Sastra: Definisi Puisi

definisi puisi
A.    Definisi Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut:
1)    Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
2)    Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
3)     Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
4)  Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
5)    Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai.
Dengan meramu pendapat-pendapat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan. (Aida Azis, 2011:13)

B.     Unsur-unsur Puisi
Puisi atau sajak merupakan sebuah struktur yang kompleks, untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata. Adapun unsur-unsur pembangun puisi dapat dilihat berikut ini.
1)   Bunyi. Wiyatmi (dalam Siti Aida Azis, 2011:42) menguraikan bahwa unsur bunyi dalam puisi pada umum nya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) dilihat dari segi bunyi itu sendiri, dikenal adanya sajak sempurna, sajak paruh, aliterasi, dan asonansi; b) dilihat dari posisi kata yang mendukungnya dikenal adanya sajak awal, sajak tengah (sajak dalam), dan sajak akhir; c) berdasarkan hubungan antar baris dalam tiap bait dikenal adanya sajak merata (terus), sajak berselang, sajak berangkai, dan sajak peluk.
2)  Irama. Irama dalam bahasa adalah pergantian turun naik, panjang pendek, keras-lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Secara umum dapat disimpulkan bahwa irama itu pergantian berturut-turut secara teratur.
3)   Diksi. Diksi adalah pilihan kata atau frase dalam karya sastra (Abrams, 1981).
4)   Bahasa kias. Bahasa kias atau figurative language merupakan penyimpangan dari pemakaian bahasa, yang makna katanya atau rangkaian katanya digunakan dengan tujuan untuk mencapai efek tertentu.
5)   Citraan atau Gambaran Angan. Altenbernd (1970) menyampaikan, bahwa citraan adalah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji.

C.      Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi pula yang menjadi salah satu unsur pembentuk puisi. Struktur batin berperan untuk menjiwai sebuah puisi. Dalam hal ini menurut Nurhayati (2008:40-43) hakikat puisi terdiri atas beberapa komponen yang membangun sebuah puisi. Struktur batin tersebut adalah sebagai berikut:
1)    Tema (sense), merupakan gagasan atau ide pokok dalam suatu kajian puisi. Hal yang menjadi pokok persoalan dalam puisi tersebut. Setiap puisi memiliki pokok persoalan yang hendak di sampaikan kepada pembacanya. Selain itu menurut Tarigan (2011:10-11) dalam puisi memiliki subject matter yang hendak dikemukakan atau ditonjolkan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman penyair. Makna yang terkandung dalam subject matter adalah sense atau tema dalam puisi tersebut.
2)    Perasaan (feeling) merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini pada umumnya setiap penyair tentunya akan memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu karya. Menurut Tarigan (2011:12) rasa/felling, yaitu merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang ada pada puisinya.
3)     Nada (tone), merupakan refleksi sikap penyair terhadap pembacanya, baik suasana hati, dan pandangan moral, dan terkadang muncul pula karakter kepribadian pengarangnya tercemin dalam puisi. Penyair pula menunjukkan sikapnya kepada pembacanya, misalnya dengan sikap menggurui, menyindir atau bersifat lugas.
4)   Amanat (intention) atau tujuan merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan suatu puisinya. Dalam hal ini penyair menciptakan puisinya dan tersirat secara tidak langsung muncul melalui di balik tema yang diungkapkan.
Baca Lengkap....

Media Pembelajaran

Media pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atas pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Menurut Sanaky (2009:4), bahwa media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Selanjutnya, Notoamodjo (2003:71), mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga, karena berfungsi membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pembelajaran.
Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Edgar Dale yang dikutip oleh Basuki Wibawa (1993:16) tentang pengaruh metode pembelajaran terhadap pengalaman belajar seseorang. Edgar Dale mengemukakan bahwa pengalaman langsung diperlukan untuk membantu siswa belajar memahami, mengingat, dan menerapkan berbagai simbol abstrak. Kegiatan belajar akan terasa lebih mudah bila menggunakan materi yang terasa bermakna bagi siswa ataupun mempunyai relevansi dengan pengalamannya.
Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran suatu alat atau objek yang digunakan sebagai alat bantu dalam menjelaskan proses mesin, cara kerja suatu alat. Media pembelajaran dapat memberi pengetahuan yang lebih mendalam kepada peserta didik.

