Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan

Pengertian Kata Ulang dan Jenisnya (2)

Halo sahabat IKB, kali ini saya akan berbagi tentang Makna, Kata, dan Kata Ulang dalam beberapa bagian postingan. Ini adalah bagian 2 dari postingan ini. Untuk bagian pertama bisa kunjungi Pengertian Makna, Kata, Kata Ulang dan Jenisnya (1).

Bagian 2

Jenis-Jenis Kata Ulang
Kata ulang terbagi ke dalam empat jenis. Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengulangan seluruh bentuk kata dasar atau dwilingga
Pengulangan utuh terdiri atas dua macam. Pertama, perulangan terhadap kata dasar, kedua, perulangan terhadap kata berimbuhan. Contoh:
(1) buah : buah-buahan
(2) gunung : gunung-gunung
(3) kejadian : kejadian-Kejadian
(4) lari : lari-lari
(5) merah : merah-merah
(6) pagi : pagi-pagi
makna kata ulang

Pengulangan sebagian atau dwipurna
Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Dalam hal ini, bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya melainkan sebagian saja. Bentuk dasar pengulangan sebagian ini terdiri atas bentuk kompleks dan bentuk tunggal.
1) Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk tunggal, yaitu:
(1) laki………lalaki/lelaki
(2) tamu…….tatamu/tetamu
(3) sama…….sasama/sesama
(4) pohon……popohon/pepohonan
2) Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk kompleks, yaitu:
(1) minuman : minum-minuman
(2) makanan : makan-makanan
(3) berlari : berlari-lari
(4) ditusuk : ditusuk-kusuk
Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk komplek, kemungkinan bentuknya sebagai berikut:
- Bentuk men-misalnya
mengambil : mengambil-ambil
mengemasi : mengemas-emasi
membaca : membaca-baca
melambaikan : melambai-lambai
memperkatakan : memperkata-kata
- Bentuk di - misalnya:
dikemasi : dikemas-kemasi
ditarik : ditarik-tarik
ditanami : ditanam-tanami
disodorkan : disodor-sodorkan
- Bentuk ber-misalnya:
berjalan : berjalan-jalan
bertemu : bertemu-temu
bermain : bermain-main
berkata : berkata-kata
berlarut : berlarut-larut
- Bentuk ter-misalnya:
terbatuk : terbatuk-batuk
terbentur : terbentur-bentur
tersenyum : Tersenyum-senyum
terbalik : Terbalik-balik
terjatuh : Terjatuh-jatuh
- Bentuk ber-an misalnya:
berlarian : berlari-larian
berjauhan : berjauh-jauhan
bersentuhan : bersentuh-sentuhan
berdekatan : berdekat-dekatan
berpelukan : berpeluk-pelukan
- Bentuk an-misalnya:
sayuran : sayur-sayuran
karangan : karang-karangan
tumbuhan : tumbuh-tumbuhan
minuman : minum-minuman
makanan : makan-makanan
- Bentuk ke-misalnya:
kedua : kedua-dua
ketiga : ketiga-tiga
keempat : keempat-empat
kelima : Kelima-lima
3) Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembunuhan afiks
Pengulangan ini terjadi bersama-sama dengan proses pembunuhan atiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya kata ulang keteta-keretaan. Ada dua pilihan proses pembentukan kata ulangnya.
kereta : kereta-kereta
kereta : kereta-keretaan
Dari faktor arti, pilihan pertama dan kedua berbeda, bentuk dasar kereta menjadi kereta-kereta mengatakan makna banyak, sedangkan pada kereta-keretaan tidak terdapat makna banyak contoh:
(1) anak : anak-anakan
(2) rumah : rumah-rumahan
(3) orang : orang-orangan
(4) gunung : gunung-gunungan
(5) putih : keputih-putihan
(6) luas : seluas-luasnya
4) Pengulangan dengan perubahan fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem adalah pengulangan yang terjadi dengan cara mengulang bentuk dasar disertai perubahan bunyi pada salah satu suku kata, dan biasanya terjadi pada fonem vokal atau fonem konsonan, seperti:
1) Pengulangan fonem vokal, yaitu:
(1) gerak : gerak-gerik
(2) robek : robak-robik
(3) serba : serba-serbi
(4) bolak : bolak-balik
2) Pengulangan fonem konsonan, yaitu:
(1) lauk : lauk-pauk
(2) ramah : ramah-tamah
(3) sayur : Sayur-mayur
(4) tali : tali-mali
(5) beras : beras-petas
Contoh dalam kalimat: ibu sedang memasak lauk-pauk, sayur-mayur yang dibelinya di pasar, Ramlan (1985: 62).

Fungsi Kata Ulang/Reduplikasi
Sebagai salah satu bentuk proses morfologis, maka proses reduplikasi atau pengulangan tidak berfungsi mengubah golongan jenis kata. Dengan demikian, pada umumnya reduplikasi tidak mempunyai fungsi gramatik. Jika ada maka bentuk-bentuk ulang yang mengandung fungsi gramatik hanya terbatas pada beberapa bentuk tertentu saja.
a. Mengubah golongan kata kerja menjadi kata benda
Walaupun pada umumnya perulangan atau reduplikasi tidak mempunyai fungsi gramatik, namun ada juga beberapa reduplikasi seperti contoh berikut ini:
(1) injak : injak-injak (kata kerja)
(2) undur : undur-undur (kata kerja)
(3) karang : karang-karangan (kata kerja)
Bentuk ulang di atas dapat lebih jelas diketahui dalam konteks kalimat seperti dibawah ini:
injak-injak itu merusak
undur-undur itu masih sangat kecil
karang-karangan itu menyenangkan
Bentuk ulang dalam kalimat di atas menduduki unsur subjek. Sebagai subjek bentuk ulang tersebut merupakan golongan kata benda meskipun berasal dari bentuk dasar golongan kata kerja.
b. Mengubah golongan kata sifat menjadi kata keterangan.
Contoh :
(1) rajin menjadi serajin-rajinnya
(2) cepat menjadi secepat-cepatnya
(3) malas menjadi semalas-malasnya
c. Mengubah bentuk tunggal menjadi bentuk jamak
Contoh:
(1) ibu menjadi ibu-ibu
(2) makanan menjadi makanan-makanan
(3) lauk menjadi lauk-pauk

Makna Kata Ulang
Kata Ulang memiliki beberapa makna, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Menyatakan makna banyak
(1) bintang-bintang : banyak bintang
(2) pembangunan-pembangunan : banyak pembangunan
(3) murid-murid : banyak murid
(4) buah-buahan : banyak buah
(5) kemajuan-kemajuan : banyak kemajuan
Makna banyak tidak selalu dinyatakan dengan pengulangan. Misalnya dalam kalimat rumah penduduk banyak yang rusak akibat angin belian.
b. Menyatakan makna banyak
Disini makna banyak telah berhubungan dengan bentuk dasar, melainkan berhubungan dengan kata yang “diterangkan”. Kata yang diterangkan pada tataran frase menduduki fungsi sebagai unsur pusat, misalnya kata rumah dalam frase rumah besar-besar, dan pada tataran klausa menduduki fungsi sebagai subjek, misalnya kata rumah dalam klausa rumah itu besar-besar. Pengulangan pada kata besar-besar itu mengatakan makna ‘banyak’ bagi kata yang “diterangkan”, dalam hal ini kata rumah.
Contoh lain, misalnya:
mahasiswa itu pandai-pandai
pohon ditepi pohon itu rindang-rindang
c. Menyatakan makna tak bersyarat
(1) meskipun hujan, saya akan datang
(2) jambu-jambu mentah dimakannya
(3) duri-duri diterjang
(4) dararah-darah diminum
d. Mengatakan makna yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar
Proses pengulangan berkombinasi dengan proses pembubuan afiks-an.
(1) kuda-kudaan : yang menyerupai kuda
(3) gunung-gunungan : yang menyerupai gunung
(4) rumah-rumahan : yang menyerupai rumah
(5) kemuda-mudaan : menyerupai (anak) muda
e. Mengatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dilakukan dengan santai
(1) berjalan-jalan
(2) makan-makan
(3) minum-minum
(4) tidur-tidur
f. Mengatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai (menyatakan makna saling)
(1) pukul-memukul
(2) tolong-menolong
(3) dorong-mendorong
(4) surat-menyurat
(5) olok-memperolokkan
Makna saling bisa juga dilakukan dengan pembubuhan afiks ber-an.
Bersalam-salaman
berpandang-pandangan
berpukul-pukulan
g. Menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar.
(1) karang-mengarang
(2) cetak-mencetak
(3) jilid-menjilid
(4) potong-memotong
(5) masak-memasak
h. Menyatakan perbuatan yang pada bentuk dasarnya dilakukan berulang-ulang
(1) berteriak-teriak
(2) memukul-mukul
(3) memetik-metik
(4) menyobek-nyobek
i. Menyatakan makna agak
(1) kemerah-merahan
(2) kehitam-hitaman
(3) kekuning-kuningan
(4) kebiru-biruan
j. Menyatakan makna tingkat yang paling tinggi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afik se-nya (kualitatif).
(1) sepenuh-penuhnya
(2) serajin-rajinnya
(3) sekuat-kuatnya
(4) sedalam-dalamnya
(5) seluas-luasnya

Sumber: Bahrun, 2007. Kemampuan Siswa Kelas II SMK Gunung Sari Makassar Menentukan Makna Kata Ulang. Skripsi. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar
Baca Lengkap....

Pengertian Makna, Kata, Kata Ulang dan Jenisnya (1)

Halo sahabat IKB, kali ini saya akan berbagi tentang Makna, Kata, dan Kata Ulang dalam beberapa bagian postingan. Untuk bagian 2, silahkan kunjungi Pengertian Kata Ulang dan Jenisnya (2)

Bagian 1

1. Makna
Makna adalah maksud suatu kata atau isi suatu pembicaraan atau pikiran. Makna suatu kata diartikan pula sebagai hubungan antara atau lambang-lambang bahasa, baik itu berupa ajaran ataupun tulisan, dengan hal atau barang yang dimaksudnya.

2. Kata
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dengan makna yang bebas dari definisi tersebut, terdapat dua hal yang menandai sebuah kata yakni:
a. Merupakan satuan bahasa terkecil.
b. Mengandung makna yang bebas.

makna dan kata ulang

Menurut Kamisa (1997: 288) kata adalah kumpulan dari beberapa huruf yang diucapkan dan mengandung makna sebagai ungkapan perasaan.

3. Bentuk Dasar Kata Ulang
Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Misalnya:
rumah-rumah : bentuk dasarnya rumah
sakit-sakit : bentuk dasarnya sakit
rintangan-rintangan : bentuk dasarnya rintangan
dua-dua : bentuk dasarnya dua
4. Kata Ulang
Kata ulang atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang. Satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Yasin (1988:128) mengatakan bahwa kata ulang atau reduplikasi adalah pengulangan atas suatu bentuk dasar, dan bentuk dasar sebagai hasil pengulangan tersebut dinamakan kata ulang.

Sebuah kata ulang dibentuk dengan berbagai cara, baik pengulangan sebagian bentuk dasar, seluruh bentuk dasar pemberian fonem, ataupun dengan pengulangan berimbuhan. Dengan proses seperti ini, maka tidak semua bentuk kata ulang mempunyai bentuk dasar yang sama, walaupun setiap kata ulang memiliki bentuk dasar yang diulang. Bentuk dasar tersebut merupakan bentuk linguistik.

Menurut Kusno (1986: 58) bahwa kata ulang adalah salah satu bentuk kata jadian yang terjadi karena suatu kata diulang sehingga timbul perubahan makna. Dalam kaitannya dengan proses pembentukan kata ulang. Yasin (1988: 131) mengatakan bahwa pada umumnya bentuk kata ulang tidak menunjukkan golongan kata bentuk dasarnya.

Dengan demikian, apabila bentuk ulang kebetulan merupakan golongan kata benda, maka dapat diketahui pula bahwa bentuk dasarnya juga merupakan golongan kata benda. Seperti anak-anak, mobil-mobilan, baik-baik, buah-buahan, pelan-pelan, kemalas-malasan dan lain-lain. Proses pengulangan ada juga yang berfungsi mengubah golongan kata. Pada kata ulang seperti karang-mengarang, cetak-mencetak, potong-memotong, jilid-menjilid, proses pengulangan mempunyai fungsi sebagai pembentuk kata nominal dari kosa kata, dan pada kata ulang seperti secepat-cepatnya, serajin-rajinnya, setinggi-tingginya, sekuat-kuatnya, proses pengulangan berfungsi sebagai pembentuk kata keterangan dan kata sifat.


Sumber: Bahrun, 2007. Kemampuan Siswa Kelas II SMK Gunung Sari Makassar Menentukan Makna Kata Ulang. Skripsi. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

Untuk bagian 2, silahkan kunjungi Pengertian Kata Ulang dan Jenisnya (2)
Baca Lengkap....

Kisah Hidup “Penyair Besar” Kahlil Gibran

Kahlil Gibran (Gibran Khalil Gibran) adalah seorang seniman, penyair dan penulis Lebanon-Amerika. Gibran lahir di Basyari, Libanon pada tanggal 6 Januari 1883, yang pada saat itu termasuk dalam provinsi Suriah di Khilafah Turki Ustmani. Menghabiskan sebagian masa menulisnya di Amerika Serikat. Salah satu karyanya yang sangat tenar adalah sebuah buku yang berjudul The Prophet.
Kisah Hidup “Penyair Besar” Kahlil Gibran
Kahlil Gibran
Gibran dibesarkan dalam keluarga penganut katolik-maronit yang taat. Daerah tempat ia dilahirkan adalah wilayah yang kerap disinggahi badai, gempa serta petir sehingga tak heran jika fenomena-feomena alam yang ditangkap Gibran di masa kecil tersebut banyak dituangkan dan menjadi inspirasi dari sebagian karya-karyanya. Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Gibran pindah ke kota Boston, Massachusetts, Amerika Serikat. Transisi Budaya dan akulturisasi yang dialami Gibran sedikit banyak berpengaruh pada gaya tulisan Gibran yang lebih adaptatif dan membentuk corak tulisan dengan sentuhan budaya arab dan barat. Gibran tinggal di Boston selama 3 tahun dan kembali ke Beirut, Lebanon dan bersekolah di Madrasah Al Hikmat sejak tahun 1898 hingga 1901.

Selama awal-awal masa remajanya, terjadi banyak konflik politik yang terjadi di Lebanon. Kesultanan Ustmaniyah kian lemah dan kurang mendapat simpati di mata rakyat Lebanon di masa itu, ditambah lagi banyakya penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan organisasi-organisasi gereja serta minimnya peran wanita Asia Barat serta wanita arab yang menjadi sekedar pendamping bagi kaum pria banyak menginspirasi tulisan-tulisannya yang dituangkan dalam karya-karya sastra berbahasa Arab.
Kisah Hidup “Penyair Besar” Kahlil Gibran
Foto Kahlil Gibran oleh Fred Holland Day, skt. 1898.
Gibran kembali ke Boston saat ia menginjak usia 19 tahun, namun ingatan dan kenangannya tentang Lebanon tak pernah bisa lepas dari hatinya, Di boston dia menulis tulisan-tulisan yang berkisah tentang negeri kelahirannya untuk mengekspresikan dirinya. Dua kultur budaya yang berbeda memberinya kebebasan menulis yang lebih luas bagi Gibran, semua dituangkan lewat karya-karya satra yang megilhami banyak orang di masa itu.

Gibran menulis skrip drama pertamnya di Paris dari tahun 1901 hingga 1902. Karya pertamanya yang berjudul Spirits Rebellious (pemberontakan jiwa) yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras bagi orang-orang korup di gerja tempatnya beribadat dan negaranya, ditulis di Boston dan diterbitkan di New York. Akibat dari tulisan kerasnya tersebut, gibran menerima hukuman pengucilan dari Gereja Maronit, namun sindiran-sindiran Gibran yang tertuang dalam tulisannya banyak dianggap sebagai suara pembebasan bagi kaum-kaum tertindas di Asia Barat.

Di awal karir dan pembentukan diri selama di Paris, Gibran harus menerima kenyataan pahit, saat menerima berita duka yang dikabarkan dari konsulat Jendral Turki, Adik perempuannya, Sultana, yang baru berunur 15 tahun meninggal akibat penyakit TBC. Gibran segera memutuskan untuk kembali ke Boston, dan tak lama berselang, kakak laki-lakinya, Peter, juga meninggal akibat penyakit yang sama. Dan dalam duka yang menimpanya, Gibran kembali dihadapkan pada kegetiran saat Ibu yang memuja dan dipujanya telah meninggal karena serangan Tumor ganas yang menggerogotinya. Satu-satunya keluarga yang tersisa hanya adiknya, Marianna.

Kematian bertubi-tubi keluarganya terjadi di antara bulan maret dan juni tahun 1903, tragedi itu menyisakan banyak pergolakan batin yang menghantui Gibran selama hidupnya, ia dihantui banyak trauma dan ketakutan akan penyakit dan kemiskinan yang menghinggapi hidup keluarganya. Gibran harus bersusah payah dan bekerja keras untuk dapat menghidupi dirinya dan satu-satunya kelurga yang tersisa, Marianna, dan berupaya bangkit dengan kondisi keluarga yang tak lagi utuh.

Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil menjahit di Miss Teahan's Gowns, Boston. Berkat kegigihan dan usaha keras dari mereka berdua, Gibran kembali dapat meneruskan karir dan bakatnya dalan kesusteraan.

Pada tahun 1908, Gibran kembali ke Paris, disana dia hidup senang dan terjamin karena secara rutin menerima uang yang cukup dari Mary Haskell, seorang wanita yang dikenal mempunyai hubungan dekat dengan Gibran semenjak dia hidup di Boston. Mary Haskell adalah seorang kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua dari Gibran. Dari tahun 1909 sampai 1910, Gibran belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy. Gibran mendirikan sebuah studio di West Csdar Street di bagian kota Beacon Hill sekembalinya ke Boston. Dan diapun berinisiatif mengambil alih pembiayaan keluarganya.

Pada tahun 1911, gibran pindah ke kota New York. Di kota itu, gibran menghabiskan waktu berkesenian dan bekerjanya di apartemen studionya di 51 west tenth street, sebuah tempat yang sengaja didirikan untuk tempatnya melukis dan menulis.

Sebelum tahun 1912, Gibran menerbitkan karya spektakulernya "Broken Wings" yang diterbitkan dalam bahasa arab. Buku ini berkisah tentang cinta Selma Karami kepada seorang muridnya, namun Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri sebelum akhirnya menikah dengan suami yang merupakan seorang uskup yang oprtunis. Sebagian orang menyebut bahwa karyanya tersebut merupakan refleksi dari kehidupan pribadi cinta Gibran di masa mudanya di Lebanon terhadap seorang gadis bernama Hana Fakher.

Di masa mudanya, Gibran dikenal dekat dengan Mary Elizabeth Haskell. Dia dikenal dekat dan sangat mengagumi pribadi wanita tersebut. Hubungan cinta mereka terkendala dengan banyaknya perbedaan yang ada antara Gibran dan Mary, hingga akhirnya Mary dilamar dan menikah dengan seorang pengusaha kaya bernama Florence Minis, karena ketidak jelasan hubungannya dengan Gibran yang semakin kentara.

Hingga periode tahun 1932 Gibran banyak menelurkan karya-karya sastranya yang banyak menjadi inspirasi banyak wanita arab di masa itu dan membangkitkan semangat emansipasi diantara mereka.

