Sinopsis Novel
“Kutahu Matiku”
Karya: Nwi Palupi
Klara adalah anak bapak Nata Sugara. Ibunya meninggal semenjak Klara duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar. Klara adalah seorang gadis yang sopan, taat beragama dan cerdas. Klara sangat dekat dengan ayahnya, Klara dibimbing oleh pak Nata Sugara agar menjadi anak yang berbakti dan taat kepada Allah. Nata sugara ayah Klara adalah seorang ayah yang sangat mencintai anaknya, bapak Nata Sugara mempunyai hubungan kedekatan yang sangat kepada Allah. Sehingga proses kematiannya begitu baik. Proses itu sangat dirasakan oleh Klara sebagai anak yang menemaninya hingga akhir hayat. Klara lah yang menyaksikan proses kematian ayahnya. Sehingga sepeninggalan ayahnya Klara adalah orang yang paling merasa kehilangan.
Semenjak ayahnya meninggal Klara tinggal bersama Ibu Rukmi. Klara mengikuti ujian UMPTN. Tetapi, pengumumannya tidak kunjung datang. Klara merasakan semakin tertekan, karena Klara sudah tidak punya tempat berbagi lagi selain ayahnya. Berselang dengan waktu itu, Klara mengenal seorang pemuda yang bernama Galih, yang juga teman dari sahabatnya yang benama Rani. Kehadiran Galih banyak memberikan perhatian kepada Klara. Namun, sebatas sahabat saja. Kepergian ayahnya yang sudah beberapa waktu berlalu ternyata masih menyimpan luka yang dalam buat Klara, hingga akhirnya Klara mencoba untuk membunuh diri.
Mendengar ada pengumuman ujian UMPTN telah ada, Klara mencari nama-nama mahasiswa yang lulus di koran-koran. Dia berharap namanya berada dalam tataran nama yang tertulis di lembaran itu. Dan Klara ternyata lulus UMPTN di pilihan kedua yaitu makanisasi Insitut Pertanian Bogor. Demikian juga Galih dia lulus di pilihan keduanya, yaitu teknik sipil Universitas Briwijaya, Malang dan Rani lulus di jurusan akuntansi dengan universitas yang sama dengan Galih.
Kelulusan Kalra di IPB membuatnya harus meninggalkan kota Malang dan berpindah ke Bogor, dan meninggalkan Bu Rukmi yang selama ini merawat dan mengasuh Klara semenjak ayahnya meninggal.
Klara menikmati keindahan kota Bogor yang memiliki curah hujan tertinggi di seantero. Jarak antara kampus dan rumah Mbak Rosa lumayan jauh. Hingga Klara harus menyambung angkot hingga beberapa kali. Perjalanan ini Klara lalui selama satu setengah semester. Dan akhirnya Klara sudah tidak sanggup lagi. Hingga Klara sering sakit-sakitan karena kecapekan.
Melihat kondisi keuangan dan perekonomian kakakya, Klara berinisiatif untuk mencari pekerjaan. Kesana kemari Klara mencari pekerjaan tapi tidak kunjung ada, sebab ijazah yang Klara gunakan adalah ijazah SMU. Sedangkan Klara ingin paruh waku. Sehingga urusan perkuliahannyapun tidak terbengkalai. Hingga akhirnya Klara diterima sebagai pengentri data di tata usaha fakultas. Klara sudah mempunyai pekerjaan, dan pekerjaannya itulah yang membuat Klara sibuk. Tetapi Klara juga tetap memperhatikan urusan kuliahnya. Dan semuanya berjalan seiring. Hingga akhirya Klara bertemu dengan pak Patah salah satu pembimbing olah pernafasan yang juga dari Malang. Pertemuannya dengan pak Patah membuatnya lebih berkonsentrasi dalm bidang spiritual. Melalui bimbingan spiritual pak Patah, secara itens Klara melakoni pembersihan dan penyerahan diri kepada Allah.
Seiring perputaran bumi pada porosnya, beban hidup yang Klara rasakan pun sedikit demi sedikit rontok terterpa sapuan angin rohani. Dan itulah yang membuatnya semakin mandiri. Sekiranya ayahnya tidak meninggal, maka Klara tidak akan tahu bagaimana cara memaknai hidup agar lebih berarti.
Hari demi hari telah dilaluinya, hingga tak terasa sudah kurang lebih dua tahun setengah Klara meninggalkan kota kelahirannya, kota Malang. Kedatangannya ke Malang kali ini lain, sebab luka setelah ditinggalkan oleh ayahnya tidak lagi terasa begitu membekas. Di Malang Klara dan kakaknya Rosa beserta keluarganya merayakan seribu hari ayahnya.
Klara telah berusia duapuluh dua tahun. Dia baru sadar bahwa dia berulang tahun ketika dia mendapat telpon dari Singgih, kakak Galih. Kehadiran Singgih dalam hari-harinya selama di Malang tidak membuat konsentrasinya di pekerjaan menjadi buyar. Dan akhirnya gelar sarjananya pun telah didapatkannya.
Tekanan dari kakaknya Rosa untuk segera menikah telah ada. Olehnya itu kakak iparnya yang bernama Basuki memperkenalkan Klara dengan seorang bawahannya yang bernama Bowo. Dan dari perkenalan yang singkat itu Klara akhirnya menerima lamaran Bowo karena kabar yang dinanti-nanti dari Singgih tidak kunjung tiba.
Pernikahannya dengan Bowo tidak membuatnya bahagia. Karena Klara tidak mencintai lelaki itu, Kalra masih berharap kepada Singgih. Klara tidak rela tubuhnya ditiduri oleh orang yang tidak dicintainya. Gaya bercinta Bowo sangat kasar membuatnya tidak betah, dan ternyata kenyataan yang harus diterima Klara bahwa dia bukan orang pertama yang disetubuhi oleh suaminya. Mendengar pengakuan suaminya, Klara menjadi terguncang. Karena sakit hati, Klara akhirnya mengambil keputusan sepihak unutk memasang alat kontrasepsi tanpa sepengetahuan suaminya.
Menginjak usia perkawinan mereka yang sudah berusia tiga bulan, Bowo dipindah tugaskan ke Aceh, sebagai pimpinan pasukan penjaga keamanan Nanggroe Aceh, daerah tempat terjadinya perseteruan antara NKRI dengan GAM. Semenjak suaminya bertugas, perhatian Mas Bowo tidak berubah. Dia selalu meghubungi Klara dan menyampaika kerinduannya. Hingga akhirnya Klara merasakan adanya benih cinta yang muncul dari kasih sayang dan perhatian dari suaminya itu.
Jarak yang memisahkan mereka membuat Klara semakin bertanya-tanya, sebab kebiasaan Bowo menelfon dan mengabarinya tentang keadaannya di sana ternyata tidak lagi seperi dulu. Klara merasakan perubahan suaminya. Dia mencoba introspeksi diri dengan sikapnya selama ini. Klara akhirnya sering menghabiskan waktu yang dengan hanya memperbaiki hubungan kedekatannya kepada Allah, dan memperbaiki dirinya. Merawat tubuhnya agar ketika suaminya kembali dia akan memberikan cinta dan kasih sayang yang telah dia jaga selama suaminya berada di Aceh.
Klara memutuskan untuk membuka spiralnya, agar dia bisa cepat-cepat dikaruniai anak. Inilah hadiah buat suaminya ketika pulang dari bertugas nanti. Klara menyadari bahwa pernikahan adalah bukan saja sarana untuk melepaska nafsu dan kebutuhan biologis saja, tetapi sarana untuk melakukan ibadah.
Akhirnya Mas Bowo pulang. Tetapi tidak pulang sendirian. Mas Bowo datang bersama istri yang dinikahinya selama dia berada di Aceh. Kenyataaan ini sangat menyakitkan buat Klara. Tetapi dia harus menerimanya dengan tabah dan tegar. Tidak jarang Klara mendapati suaminya bercinta dengan istrinya yang baru di rumahnya sendiri. Dan inilah kenyataaan yang harus diterima oleh Klara. Klara akhirnya mengambil keputusan untuk bercerai dengan suaminya Bowo. Namun, dibalik kesediannya itu Klara berbangga karena sudah sanggup menyelesaikan studinya. Urusan perceraiannya dengan suaminya tidak begitu rumit, sebab Mas Bowo telah memberikan kemudahan dalam prosesnya, walau ini tidak mudah baginya.
Klara akhirnya mengundurkan diri di tempat dimana ia bekerja, dengan alasan ingin kembali ke kampung halamannya yaitu Malang. Klara juga menunggu proses perceraiannya hingga dia pulang ke Malang. Dan tanpa sengaja Klara bertemu dengan Galih yang sedang mengerjakan proyek di Bogor.