Fungsi dan manfaat media pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah: metode mengajar dan media pengajaran/pembelajaran, kedua aspek ini selalu berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, yakni tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan dari peserta didik kuasai setelah pengajaran berlangsung dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik peserta didik. Menurut Nana Sudjana (2002:2), ada beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran:
1)      Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2)      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa.
3)      Metode mengajar akan lebih bervariasi.
4)      Siswa melakukan kegiatan belajar, seperti mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan.
Menurut Wibawa (1993:27-55), beberapa jenis media pembelajaran yang sering digunakan di Indonesia diantaranya:

  1. Media pembelajaran visual dua dimensi tidak transparan, yang termasuk dalam jenis media ini adalah: gambar, foto, poster, peta, grafik, sketsa, papan tulis, flipchart, dan sebagainya.
  2. Media pembelajaran visual dua dimensi yang transparan. Media jenis ini mempunyai sifat tembus cahaya karena terbuat dari bahan-bahan plastik atau dari film yang termasuk jenis media ini adalah: film slide, film strip, dan sebagainya.
  3. Media pembelajaran visual tiga dimensi. Media ini mempunyai isi atau volume seperti benda sesungguhnya. yang termasuk jenis media ini adalah: benda sesungguhnya, speciment, mock-up, dan sebagainya.
  4. Media pembelajaran audio. Media audio berkaitan dengan alat pendengaran seperti misalnya: radio, kaset, laboratorium bahasa, telepon dan sebagainya.
  5. Media pembelajaran audio visual. Media yang dapat menampilkan gambar dan suara dalam waktu yang bersamaan, seperti: Film, Compact Disc (CD), TV, Video, dan lain sebagainya.
Baca Lengkap....

Pengertian Belajar

pengertian-belajar
1. Pengertian belajar
Belajar menurut Omar Hamalik (2002:154) adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Hilgard dan Bower seperti yang dikutip Ngalim Purwanto (1993:84) bahwa “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungannya berupa respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang.
Menurut Gadne yang dikutip Ngalim Purwanto (1993:84) bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah. Pendapat ini menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh situasi stimulus yang menyebabkan perubahan perbuatan”. Morgan yang dikutip Ngalim Purwanto (1993:84) bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pendapat ini menggambarkan bahwa belajar merupakan perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Witherington yang dikutip Ngalim Purwanto (1993:84) bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
Melihat pendapat-pendapat di atas, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian yang disebabkan oleh situasi stimulus yang berupa latihan atau pengalaman yang berulang-ulang.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar
Belajar merupakan suatu proses, sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). Jadi dalam menganalisis kegiatan belajar dapat dilakukan dengan pendekatan analisis sistem.
Dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah (raw input) adalah siswa, sebagai raw input siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya, sedangkan kondisi psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua itu dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya (Ngalim Purwanto, 1993:107).
Instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana, dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Dalam keseluruhan sistem, maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting dan paling menentukan dalam pencapaian hasil/output yang dikehendaki karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar-mengajar itu akan terjadi di dalam diri pelajar (Ngalim Purwanto, 1993:107).