Pada tanggal 10 april 1931, jam 11 malam Gibran menghembuskan nafas terakhirnya setelah sekian lama digerogoti penyakit sirrosis hepatis dan TBC paru, meski Selama itu dia selalu menolak untuk dibawa ke Rumah Sakit. Hingga pada akhirnya pagi tanggal 10 april dia dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village dan meninggal disana. Mary Hasskel yang kala itu tengah merawat suaminya yang sedang sakit, menyempatkan diri untuk datang melayat Gibran. jenazah Gibran dikebumikan pada tanggal 21 agustus di Mar Sarkis, sebuah biara karmelit. tempat dimana Gibran melakukan ibadah.

Kisah Hidup “Penyair Besar” Kahlil Gibran
Memorial Kahlil Gibran di Washington, D.C.
Sepeninggal Gibran, murid didiknya yang bernama Barbara Young mulai menerbitkan karya-karya Gibran yang belum sempat dipublikasikan, dan mengenalkan kepada dunia luas tentang karya-karya besar yang pernah dibuat Gibran. kini banyak orang mulai mengenal Kahlil Gibran sebagai seorang penyair besar yang memberi arti besar pada perkembangan kesusasteraan dunia.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kahlil_Gibran
Baca Lengkap....

Metode Preview, Question, Read, Reflect, Recite and Review (PQ4R)

A. Pengertian Metode PQ4R
Metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu methodos berarti cara atau jalan yang ditempuh. Istilah metode menurut Anwar (2001: 281) adalah “cara yang telah diatur dan berpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya; cara belajar dan sebagainya”.

Pendapat lain dikemukakan oleh T. Raka Joni (Mappasoro, 2011: 26) bahwa metode adalah “cara yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan”. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah dipilih atau ditetapkan.


Berdasarkan pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahawa metode adalah prosedur atau cara yang menggambarkan langkah-langkah dalam kegiatan proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

B. Hakikat Metode PQ4R
Metode PQ4R lahir dari pengembangan metode SQ3R. Ternyata metode SQ3R belum sempurna karena masih dibutuhkan sebuah langkah lagi yaitu reflect (refleksi), guna mengembangkan informasi yang terdapat pada sebuah bacaan dan memindahkanya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang

Menurut Suprijono (2012: 103) “Pengalaman awal bisa dibangun melalui aktifitas membaca, sehingga peserta didik akan memiliki cadangan pengetahuan (stock of knowledge). Salah satu metode membaca yang efektif digunakan adalah metode PQ4R”.

Sementara menurut Yulianti (2013) metode PQ4R adalah suatu metode membaca yang digunakan untuk membantu siswa berpikir kritis dengan memanfaatkan daya ingat siswa sehingga dapat membantu siswa memahami suatu bacaan.

PQ4R dilahirkan atas pendapat bahwa pembaca dapat mengembangkan keterampilan membacanya karena PQ4R merupakan metode yang efektif untuk membantu pembaca berpikir kritis dalam memahami suatu bacaan dan mengingatnya dalam waktu panjang sehingga pembaca memiliki cadangan pengetahuan.

C. Langkah-langkah Metode PQ4R
Menurut Abidin (2012: 100) tahapan metode PQ4R dilaksanakan dalam enam tahap yaitu: “(1) membaca sekilas (preview), (2) membuat pertanyaan (question), (3) membaca dalam hati (read), (4) merefleksi (reflect), (5) menceritakan kembali (recite) dan (6) meninjau kembali (review)”. Tahap pelaksanaannnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Tahap prabaca
a) Mempersiapkan bahan bacaan Guru mempersiapkan dan memperkenalkan bahan/wacana yang akan dibaca, memperkenalkan metode PQ4R melalui penjelasan atau selebaran langkah-langkah PQ4R kepada siswa.
b) Membaca sekilas bahan/ wacana
c) Menyusun pertanyaan. Berdasarkan hasil membaca sekilas, siswa menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui proses membaca.

2) Tahap membaca
a) Membaca dalam hati. Siswa membaca dalam hati untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya dengan membaca cepat. Jika siswa menemukan jawabannya, siswa membaca lambat sambil menulis jawaban dari pertanyaan.
b) Refleksi. Siswa membandingkan informasi yang telah diperolehnya dengan informasi baru yang didapatkan dari hasil membaca.
c) Menceritakan kembali. Siswa menyusun kembali jawaban dari pertanyaaan sebagai perpaduan antara pengetahuan sebelum membaca dan setelah membaca, kemudian menceritakan kembali tanpa melihat wacana.

3) Tahap pascabaca
Meninjau ulang. Siswa menceritakan kembali pemahaman isi wacana dan untuk meyakinkan siswa dapat membaca sekilas kembali bahan/ wacana yang diberikan guru.