Rencana Klara pulang ke Malang ternyata direspon oleh suaminya, dan akhirnya Galih meminta izin untuk mengantar Klara hingga ke Cirebon, kebetulan Galih mau pulag ke Cirebon. Di Cirebon Klara bertemu dengan ibu Rukmi ibu Gallih. Di sanalah Klara beristirahat untuk melanjutkan perjalanannya lagi menuju Malang.
Pertemuannya dengan Bu Rukmi membuat Kalra mengetahui sesuatu yang selama ini menjadi pertanyaannya. Ternyata Singgih ingin melamar Klara, tetap menunggu kabar dari ayahnya sehigga pelamaran itu tertunda. Dan ternyata Klara Nikah duluan dengan Bowo. Dan kejadian itu membuat Singgih sakit hati dan memilih melanjutkan kuliah pascasarjananya di Jogya.
Sesampainya di Malang perasaan Klara baru terasa enak. Tetangga Klara mulai berdatangan menanyakan kabarnya. Klara bertemu dengan Rani, kekasih Galih sewaktu mereka sama-sama di universitas Briwijaya dulu. Pertemuan itu membuatnya akrab dan menjadi sahabat lagi.
Malam itu Galih menelpon menyampaikan kabar Sinta yang penyakit jantungnya kambuh lagi. Dan dia dirawat di RS Syaiful Anwar. Sinta berangkat ke rumah sakit bersama Rani. Di sanalah Rani bertemu kembali dengan Galih. Sinta harus dioperasi dan Rani banyak membantu dalam persoalan ini. Akhirnya luka masa lalu antara Galih dan Rani menjadi hubungan yang baik kembali.
Lebaran telah tiba, Rosa dan keluarga Kalra kembali berkumpul. Banyak hal yang dipertanyakan Rosa kepada Klara mengenai pernikahannya. Klara menjelaskan bahwa itulah yang terbaik buat keutuhan perasaannya. Selang waktu pembicaraan itu telfon berdering dan ternyata itu dari Singgih yang menanyakan tentang slip resep obat Sinta yang terikut di dompet Klara. Serentak Klara kaget dan gugup mendengar suara Singgih. Dengan sakitnya Sinta, Singgih akhirnya bertemu dengan Klara yang selama delapan tahun tidak pernah bertemu.
Sakitnya Sinta juga telah membuat Galih menjatuhkan pilihannya kepada Rani dan ahirnya mereka menikah. Pertemuan antara Klara dan Singgih juga berujung dipernikahan. Cinta yang sudah bertahun-tahun lamanya terpendam akhirnya terkuak juga. Dan akhirya mereka dipertemukan dalam waktu yang sangat singkat.
Bowo yang telah mendapatkan anak dari Tia mengabarkan keadaannya ke Klara, sekalian Klara juga mengabarkan rencana pernikahannya dengan Singgih. Pernikahan Klara dan Singgih berjalan sederhana tetapi penuh dengan kebahagiaan. Mereka memilih tinggal di Jogja sebab Singgih bekerja di sana. Hingga akhirnya Klara hamil. Tetapi janin dalam kandungannya tidak kuat dan akhirnya mereka kehilangan bayi mereka. Walau demikian Klara tetap bahagia sebab Singgih mampu memberikannya kasih sayang yang selama ini dibutuhkannya.
Semenjak kepergian Singgih ke Kairo, Klara lebih senang dan lebih sering menuliskan surat di lembaran-lembaran kertas sebgai wujud perasaannya. Klara menghabiskan waktu dengan bekerja dan menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai istri dan sebagai karyawan. Keresahan hati Klara menjadi pertanyaan jiwanya, hingga akhirnya Klara mendapatkan panggilan telepati dari Pak Patah guru spiritualnya.
Pertemuannya dengan Pak Patah membawa Kalra untuk berkenalan dengan seorang gadis yang bernama Larasati, Larasati adalah seorang gadis yang mempunyai masa lalu yang gelap akibat dari kekejaman keluarga dan ayah tirinya yang tidak pernah bisa memahaminya. Yang akhirnya dipertemukan dengan Pak Patah untuk dibimbing. Klara bertemu dengan Laras dan mereka banyak berbagi kasih. Setelah tanda-tanda kepergiannya dirasakan mulai mendekat, Klara meminta Laras untuk tinggal bersamanya di Jogja. Klara bahkan membimbing Laras untuk menjadi calon istri buat suaminya yang akan ditinggalkannya. Klara telah mengetahui waktu kematiannya, namun Klara tidak mampu membahasakannya.