3. Pengertian minat belajar siswa
Menurut Djamarah (2008:166), minat berarti kecenderungan yang menetap dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Menurut Agus Sujanto (2004:92), minat sebagai sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa minat merupakan pemusatan perhatian.
Witherington yang dikutip oleh Buchori (1991:135), juga berpendapat bahwa minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu obyek, seseorang, soal atau situasi yang bersangkutan dengan dirinya. Selanjutnya minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar dan kesadaran itu disusul dengan meningkatnya perhatian terhadap suatu obyek. Beberapa pendapat di atas menunjukkan adanya unsur perhatian di dalam minat seseorang terhadap sesuatu.
Menurut Djaali (2007:121), minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pernyataan tersebut mengidentifikasikan bahwa orang yang berminat akan ada rasa tertarik. Tertarik dalam hal tersebut merupakan wujud dari rasa senang pada sesuatu. Slameto (1995:57), berpendapat bahwa minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Beberapa pendapat di atas menunjukkan adanya unsur perasaan senang yang menyertai minat seseorang.
Melihat beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat diketahui ciri-ciri adanya minat pada seseorang dari beberapa hal, antara lain: adanya perasaan senang, adanya perhatian, adanya aktivitas yang merupakan akibat dari rasa senang dan perhatian.
Baca Lengkap....

Makalah: Pengelolaan Kelas

Makalah: Pengelolaan Kelas

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Peranan guru sebagai manajer dalam kegiatan belajar di kelas sudah lama diakui sebagai salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru sebagai tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola pembelajaran saja tetapi juga harus mampu mengelola kelas, yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Oleh karena itu sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu di semua jenjang pendidikan, penerapan strategi pengelolaan kelas dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang diyakini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan yang mendasar dari permasalahan pendidikan di tanah air. peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator.
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.   Mengapa dibutuhkannya strategi pengelolaan kelas?
2.   Apa Peran Guru Dalam Strategi Pengelolaan Kelas?
3.   Bagaimana penerapan sistem dalam pengelolaan kelas?

C.    TUJUAN MASALAH
1.      Mengetahui  strategi pengelolaan kelas.
2.      Mengetahui apa saja peran Guru dalam pengelolaan kelas.
3.      Mengetahui sistem pengelolaan kelas.
   
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PERLUNYA STRATEGI PENGELOLAAN KELAS
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator. Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991:22) “Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”. Sedangkan menurut Usman (2003:97) “Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalamkelas. Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikatornya proses belajar mengajar berlangsung secara efektif.

B.     PERAN GURU DALAM STRATEGI PENGELOLAAN KELAS
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai valuator.
a)   Guru Sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh bagi peserta didik.
b)   Guru Sebagai Evaluator
Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :
- Mengetahui - Mengerti - Mengaplikasikan - Analisis - Sintesis (analisis dalam berbagai sudut) - Evaluasi

Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang paling penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus terbuka
c) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran Memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan reaward Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
d)    Guru Sebagai Fasilitator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran didalam kelas sangat banyak sekali macamnya misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.

C.    PENGATURAN KELAS
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana didalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan intruksional, sangat bergantung kepada kemampuan mengatur kelas. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, misalnya :
o Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap pelajaran.
o Pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran dikelas agar tercipta suasana yang menggairahkan dalam belajar.
o Pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa itu sendiri.