D. Kelebihan dan kelemahan Metode PQ4R
Pendapat Trianto (2007: 156) yang menyatakan bahwa keunggulan dan kelemahan metode PQ4R adalah:
(a)Metode PQ4R dapat mengaktifkan pengetahuan awal siswa dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui sebelumnya, (b) Metode PQ4R membantu siswa mengingat apa yang telah dibaca/efektif membantu siswa menghafal informasi dari bacaan, (c) Metode PQ4R membantu siswa memahami suatu bacaan, (d) Metode PQ4R memotivasi siswa untuk belajar sendiri, (e) Metode PQ4R membantu siswa berpikir kritis, dan (f) Metode PQ4R meningkatkan konsentrasi siswa terhadap isi bacaan.
Sedangkan kelemahan dari metode PQ4R adalah (a) Tidak tetap diterapkan pengajaran pengetahuan yang bersifat prosedural seperti pengetahuan keterampilan dan (b) Sangat sulit dilaksanakan jika saran seperti buku siswa (buku paket) tidak tersedia di sekolah.

Senada dengan pendapat Puspitasari yang menyataan bahwa pembelajaran metode PQ4R memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan (Riadi, 2013) antara lain:
1) Keunggulan
a) Sangat tepat digunakan untuk pengajaran pengetahuan yang bersifat deklaratif berupa konsep-konsep, definisi, kaidah-kaidah, dan pengetahuan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
b) Dapat membantu siswa yang daya ingatannya lemah untuk menghafal konsep-konsep pelajaran.
c) Mudah diterapkan pada semua jenjang pendidikan.
d) Mampu membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses bertanya dan mengomunikasikan pengetahuannya.
e) Dapat menjangkau materi pelajaran dalam cakupan yang luas.

2) Kelemahan
a) Tidak tepat diterapkan pada pengajaran pengetahuan yang bersifat prosedural seperti pengetahuan keterampilan.
b) Sangat sulit dilaksanakan jika sarana seperti buku siswa (buku paket) tidak tersedia di sekolah.

Bertemali dengan pendapat sebelumnya, bahwa keunggulan dari metode PQ4R yaitu memiliki langkah-langkah terstruktur yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas siswa dalam proses belajar, dengan diterapkan metode ini siswa dapat menyimpan materi yang dipelajari dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang artinya pemahaman siswa akan materi yang dipelajari dapat tersimpan lama, dapat membuat siswa disiplin dalam membaca, dapat meningkatkan kemampuan bertanya, kemampuan mengkomunikasikan pendapat dan juga dapat dijadikan sebagai ritual sehari-hari sehingga siswa termotivasi dalam meningkatkan minat bacanya. Selain dari itu, terdapat kelemahan dari metode ini yaitu, tidak tepat diterapkan pada pengajaran pengetahuan yang bersifat prosedural seperti pengetahuan keterampilan proses dan sangat sulit dilaksanakan jika sarana seperti buku siswa (buku paket) tidak tersedia di sekolah dalam jumlah yang banyak.


Rujukan:
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.
Anwar, Dessy. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abadi Tama.
Mappasoro. 2011. Strategi Pembelajaran. Makassar: Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Makassar.
Riadi, Muchlisin. 2013. Strategi Membaca PQ4R. (Online). http://strategi membaca pq4r-pengertian dan referensi.htm. (diakses 21 Januari 2014)
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Yulianti, L. Eva. 2013. Penerapan Metode Preview, Question, Read, Reflect, Recite and Review (PQ4R) untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia.
Baca Lengkap....

Unsur-Unsur yang Membangun Karya Sastra

Pada dasarnya karya sastra dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Yang termasuk dalam unsur intrinsik adalah tema, alur, tokoh, penokohan, latar/setting, sudut pandang dan amanah.

1. Tema
Setiap fiksi haruslah mempunyai dasar atau tema yang merupakan sasaran tujuan. Penulis menuliskan watak para tokoh dalam karyanya dengan dasar tersebut. Dengan demikian tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa tema merupakan hal yang paling penting dalam seluruh cerita. Tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan mengenai kehidupan yang membentuk gagasan utama dari suatu karya sastra . Scharbach (dalam Nurasiah, 2006: 11), mengatakan bahwa istilah tema berasal dari bahasa latin yaitu tempat untuk meletakkan suatu perangkat. Jadi tema adalah ide sebuah cerita atau sesuatu yang menjadi pengarang yang dibeberkan melalui tindakan-tindakan tokoh cerita itu terutama tokoh utama. Tema yang baik harus bersama di dalam unsur cerita.
Unsur Karya Sastra

2. Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin 2002: 83). Menurut Sukade ( 1987: 3), alur mula-mula dikaitkan dengan unsure cerita atau pencerita, kemudian berkembang sebagai akibat logis dari berbagai unsur secara kompleks. Menurut Hayati dan Winarno (1990: 10), alur adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang sambung menyambung dalam suatu cerita. Dengan demukian alur merupakan suatu jalur lintasan atau urutan suat peristiwa yang berangkai sehingga menghasilkan suatu cerita.