Laras dipersiapkan untuk menjadi istri yang baik untuk suaminya. Sebab Klara tidak ingin Singgih bersedih dan merasa kehilangan dengan kepergiannya. Klara menyadari bahwa segala sesuatu yang ada akan pergi dan yang pergi akan kembali. dan detik-detik kepergiannya Klara hanya sanggup menitipkan selembar wasiat dan goresan tangan buat suaminya tercinta.
“Kutahu Matiku”
Karya: Nwi Palupi
Klara adalah anak bapak Nata Sugara. Ibunya meninggal semenjak Klara duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar. Klara adalah seorang gadis yang sopan, taat beragama dan cerdas. Klara sangat dekat dengan ayahnya, Klara dibimbing oleh pak Nata Sugara agar menjadi anak yang berbakti dan taat kepada Allah. Nata sugara ayah Klara adalah seorang ayah yang sangat mencintai anaknya, bapak Nata Sugara mempunyai hubungan kedekatan yang sangat kepada Allah. Sehingga proses kematiannya begitu baik. Proses itu sangat dirasakan oleh Klara sebagai anak yang menemaninya hingga akhir hayat. Klara lah yang menyaksikan proses kematian ayahnya. Sehingga sepeninggalan ayahnya Klara adalah orang yang paling merasa kehilangan.
Mendengar ada pengumuman ujian UMPTN telah ada, Klara mencari nama-nama mahasiswa yang lulus di koran-koran. Dia berharap namanya berada dalam tataran nama yang tertulis di lembaran itu. Dan Klara ternyata lulus UMPTN di pilihan kedua yaitu makanisasi Insitut Pertanian Bogor. Demikian juga Galih dia lulus di pilihan keduanya, yaitu teknik sipil Universitas Briwijaya, Malang dan Rani lulus di jurusan akuntansi dengan universitas yang sama dengan Galih.
Kelulusan Kalra di IPB membuatnya harus meninggalkan kota Malang dan berpindah ke Bogor, dan meninggalkan Bu Rukmi yang selama ini merawat dan mengasuh Klara semenjak ayahnya meninggal.
Klara menikmati keindahan kota Bogor yang memiliki curah hujan tertinggi di seantero. Jarak antara kampus dan rumah Mbak Rosa lumayan jauh. Hingga Klara harus menyambung angkot hingga beberapa kali. Perjalanan ini Klara lalui selama satu setengah semester. Dan akhirnya Klara sudah tidak sanggup lagi. Hingga Klara sering sakit-sakitan karena kecapekan.
Melihat kondisi keuangan dan perekonomian kakakya, Klara berinisiatif untuk mencari pekerjaan. Kesana kemari Klara mencari pekerjaan tapi tidak kunjung ada, sebab ijazah yang Klara gunakan adalah ijazah SMU. Sedangkan Klara ingin paruh waku. Sehingga urusan perkuliahannyapun tidak terbengkalai. Hingga akhirnya Klara diterima sebagai pengentri data di tata usaha fakultas. Klara sudah mempunyai pekerjaan, dan pekerjaannya itulah yang membuat Klara sibuk. Tetapi Klara juga tetap memperhatikan urusan kuliahnya. Dan semuanya berjalan seiring. Hingga akhirya Klara bertemu dengan pak Patah salah satu pembimbing olah pernafasan yang juga dari Malang. Pertemuannya dengan pak Patah membuatnya lebih berkonsentrasi dalm bidang spiritual. Melalui bimbingan spiritual pak Patah, secara itens Klara melakoni pembersihan dan penyerahan diri kepada Allah.
Seiring perputaran bumi pada porosnya, beban hidup yang Klara rasakan pun sedikit demi sedikit rontok terterpa sapuan angin rohani. Dan itulah yang membuatnya semakin mandiri. Sekiranya ayahnya tidak meninggal, maka Klara tidak akan tahu bagaimana cara memaknai hidup agar lebih berarti.
Hari demi hari telah dilaluinya, hingga tak terasa sudah kurang lebih dua tahun setengah Klara meninggalkan kota kelahirannya, kota Malang. Kedatangannya ke Malang kali ini lain, sebab luka setelah ditinggalkan oleh ayahnya tidak lagi terasa begitu membekas. Di Malang Klara dan kakaknya Rosa beserta keluarganya merayakan seribu hari ayahnya.
Klara telah berusia duapuluh dua tahun. Dia baru sadar bahwa dia berulang tahun ketika dia mendapat telpon dari Singgih, kakak Galih. Kehadiran Singgih dalam hari-harinya selama di Malang tidak membuat konsentrasinya di pekerjaan menjadi buyar. Dan akhirnya gelar sarjananya pun telah didapatkannya.