D.    PENERAPAN SUATU SISTEM DALAM MENGELOLA KELAS
Mengelola kelas itu merupakan pembuatan  keputusan-keputusan yang direncanakan bukan keputusan-keputusan spontan yang diambil dalam keadaan darurat jika seorang guru, dalam keadaan marah dan prustasi menyuruh terhadap siswa kepada kepala sekolah dan disitu ditegur, mungkin  si guru telah tenang kembali merasa bahwa hukuman tersebut terlalu berat apabila telah terjadi lagi pelanggaran serupa oleh siswa lain haruskah guru berbuat seperti itu lagi? Jika demikian, ia bertindak tidak adil tetapi tidak bertindak demikian , ia tidak konsisten biasanya antisipasi terhadap timbulnya masalah-masalah dikelas akan menolong guru dari dilema-lema  seperti itu. Dasar dari pendekatan yaitu bahwa perilaku yang baik dikelas sebagian dapat dibentuk dengan cara memberikan ganjaran atau tidak.
1.      Teknik mendekati. Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya takut, dan karena itu dapat menghentikannya dari perbuatan yang disruptif , tanpa perlu menegur andai kata siswa mulai menampakan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya ke meja guru dapat berefek preventif.
2.      Teknik memberikan isyarat. Apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.
3.      Teknik mengadakan humor. Jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.
4.  Teknik tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan  cara ini guru harus lues dan tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa untuk di perhatikan.
5.   Teknik yang keras. Guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila ia di hadapkan pada perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya mengeluarkannya dalam kelas.
6.    Teknik mengadakan diskusi secara terbuka. Bila kenakalan di kelas mulai bertambah, sering guru menjadi heran. ia lalu menilai kembali tindakan dan pengajarannya. untuk menjelaskan perbuatan-perbuaatan siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar yang sedikit lebih sesuai daripada sebelumnya.
7.   Teknik memberikan penjelasan tentang prosedur. Kadang-kadang masalah kedisiplinan ada hubungannya yang langsung dengan ketidakmampuan siswa melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kesulitan ini terjadi apbila guru berasumsi bahwa siswa memiliki keterampilan, padahal sebenarnya tidak. masalah yang hampir sama yaitu masalah-masalah perilaku yang lazimnya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa dikelas.
8.   Mengadakan analisis. Kadang-kadang terjadi hampir terus menerus berbuat kenakalan, guru dapat mengetahui masalah yang akan di hadapinya dan mengurangi keresahan siswanya.
9.  Mengadakan perubahan kegiatan. Apabila gangguan dikelas meningkat jumlahnya, tindakan yang harus segera di ambil yaitu mengubah apa yang sedang anda lakukan. Jika biasanya diskusi, maka ubahlah dengan memberikan ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh mereka membaca buku-buku pilihan mereka.
10.  Teknik menghimbau. Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ucapan tersebut adakalanya membawa hasil; siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.
  
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Untuk tercapainya apa yang menjadi tujuan pembelajaran dalam proses pengelolaan kelas kami mengambil kesimpulan bahwa: pertama strategi guru dalam membuat perencanaan pembelajaran sebelum tahun ajaran baru, dan kepala sekolah mewajibkan semua guru membuat perencanaan pembelajaran yang meliputi: silabus, analisa materi pelajaran (AMP), program tahunan, program semester, dan Rencana program pengajaran. Kedua Membangun Kerjasama dengan Siswa dalam Pembelajaran. Membangun kerjasama dengan siswa, artinya dalam pembelajaran terjadi interaksi yang komunikatif antara guru dengan siswa. Upaya-upaya tersebut: (a) menjalin hubungan baik dengan siswa melalui kegiatan pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler, (b) berusaha menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah di pahami siswa, (c) menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, (d) menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Dengan strategi ini suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, sehingga siswa menjadi on task dalam pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.
Popham, W. James. 1992. Teknik mengajar secara sistematis. Jakarta: Rineka Cipta.
Setiawan, Conny dkk. 1985. Pengelolaan kelas. Jakarta: Gramedia.
Baca Lengkap....

Pengertian Pendekatan, Metode, Teknik, Model, dan Strategi Pembelajaran

Pengertian Pendekatan, Metode, Teknik, Model,  dan Strategi Pembelajaran
Sumber gambar: akhmadsudrajat.wordpress.com
1.  PENDEKATAN
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif  (Sanjaya,  2008:127).

2.        METODE
Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode  adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran.

3.        TEKNIK
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien?

Dengan demikian sebelum seorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi.

4.        MODEL
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.Nah, berikut ini ulasan singkat tentang perbedaan istilah tersebut.

5.        STRATEGI
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (J.R. David dalam  Sanjaya, 2008:126).  Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp dalam Sanjaya, 2008:126).

Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang selalu sama. Dalam konteks pengajaran strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran (Ahmad Rohani, 2004 : 32).

Sementara itu, Joyce dan Weil lebih senang memakai istilah model-model mengajar daripada menggunakan strategi pengajaran (Joyce dan Weil  dalam Rohani, 2004:33.

Nana Sudjana menjelaskan bahwa strategi mengajar (pengajaran) adalah “taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien (Nana Sudjana dalam Rohani, 2004:34).