Pengarang mengkomunikasikan novelnya melalui tokoh-tokohnya. Tokoh ini melaksanakan peran masing-masing sehingga timbul situasi konflik menurut Ginarsa (1989: 11), adanya alur disebabkan oleh terbentuknya kekuatan-kekuatan yang terjadi karena adanya problema yang perlu diselesaikan.

3. Tokoh
Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya dalam peristiwa dalam kehidupan sehari-hari selalu diembang oleh tokoh-tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengembang peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau disebut penokohan.

Menurut Santoso (1995:106-107), tokoh adalah pelaku yang memainkan peran dalam cerita rekaan. Pada umumnya tokoh dalam cerita rekaan adalah manusia, tetapi dapat pula tokoh yang berwujud binatang, benda-benda, tumbuhan, dewa, jin, dan roh yang diinsankan.

Tokoh dalam cerita fiksi dapat dibedakan beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut nama penamaan itu dilakukan. Tokoh utama atau tokoh protagonis adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh kedua atau tokoh antagonis adalah tokoh atau pelaku yang menyambungi atau membayang-bayangi bahkan menjadi musuh tokoh utama.

Tokoh penyebab terjadi konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh protagonis secara langsung ataupun tidak langsung bersifat fisik atau batin.

4. Penokohan
Penokohan yang ditemukan dalam cerita fiksi adalah pelaku imajinatif, pelaku yang ada dalam benak pengarang. Pelaku imajinatif itu tidak akan dijumpai sekalipun dicari di seluruh dunia. Pelaku imajinatif tidak dapat ditangkap oleh alat indera. Ia hanya dapat ditangkap oleh daya imajinasi seseorang melalui raut muka, bentuk tubuh dan perilakunya. Karakter tokoh atau pelaku dapat dikenal lewat penggambaran baik yang dilakukan pengarang pencerita maupun oleh pelaku.

Hayati dan Winarno (1990: 1), mengungkapkan bahwa dalam penggambaran, seorang pengarang dapat melakukannya dengan dua cara yaitu secara eksposisi dan dramatik. Cara eksposisi, yaitu penggambaran tokoh dikatakan memiliki sifat-sifat yang sama jika sifat-sifat yang sama itu memiliki bersifat lahiriah maupun batinia. Misalnya pengarang menggambarkan kondisi badannya, umumnya kesukaannya, kesopanannya dan sebaliknya. Sebaliknya cara dramatik, yaitu pengarang secara tidak langsung menjelaskan sifat-sifat atau watak tokoh tatapi hanya memberikan gambaran berupa tindakan atau gerak-gerik seorang tokoh.

Jadi, penokohan atau karakter adalah pengembangan watak yang meliputi pandangan, perilaku, keyakinan dan kebiasaan yang dimiliki para tokoh yang mempunyai tempat tersendiri dalam suatu karya sastra.

5. Latar/setting
Latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya suatu kejadian. Menurut Suroto (1989: 94), latar adalah penggambaran situasi, tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa.

Hudson (dalam Nurasiah 2006: 14), membedakan latar sosial dan latar fisik. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan mastarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikap-sikapnya, adat, kebiasaan, cara hidup, bahasa dan sebagainya yang melatari peristiwa. Adapun yang dimaksud latar fisik adalah tempat wujud fisiknya, yaitu bangunan, daerah, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa latar adalah segala mengenai waktu dan ruang (tempat), dan suasana terjadinya peristiwa serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis yang dilukiskan dalam suatu karya sastra. Sebuah karya sastra yang berlatar lengkap memiliki aspek-aspek tersebut sehingga jelas kepada pembaca tentang kapan, di mana, dam bagaimana peristiwa itu diceritakan terjadi.

6. Sudut Pandang (Point of view)
Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan pelaku dalam cerita termasuk diri pengarang itu sendiri. Sudut pandang cerita itu menyatakan bagaiman fungsi pengisah (pengarang) dalam sebuah cerita, apakah ia mengambil seluruh bagian langsung dalam seluruh peristiwa atau sebagai pengamat terhadap objek dari seluruh tindakan-tindakan dalam cerita itu. Pengarang dapat bertindak sebagai tokoh utama yaitu mengisahkan adegan dengan menggunakan kata ganti orang pertama (aku, kami). Pengarang dapat juga sebagai pengamat dengan menggunakan kata ganti orang kedua (kau, kamu).

7. Amanah
Amanah adalah gagasan yang mendasari karya sastra atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Menurut Sudjiman (1992: 57), amanah adalah suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang yang diangkat dari sebuah karya sasrta.


Rujukan:
Aminuddin, 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Ginarsa, Ketut. 1989. Struktur Novel dan Cerpen Sastra Bali Modern. Jakarta: Pusat Perkembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hayati dan Winarno. 1990. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Malang: YA3.
Nurasiah,St. 2006. Deskripsi Psikologis Tokoh Utama Pada Novel Kutahu Matiku Karya Nwi Palupi. Skripsi. Makassar: FKIP Unismuh.
Santoso, Puji. 1995. Pengetahuan dan Apresiasi Kesusastraan.
Sudjiman, 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sukade, Made. 1987. Beberapa Landasan Tentang Sastra. Denpasar: Kayu Mas dan Yayasan Ilmu Seni Lasiba.
Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia Untuk SMA. Jakarta: Erlangga.
Baca Lengkap....