Tekanan dari kakaknya Rosa untuk segera menikah telah ada. Olehnya itu kakak iparnya yang bernama Basuki memperkenalkan Klara dengan seorang bawahannya yang bernama Bowo. Dan dari perkenalan yang singkat itu Klara akhirnya menerima lamaran Bowo karena kabar yang dinanti-nanti dari Singgih tidak kunjung tiba.
Pernikahannya dengan Bowo tidak membuatnya bahagia. Karena Klara tidak mencintai lelaki itu, Kalra masih berharap kepada Singgih. Klara tidak rela tubuhnya ditiduri oleh orang yang tidak dicintainya. Gaya bercinta Bowo sangat kasar membuatnya tidak betah, dan ternyata kenyataan yang harus diterima Klara bahwa dia bukan orang pertama yang disetubuhi oleh suaminya. Mendengar pengakuan suaminya, Klara menjadi terguncang. Karena sakit hati, Klara akhirnya mengambil keputusan sepihak unutk memasang alat kontrasepsi tanpa sepengetahuan suaminya.
Menginjak usia perkawinan mereka yang sudah berusia tiga bulan, Bowo dipindah tugaskan ke Aceh, sebagai pimpinan pasukan penjaga keamanan Nanggroe Aceh, daerah tempat terjadinya perseteruan antara NKRI dengan GAM. Semenjak suaminya bertugas, perhatian Mas Bowo tidak berubah. Dia selalu meghubungi Klara dan menyampaika kerinduannya. Hingga akhirnya Klara merasakan adanya benih cinta yang muncul dari kasih sayang dan perhatian dari suaminya itu.
Jarak yang memisahkan mereka membuat Klara semakin bertanya-tanya, sebab kebiasaan Bowo menelfon dan mengabarinya tentang keadaannya di sana ternyata tidak lagi seperi dulu. Klara merasakan perubahan suaminya. Dia mencoba introspeksi diri dengan sikapnya selama ini. Klara akhirnya sering menghabiskan waktu yang dengan hanya memperbaiki hubungan kedekatannya kepada Allah, dan memperbaiki dirinya. Merawat tubuhnya agar ketika suaminya kembali dia akan memberikan cinta dan kasih sayang yang telah dia jaga selama suaminya berada di Aceh.
Klara memutuskan untuk membuka spiralnya, agar dia bisa cepat-cepat dikaruniai anak. Inilah hadiah buat suaminya ketika pulang dari bertugas nanti. Klara menyadari bahwa pernikahan adalah bukan saja sarana untuk melepaska nafsu dan kebutuhan biologis saja, tetapi sarana untuk melakukan ibadah.
Akhirnya Mas Bowo pulang. Tetapi tidak pulang sendirian. Mas Bowo datang bersama istri yang dinikahinya selama dia berada di Aceh. Kenyataaan ini sangat menyakitkan buat Klara. Tetapi dia harus menerimanya dengan tabah dan tegar. Tidak jarang Klara mendapati suaminya bercinta dengan istrinya yang baru di rumahnya sendiri. Dan inilah kenyataaan yang harus diterima oleh Klara. Klara akhirnya mengambil keputusan untuk bercerai dengan suaminya Bowo. Namun, dibalik kesediannya itu Klara berbangga karena sudah sanggup menyelesaikan studinya. Urusan perceraiannya dengan suaminya tidak begitu rumit, sebab Mas Bowo telah memberikan kemudahan dalam prosesnya, walau ini tidak mudah baginya.
Klara akhirnya mengundurkan diri di tempat dimana ia bekerja, dengan alasan ingin kembali ke kampung halamannya yaitu Malang. Klara juga menunggu proses perceraiannya hingga dia pulang ke Malang. Dan tanpa sengaja Klara bertemu dengan Galih yang sedang mengerjakan proyek di Bogor.
Rencana Klara pulang ke Malang ternyata direspon oleh suaminya, dan akhirnya Galih meminta izin untuk mengantar Klara hingga ke Cirebon, kebetulan Galih mau pulag ke Cirebon. Di Cirebon Klara bertemu dengan ibu Rukmi ibu Gallih. Di sanalah Klara beristirahat untuk melanjutkan perjalanannya lagi menuju Malang.