Jadi menurut Nana Sudjana, strategi mengajar/pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu dalam satuan pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung.

Dengan kata lain, strategi pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas daripada metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran.

Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.
Baca Lengkap....

Tokoh: Biografi Muhammad Yamin


Muhammad Yamin dilahirkan di Sawahlunto, Sumatera Barat, pada tanggal 23 Agustus 1903. Ia menikah dengan Raden Ajeng Sundari Mertoatmadjo. Salah seorang anaknya yang dikenal, yaitu Rahadijan Yamin. Di zaman penjajahan, Yamin termasuk segelintir orang yang beruntung karena dapat menikmati pendidikan menengah dan tinggi. Lewat pendidikan itulah, Yamin sempat menyerap kesusastraan asing, khususnya kesusastraan Belanda.

Pendidikan yang sempat diterima Yamin, antara lain, Hollands inlands School (HIS) di Palembang, tercatat sebagai peserta kursus pada Lembaga Pendidikan Peternakan dan Pertanian di Cisarua, Bogor, Algemene Middelbare School (AMS) “Sekolah Menengah Umum” di Yogya, dan HIS di Jakarta. Yamin menempuh pendidikan di AMS setelah menyelesaikan sekolahnya di Bogor yang dijalaninya selama lima tahun. Studi di AMS Yogya sebetulnya merupakan persiapan Yamin untuk mempelajari kesusastraan Timur di Leiden. Di AMS, ia mempelajari bahasa Yunani, bahasa Latin, bahasa Kaei, dan sejarah purbakala. Dalam waktu tiga tahun saja ia berhasil menguasai keempat mata pelajaran tersebut, suatu prestasi yang jarang dicapai oleh otak manusia biasa. Dalam mempelajari bahasa Yunani, Yamin banyak mendapat bantuan dari pastor-pastor di Seminari Yogya, sedangkan dalam bahasa Latin ia dibantu Prof. H. Kraemer dan Ds. Backer.

Muhammad Yamin

Setamat AMS Yogya, Yamin bersiap-siap berangkat ke Leiden. Akan tetapi, sebelum sempat berangkat sebuah telegram dari Sawahlunto mengabarkan bahwa ayahnya meninggal dunia. Karena itu, kandaslah cita-cita Yamin untuk belajar di Eropa sebab uang peninggalan ayahnya hanya cukup untuk belajar lima tahun di sana. Padahal, belajar kesusastraan Timur membutuhkan waktu tujuh tahun. Dengan hati masgul Yamin melanjutkan kuliah di Recht Hogeschool (RHS) di Jakarta dan berhasil mendapatkan gelar Meester in de Rechten ‘Sarjana Hukum’ pada tahun 1932. Sebelum tamat dari pendidikan tinggi, Yamin telah aktif berkecimpung dalam perjuangan kemerdekaan. Berbagai organisaasi yang berdiri dalam rangka mencapai Indonesia merdeka yang pernah dipimpin Yamin, antara lain, adalah, Yong Sumatramen Bond ‘Organisasi Pemuda Sumatera’ (1926–1928). Dalam Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928) secara bersama disepakati penggunaan bahasa Indonesia. Organisasi lain adalah Partindo (1932–1938).

Pada tahun 1938-1942 Yamin tercatat sebagai anggota Pertindo, merangkap sebagai anggotaVolksraad ‘Dewan Perwakilan Rakyat’. Setelah kemerdekaan Indonesia terwujud, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin dalam pemerintahan, antara lain, adalah Menteri Kehakiman (1951), Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan (1953–1955), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), dan Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962).