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pengertian pembelajaran berbasis masalah

Secara garis besar Pembelajaran Berbasis Masalah (PBI) menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Problem Based Learning

Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problembased learning/PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).

Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).

Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.

Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar, bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000:2), pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti pembelajaran proyek, pendidikan berdasarkan pengalaman, pembelajaran autentik, pembelajaran berakar pada kehidupan nyata. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan menfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka.

Pembelajaran berbasis masalah berlandaskan pada psikologi kognitif sebagai pendukung teoritisnya. Fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa (prilaku mereka) melainkan kepada apa yang mereka pikirkan (kognisi mereka) pada saat mereka melakukan kegiatan itu. Walaupun peran guru pada pelajaran berdasarkan masalah kadang melibatkan presentasi dan penjelasan sesuatu hal kepada siswa, namun yang lebih lazim adalah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri.

Pembelajaran berbasis masalah akan ditelusuri melalui tiga aliran pikiran utama abad ke-20.

1) Dewey dan Kelas Demokratis
Seperti pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah menemukan akar intelektualnya pada penelitian Johan Dewey. Dalam demokrasi dan pendidikan (1916) Dewey menggambarkan suatu pandangan tentang pendidikan yang mana sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan yang nyata. Dewey menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan sosial.

2) Piaget, Vygotsky, dan konstruktivisme
Ahli psikologi Eropa Jean Piaget dan Lev Vygotsky merupakan tokoh dalam pengembangan konsep konstruktivisme dan diatas konsep inilah PBI kontemporer diletakkan. Jean Piaget (1886-1980) seorang ahli psikologis Swiss, selam 50-tahun lebih mempelajari bagaimana anak berpikir dan proses-proses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual. Piaget menegaskan bahwa anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia di sekitarnya.

Pandangan konstruktivisme kognitif dikembangkan banyak didasarkan pada teori Piaget pandangan ini, seperti halnya Piaget, mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan itu tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka membangun, dan memodifikasi pengetahuan awal mereka.

Menurut Piaget, pedagogi yang baik harus melibatkan anak dengan situasi-situasi dimana anak itu mandiri melakukan eksperimen, dalam arti paling luas dari istilah itu mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda-tanda, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan yang ia temukan pada saat yang lain.

Lev Vygotsky (1986-1934) adalah seorang ahli psikologi Rusia yang karyanya karena sensor komunis tidak banyak diketahui oleh para ahli psikologi Eropa dan Amerika sampai akhir-akhhir ini. Sementara itu keyakinan Vygotsky berbeda dengan keyakinan Piaget dalam berbagai hal. Piaget memusatkan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui. Oleh semua tahap perkembangan budaya, individu tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya, Vygotsky memberi tempat yang lebih penting pada aspek sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Satu ide kunci yang berkembang dan ide Vygotsky tentang aspek sosial belajar adalah konsepnya tentang zone of proximal development. Menurut Vygotsky, siswa mempunyai dua tingkat perkembangan, tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual didefinisikan sebagai pemfungsian intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk belajar sesuatu yang khusus atas kemampuannya sendiri.

Pentingnya ide-ide Vygotsky dalam pendidikan adalah jelas. Pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial dengan guru dan teman sejawat. Melalui tantangan dan bantuan dari guru atau teman sejawat yang lebih mampu.

3) Bruner, dan Pembelajaran Penemuan
Era 1950-an dan 1960-an menunjukkan reformasi kurikulum yang berarti di Amerika Serikat, yang dimulai dengan matematika dan IPA, kemudian meluas ke bidang sejarah, humaniora dan ilmu-ilmu sosial. Pedalogi dari kurikulum baru meliputi pengajaran berdasarkan aktivitas dimana siswa-siswa diharapkan menggunakan pengalaman dan observasi langsung mereka sendiri.

Jerome Bruner, seorang ahli psikologi Harvard adalah salah seorang pelopor dalam era reformasi kurikulum tersebut. Dia dan koleganya menyediakan teori pendukung penting yang kemudian dikenal sebagai pembelajaran penemuan, sesuatu model pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu perlunya siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi. Tujuan pendidikan tidak hanya meningkatkan banyaknya pengetahuan siswa tetapi juga menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk penemuan siswa. Pembelajaran berbasis masalah, dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna mahasiswa mempunyai kesempatan dalam memilih dan melakukan penyelidikan apapun baik didalam dan diluar sekolah sejauh itu diperlukan untuk memecahkan masalah. Selain itu, karena masalah itu merupakan masalah kehidupan nyata, pemecahannya memerlukan penyelidikan antar disiplin.


Rujukan:
Ibrahim, Muslimin, Nur. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.
Baca Lengkap....