. Jika ada maka bentuk-bentuk ulang yang mengandung fungsi gramatik hanya terbatas pada beberapa bentuk tertentu saja.
a. Mengubah golongan kata kerja menjadi kata benda
Walaupun pada umumnya perulangan atau reduplikasi tidak mempunyai fungsi gramatik, namun ada juga beberapa reduplikasi seperti contoh berikut ini:
(1) injak : injak-injak (kata kerja)
(2) undur : undur-undur (kata kerja)
(3) karang : karang-karangan (kata kerja)
Bentuk ulang di atas dapat lebih jelas diketahui dalam konteks kalimat seperti dibawah ini:
injak-injak itu merusak
undur-undur itu masih sangat kecil
karang-karangan itu menyenangkan
Bentuk ulang dalam kalimat di atas menduduki unsur subjek. Sebagai subjek bentuk ulang tersebut merupakan golongan kata benda meskipun berasal dari bentuk dasar golongan kata kerja.
b. Mengubah golongan kata sifat menjadi kata keterangan.
Contoh :
(1) rajin menjadi serajin-rajinnya
(2) cepat menjadi secepat-cepatnya
(3) malas menjadi semalas-malasnya
c. Mengubah bentuk tunggal menjadi bentuk jamak
Contoh:
(1) ibu menjadi ibu-ibu
(2) makanan menjadi makanan-makanan
(3) lauk menjadi lauk-pauk

Makna Kata Ulang
Kata Ulang memiliki beberapa makna, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Menyatakan makna banyak
(1) bintang-bintang : banyak bintang
(2) pembangunan-pembangunan : banyak pembangunan
(3) murid-murid : banyak murid
(4) buah-buahan : banyak buah
(5) kemajuan-kemajuan : banyak kemajuan
Makna banyak tidak selalu dinyatakan dengan pengulangan. Misalnya dalam kalimat rumah penduduk banyak yang rusak akibat angin belian.
b. Menyatakan makna banyak
Disini makna banyak telah berhubungan dengan bentuk dasar, melainkan berhubungan dengan kata yang “diterangkan”. Kata yang diterangkan pada tataran frase menduduki fungsi sebagai unsur pusat, misalnya kata rumah dalam frase rumah besar-besar, dan pada tataran klausa menduduki fungsi sebagai subjek, misalnya kata rumah dalam klausa rumah itu besar-besar. Pengulangan pada kata besar-besar itu mengatakan makna ‘banyak’ bagi kata yang “diterangkan”, dalam hal ini kata rumah.
Contoh lain, misalnya:
mahasiswa itu pandai-pandai
pohon ditepi pohon itu rindang-rindang
c. Menyatakan makna tak bersyarat
(1) meskipun hujan, saya akan datang
(2) jambu-jambu mentah dimakannya
(3) duri-duri diterjang
(4) dararah-darah diminum
d. Mengatakan makna yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar
Proses pengulangan berkombinasi dengan proses pembubuan afiks-an.
(1) kuda-kudaan : yang menyerupai kuda
(3) gunung-gunungan : yang menyerupai gunung
(4) rumah-rumahan : yang menyerupai rumah
(5) kemuda-mudaan : menyerupai (anak) muda
e. Mengatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dilakukan dengan santai
(1) berjalan-jalan
(2) makan-makan
(3) minum-minum
(4) tidur-tidur
f. Mengatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai (menyatakan makna saling)
(1) pukul-memukul
(2) tolong-menolong
(3) dorong-mendorong
(4) surat-menyurat
(5) olok-memperolokkan
Makna saling bisa juga dilakukan dengan pembubuhan afiks ber-an.
Bersalam-salaman
berpandang-pandangan
berpukul-pukulan
g. Menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar.
(1) karang-mengarang
(2) cetak-mencetak
(3) jilid-menjilid
(4) potong-memotong
(5) masak-memasak
h. Menyatakan perbuatan yang pada bentuk dasarnya dilakukan berulang-ulang
(1) berteriak-teriak
(2) memukul-mukul
(3) memetik-metik
(4) menyobek-nyobek
i. Menyatakan makna agak
(1) kemerah-merahan
(2) kehitam-hitaman
(3) kekuning-kuningan
(4) kebiru-biruan
j. Menyatakan makna tingkat yang paling tinggi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afik se-nya (kualitatif).
(1) sepenuh-penuhnya
(2) serajin-rajinnya
(3) sekuat-kuatnya
(4) sedalam-dalamnya
(5) seluas-luasnya

Sumber: Bahrun, 2007. Kemampuan Siswa Kelas II SMK Gunung Sari Makassar Menentukan Makna Kata Ulang. Skripsi. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar
Baca Lengkap....

Pengertian Makna, Kata, Kata Ulang dan Jenisnya (1)

Halo sahabat IKB, kali ini saya akan berbagi tentang Makna, Kata, dan Kata Ulang dalam beberapa bagian postingan. Untuk bagian 2, silahkan kunjungi Pengertian Kata Ulang dan Jenisnya (2)

Bagian 1

1. Makna
Makna adalah maksud suatu kata atau isi suatu pembicaraan atau pikiran. Makna suatu kata diartikan pula sebagai hubungan antara atau lambang-lambang bahasa, baik itu berupa ajaran ataupun tulisan, dengan hal atau barang yang dimaksudnya.

2. Kata
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dengan makna yang bebas dari definisi tersebut, terdapat dua hal yang menandai sebuah kata yakni:
a. Merupakan satuan bahasa terkecil.
b. Mengandung makna yang bebas.

makna dan kata ulang

Menurut Kamisa (1997: 288) kata adalah kumpulan dari beberapa huruf yang diucapkan dan mengandung makna sebagai ungkapan perasaan.

3. Bentuk Dasar Kata Ulang
Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Misalnya:
rumah-rumah : bentuk dasarnya rumah
sakit-sakit : bentuk dasarnya sakit
rintangan-rintangan : bentuk dasarnya rintangan
dua-dua : bentuk dasarnya dua
4. Kata Ulang
Kata ulang atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang. Satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Yasin (1988:128) mengatakan bahwa kata ulang atau reduplikasi adalah pengulangan atas suatu bentuk dasar, dan bentuk dasar sebagai hasil pengulangan tersebut dinamakan kata ulang.

Sebuah kata ulang dibentuk dengan berbagai cara, baik pengulangan sebagian bentuk dasar, seluruh bentuk dasar pemberian fonem, ataupun dengan pengulangan berimbuhan. Dengan proses seperti ini, maka tidak semua bentuk kata ulang mempunyai bentuk dasar yang sama, walaupun setiap kata ulang memiliki bentuk dasar yang diulang. Bentuk dasar tersebut merupakan bentuk linguistik.

Menurut Kusno (1986: 58) bahwa kata ulang adalah salah satu bentuk kata jadian yang terjadi karena suatu kata diulang sehingga timbul perubahan makna. Dalam kaitannya dengan proses pembentukan kata ulang. Yasin (1988: 131) mengatakan bahwa pada umumnya bentuk kata ulang tidak menunjukkan golongan kata bentuk dasarnya.

Dengan demikian, apabila bentuk ulang kebetulan merupakan golongan kata benda, maka dapat diketahui pula bahwa bentuk dasarnya juga merupakan golongan kata benda. Seperti anak-anak, mobil-mobilan, baik-baik, buah-buahan, pelan-pelan, kemalas-malasan dan lain-lain. Proses pengulangan ada juga yang berfungsi mengubah golongan kata. Pada kata ulang seperti karang-mengarang, cetak-mencetak, potong-memotong, jilid-menjilid, proses pengulangan mempunyai fungsi sebagai pembentuk kata nominal dari kosa kata, dan pada kata ulang seperti secepat-cepatnya, serajin-rajinnya, setinggi-tingginya, sekuat-kuatnya, proses pengulangan berfungsi sebagai pembentuk kata keterangan dan kata sifat.


Sumber: Bahrun, 2007. Kemampuan Siswa Kelas II SMK Gunung Sari Makassar Menentukan Makna Kata Ulang. Skripsi. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

Untuk bagian 2, silahkan kunjungi Pengertian Kata Ulang dan Jenisnya (2)
Baca Lengkap....