Dari riwayat pendidikannya dan dari keterlibatannya dalam organisasi politik maupun perjuangan kemerdekaan, tampaklah bahwa Yamin termasuk seorang yang berwawasan luas. Walaupun pendidikannya pendidikan Barat, ia tidak pernah menerima mentah-mentah apa yang diperolehnya itu sehingga ia tidak menjadi kebarat-baratan. Ia tetap membawakan nasionalisme dan rasa cinta tanah air dalam karya-karyanya. Barangkali halini merupakan pengaruh lingkungan keluarganya karena ayah ibu Yamin adalah keturunan kepala adat di Minangkabau. Ketika kecil pun, Yamin oleh orang tuanya diberi pendidikan adat dan agama hingga tahun 1914. Dengan demikian, dapat dipahami apabila Yamin tidak terhanyut begitu saja oleh hal-hal yang pernah diterimanya, baik itu berupa karya-karya sastra Barat yang pernah dinikmatinya maupun sistem pendidikan Barat yang pernah dialaminya.


Pada tahun 1928 Yamin menerbitkan kumpulan sajaknya yang berjudul Indonesia, Tumpah Darahku. Penerbitan itu bertepatan dengan Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda yang terkenal itu. Dalam kumpulan sajak ini, Yamin tidak lagi menyanyikan Pulau Perca atau Sumatera saja, melainkan telah menyanyikan kebesaran dan keagungan Nusantara. Kebesaran sejarah berbagai kerajaan dan suku bangsa di Nusantara seperti kerajaan Majapahit, Sriwijaya, dan Pasai terlukis dalam sajak-sajaknya. Dalam salah satu sajaknya, ia mengatakan demikian: ‘….. kita sedarah sebangsa/Bertanah air di Indonesia’.


Patriotisme Yamin yang juga mengilhami untuk menumbuhkan kecintaan pada bangsa dan sastra. Yamin melihat adanya hubungan langsung antara patriotisme yang diwujudkan lewat kecintaan pada bahasa dan pengembangan sastra Indonesia. Sebagai penyair yang kecintaannya pada bahasa nasionalnya berkobar-kobar, ia cenderung mengekspresikan rasa estetisnya dalam bahasa nasionalnya dengan harapan kesusastraan baru akan tumbuh lebih pesat.


Di Jakarta, dalam usia 59 tahun, yaitu pada tanggal 17 Oktober 1962, Muhammad Yamin tutup usia. Walaupun pada masa dewasanya ia praktis meninggalkan lapangan sastra dan lebih banyak berkecimpung dalam lapangan politik dan kenegaraan ia telah meninggalkan karya-karya yang berarti dalam perkembangan sastra Indonesia. Di samping menulis sajak, misalnya Ken Arok dan Ken Dedes (1943) dan Kalau Dewi Tara Sudah Berkata (1932?). Yamin memang banyak menaruh minat pada sejarah, terutama sejarah nasional. Baginyta sejarah adalah salah satu cara dalam rangka mewujudkan cita-cita Indonesia Raya. Dengan fantasi seorang pengarang roman dan dengan bahasa yang liris, ia pun menulis Gadjah Mada (1946) dan Pangeran Diponegoro (1950). Ia banyak pula menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia, antara lain karya sastrawan Inggris William Shakespeare (1564–1616) berjudul Julius Caesar (1952) dan dari pengarang India Rabindranath Tagore (1861–1941) berjudul Menantikan Surat dari Raja dan Di Dalam dan Di Luar Lingkungan Rumah Tangga.



~~Semoga Bermanfaat~~
Baca Lengkap....

Tokoh: Biografi Jenderal Besar Soedirman


Jendral Besar Soedirman (Ejaan Soewandi: Sudirman), lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Beliau merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.

Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.


Sudirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang. 


Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya. 


Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara. 


Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara. 



Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.

Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.

Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.

Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.

Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.

Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Ke-residenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.  Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

Berikut biodata lengkap beliau:

Nama: Jenderal Sudirman
Lahir: Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916
Meninggal: Magelang, 29 Januari 1950
Agama: Islam
Pendidikan Fomal:
  • Sekolah Taman Siswa
  • HIK Muhammadiyah, Solo (tidak tamat)
Pendidikan Tentara: Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
Pengalaman Pekerjaan: Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap
Pengalaman Organisasi: Kepanduan Hizbul Wathan
Jabatan di Militer:
  • Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal
  • Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
  • Komandan Batalyon di Kroya
Tanda Penghormatan: Pahlawan Pembela Kemerdekaan
Meninggal: Magelang, 29 Januari 1950
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.



~~Semoga Bermanfaat~~
Baca Lengkap....

Kurangnya Minat Belajar di Kalangan Mahasiswa


Narasumber: Iswati Mahmudah
Profesi: Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia

Perkembangan mahasiswa dilihat dari segi kognitifnya setiap tahun semakin menurun, motivasi belajarnya otomoatis juga akan ikut menurun dan secara tidak langsung perkembangan kognitifnya juga ikut menurun.

Penyebab sehingga penurunan itu terjadi adalah yang pertama tentu tujuan mereka belejar itu tidak 100% dari minatnya, yang kedua motivasinya sangat rendah yang ingin dicapai mengambang, hal itu merupakan pengaruh pergaulan arus global (eksternal) sehingga mereka jauh dari buku coba lihat mahasiswa, mereka lebih asyik facebook, twiter, dan chatting berjam-jam daripada membaca. Jika minat membacanya kurang maka prestasinya juga akan menurun.

Tindakan khusus dari fakultas/prodi mengenai hal ini berbentuk pelatihan-pelatihan, kegiatan ilmiah, kemudian gaya mengajar dosen harusnya memberikan tugas itu harus ada respon paling tidak untuk penguatan, baik atau tidaknya tugas tersebut. Dengan kegiatan ilmiah yang diadakan maka mahasiswa harus menyadari bahwa ilmu yang didapatkan dari dosen belum seberapa dibanding perkembangan teknlogi yang semakin bertambah sehingga mahasiswa dapat menambah ilmunya dengan memanfaatkan IPTEK tersebut karena di internet itu setiap hari ada artikel-artikel yang berbeda, misalnya hari ini tentang disiplin, besoknya lagi tentang informasi lainnya. Sekarang bukan lagi hitungan hari melainkan setiap detik artikel di internet bisa saja berubah. Mahasiswa yang malas beli buku, jurusan Bahasa Indonesia tidak punya kamus Bahasa Indonesia, tidak punya EYD, dan tata bahasa baku. Jurusan Bahasa Inggris yang tidak punya kamus Bahasa Inggris, tidak bisa berbahasa Inggris. Hal itu adalah sesuatu yang yang tidak seharusnya terjadi. Penyebab terjadinya semua itu adalah mahasiswa kurang berlatih keterampilan-keterampilan berbahasa kita akhirnya lebih meningkat dan itu dikaitkan dengan mata kuliah.

Dampak dari kurangnya minat belajar adalah karya tulisnya itu semakin hari semakin tidak bermutu apalagi dosen yang membimbingnya tidak jeli apakah ini tulisan mahasiswa sendiri atau hasil dari tiruan dari hasil-hasil penelitian yang telah ada. Kalau dosennya tidak jeli seperti itu maka mahasiswa akan menyalin saja, bahkan banyak yang membeli skripsi. Mahasiswa juga banyak yang menyontek ketika ujian hal ini dilakukan karena mereka kurang percaya diri yang disebabkan oleh kurang membaca sehingga pengetahuannya sangat minim, kalau sudah ujian seperti itu tidak ada rasa malunya.

Solusi yang tepat untuk mengatasi kurangnya minat belajar di kalangan mahasiswa adalah dengan mengembangkan diri mahasiswa yang ditunjang dari sarana dan prasarana  yang ada di kampus. Sarana yang ada di perpustakaan lengkap atau tidak. Kalau buku-buku di perpustakaan lengkap mahasiswa bisa lebih giat lagi membaca, apalagi bagi mahasiswa yang tidak mampu tidak harus membeli buku untuk dibaca dan dipelajari tapi cukup pinjam saja di perpustakaan. Oleh karena itu, sarana kampus harus dilengkapi juga karena buku di perpustakaan itu-itu saja, dari dulu sampai sekarang tidak ada perubahan. Setidaknya perpustakaan kampus sama dengan perpustakaan wilayah dan multimedia. Ruangan kelasnya juga tidak mendukung akhirnya proses belajar mengajar tidak berjalan dengan kondusif. Bagaimana bisa belajar dengan tenang kalau ruangannya tidak kondusif, panas, pengap dan ribut. Mau menggunakan LCD juga tida bisa karena persediaan yang tidak memadai, tidak mungki juga setiap dosen membawa LCD ke kampus untuk mengajar karena itu memang seharusnya disediakan oleh kampus. Jadi solusi yang tepat untuk mengatasi hasil tersebut adalah dengan melengkapi sarana dan prasarana yang ada di kampus untuk menunjang perkembangan belajar mahasiswa.

Pengaruh kurangnya minat belajar mahasiswa terkait dosen yang bersangkutan. Seharusnya sering dilakukan penyegaran terhadap dosen-dosen dengan melakukan diklat, atau memberi kesempatan kepada mereka untuk belajar di perguruan tinggi yang lain, tidak usah pada perguruan tinggi negeri tapi di Universitas Muhammadiyah Malang sudah cukup karena Universitas Muhammadiyah Malang adalah salah satu perguruan tinggi yang terkenal di Indonesia dan dosen-dosennya juga berkualitas. Selain itu, mereka juga diberi kesempatan untuk belajar lagi, seharusnya kita bercermin pada sistem yang diterapkan di sana.

Dosen yang ideal adalah dosen yang  bisa menyadarkan mahasiswanya bahwa meraka itu perlu ilmu, perlu berkembang, dan mereka harus memiliki dorongan ingin tahu yang tinggi. Dosen juga harus bisa membagi waktunya antara jadwal mengajarnya dan kegiatan pengembangan dirinya apatahlagi kepentingan pribadinya. Jika dosen tidak sempat mengajar karena mengikuti kegiatan yang untuk pengembagan profesinya seperti mengikuti pelatihan-pelatihan keguruan maka tidak apa-apa jika tidak masuk mengajar pada satu pertemuan karena pengaruhnya juga akan dirasakan oleh peserta didiknya, tapi Dia harus mangganti jam mengajarnya itu pada waktunya yang lain dan penampilannya dalam mengajar harus lebih baik dari sebelumnya. Mengenai dosen yang tidak berkompoten dalam bidangnya seharusnya mereka tidak mengajar kecuali jika mereka bersedia untuk belajar dengan giat untuk menguasai pelajaran yang telah diamanahkan padanya, tetapi jika mereka tidak berkompoten dalam hal itu dan mereka tidak mau belajar maka apa yang akan diajarkan pada peserta didiknya. Dari pihak fakultas dan prodi juga harus ada kontrak atau semacam peraturan yang disepakati bersama, jadi tidak asal mengeskakan dosen saja tanpa ada kesepakata dari dosa yang bersangkutan sehingga tidak ada lagi kata tidak siap atau sibuk. Pihalk prodi juga harus melihat aktivitas dosen, jika dosen itu sibuk maka tidak boleh diberi mata kuliah yang banyak karena perkuliahan itu tidak akan berjalan lancar.

Harapan saya untuk mahasiswa ke depannya, yang pastinya harus lebih baik dari sekarang dan dari universitas yang lain. Sebenarnya kita sudah punya nilai lebih dibandingkan dengan universitas yang lain. Nilai lebihnya adalah kita belajar AIK (al-Islam Kemuhammadiyahan). Dengan demikian, diharapkan mahasiswa bisa punya kesadaran yang lebih dalam tentang agama. Tapi ada juga mahasiswa yang tingkat kesadarannya masih kurang, mereka tidak menyadari apa sebenarnya yang menjadi tujuan yang ingin dicapainya. Mahasiswa yang seperti ini harus diberi pengertian agar mereka sadar bahwa pendidikan itu penting sehingga mereka bisa bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. *** 

Sumber: Majalah Mitra Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Angk. 09
Baca Lengkap....