Pertemuannya dengan Bu Rukmi membuat Kalra mengetahui sesuatu yang selama ini menjadi pertanyaannya. Ternyata Singgih ingin melamar Klara, tetap menunggu kabar dari ayahnya sehigga pelamaran itu tertunda. Dan ternyata Klara Nikah duluan dengan Bowo. Dan kejadian itu membuat Singgih sakit hati dan memilih melanjutkan kuliah pascasarjananya di Jogya.
Sesampainya di Malang perasaan Klara baru terasa enak. Tetangga Klara mulai berdatangan menanyakan kabarnya. Klara bertemu dengan Rani, kekasih Galih sewaktu mereka sama-sama di universitas Briwijaya dulu. Pertemuan itu membuatnya akrab dan menjadi sahabat lagi.
Malam itu Galih menelpon menyampaikan kabar Sinta yang penyakit jantungnya kambuh lagi. Dan dia dirawat di RS Syaiful Anwar. Sinta berangkat ke rumah sakit bersama Rani. Di sanalah Rani bertemu kembali dengan Galih. Sinta harus dioperasi dan Rani banyak membantu dalam persoalan ini. Akhirnya luka masa lalu antara Galih dan Rani menjadi hubungan yang baik kembali.
Lebaran telah tiba, Rosa dan keluarga Kalra kembali berkumpul. Banyak hal yang dipertanyakan Rosa kepada Klara mengenai pernikahannya. Klara menjelaskan bahwa itulah yang terbaik buat keutuhan perasaannya. Selang waktu pembicaraan itu telfon berdering dan ternyata itu dari Singgih yang menanyakan tentang slip resep obat Sinta yang terikut di dompet Klara. Serentak Klara kaget dan gugup mendengar suara Singgih. Dengan sakitnya Sinta, Singgih akhirnya bertemu dengan Klara yang selama delapan tahun tidak pernah bertemu.
Sakitnya Sinta juga telah membuat Galih menjatuhkan pilihannya kepada Rani dan ahirnya mereka menikah. Pertemuan antara Klara dan Singgih juga berujung dipernikahan. Cinta yang sudah bertahun-tahun lamanya terpendam akhirnya terkuak juga. Dan akhirya mereka dipertemukan dalam waktu yang sangat singkat.
Bowo yang telah mendapatkan anak dari Tia mengabarkan keadaannya ke Klara, sekalian Klara juga mengabarkan rencana pernikahannya dengan Singgih. Pernikahan Klara dan Singgih berjalan sederhana tetapi penuh dengan kebahagiaan. Mereka memilih tinggal di Jogja sebab Singgih bekerja di sana. Hingga akhirnya Klara hamil. Tetapi janin dalam kandungannya tidak kuat dan akhirnya mereka kehilangan bayi mereka. Walau demikian Klara tetap bahagia sebab Singgih mampu memberikannya kasih sayang yang selama ini dibutuhkannya.
Semenjak kepergian Singgih ke Kairo, Klara lebih senang dan lebih sering menuliskan surat di lembaran-lembaran kertas sebgai wujud perasaannya. Klara menghabiskan waktu dengan bekerja dan menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai istri dan sebagai karyawan. Keresahan hati Klara menjadi pertanyaan jiwanya, hingga akhirnya Klara mendapatkan panggilan telepati dari Pak Patah guru spiritualnya.
Pertemuannya dengan Pak Patah membawa Kalra untuk berkenalan dengan seorang gadis yang bernama Larasati, Larasati adalah seorang gadis yang mempunyai masa lalu yang gelap akibat dari kekejaman keluarga dan ayah tirinya yang tidak pernah bisa memahaminya. Yang akhirnya dipertemukan dengan Pak Patah untuk dibimbing. Klara bertemu dengan Laras dan mereka banyak berbagi kasih. Setelah tanda-tanda kepergiannya dirasakan mulai mendekat, Klara meminta Laras untuk tinggal bersamanya di Jogja. Klara bahkan membimbing Laras untuk menjadi calon istri buat suaminya yang akan ditinggalkannya. Klara telah mengetahui waktu kematiannya, namun Klara tidak mampu membahasakannya.
Laras dipersiapkan untuk menjadi istri yang baik untuk suaminya. Sebab Klara tidak ingin Singgih bersedih dan merasa kehilangan dengan kepergiannya. Klara menyadari bahwa segala sesuatu yang ada akan pergi dan yang pergi akan kembali. dan detik-detik kepergiannya Klara hanya sanggup menitipkan selembar wasiat dan goresan tangan buat suaminya tercinta.
*****