Ada lima faktor yang disebutkan dalam al-Qur'an yang dapat memperbesar kesalahan kerja akal dalam menjalankan fungsinya:
- Lebih mengutamakan dugaan (dzan) daripada hal-hal yang pasti. Al-Qur'an Surah al-An'am: 116, yang bermaksud:
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan (majoriti) orang-orang yang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanya mengikuti prasangka belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."
Ayat Qur'an Surah Al-Isro': 36, yang bermaksud:
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabnya."
- Mengikuti jejak langkah nenek moyang, lalu menerima segala yang klasik itu tanpa disertai pembuktian. Lihat Surah al-Baqaroh: 170, yang bermaksud:
"Dan apabila dikatakan kepada mereka:" Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab:"(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apakah) mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun. Dan tidak mendapat petunjuk?"
Lihat juga Surah al-Maidah: 77, dan 104, al-Qashas: 28, dan 36, al-Syuara': 6, 69, dan 74.
Jika apa yang dianuti dan diyakini oleh nenek moyang itu dapat dibuktikan kebenaran berdasarkan pembuktian-pembuktian secara aqliah (akal) yang wajar maka al-Qur'an akan membenarkan hal itu. Lihat Surah Yusuf: 38, yang bermaksud:
"Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku iaitu Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah kurnia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya) tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri(Nya)."
Dalam ayat tersebut, Allah SWT mengabadikan sikap Nabi Yusuf AS dengan dalil-dalil yang cukup kuat dapat membuktikan kebenaran ajaran pendahulunya iaitu ajaran Tauhid (ajaran yang tidak mempersekutukan Allah SWT) dan kemudian diikutinya. Dapat juga dilihat dalam al-Qur'an Surah az-Zuhruf: 22-24.
- Mengikuti dorongan hawa nafsu (kepentingan-kepentingan peribadi). Lihat Surah an-Najm: 23, yang bermaksud:
"Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakan; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka. Dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka."
Lihat juga Surah aan-An'am: 119, Surah Muhammad: 14, dan 16, Surah Rum: 29, dan Surah al-Qosshos: 50.
- Terpengaruh peribadi-peribadi (tokoh-tokoh) tertentu tanpa pembuktian status peribadi tersebut sama ada dia layak diikuti (ditaati) atau tidak. Lihat Surah al-Ahzab: 67, yang bermaksud:
"Dan mereka berkata:" Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)."
- Tergesa-gesa dalam membenarkan atau mengingkari sesuatu tanpa dibuktikan terlebih dahulu termasuk suatu hal yang tidak dibenarkan oleh Islam. Lihat Surah al-A'rof: 169, yang bermaksud:
".....yaitu bahawa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar...."
Maksudnya janganlah menyimpulkan bahawa sesuatu itu benar (datang) dari Allah walhal belum dibuktikan kebenarannya (kesimpulan tersebut). Tergesa-gesa dalam mengingkari sesuatu. Al-Qur'an Surah Yunus: 39, yang bermaksud:
"Yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (Rasul-rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu."