Statement dan Tema dalam Film

Statement dan Tema dalam Film

Oleh Baskoro Adi dan Perdana Kartawiyudha

A. Statement
Statement adalah sikap pembuat cerita terhadap topik atau kasus yang diangkat. Biasanya topik atau kasus ini sudah terwujud dalam logline.Cara pencerita menyikapi kasus yang tertuang dalam logline inilah yang disebut statement. Beberapa orang menyebut statement ini dengan istilah pesan moral (moral of the story).

Berbeda dengan director’s statement yang umumnya berisi penjabaran latar belakang dan alasan sutradara terlibat dalam suatu film, statement dalam pembuatan cerita ini ditulis lebih singkat, padat, dan jelas dalam menyampaikan sikap pembuat cerita terhadap topik yang disampaikan. Umumnya statement dalam cerita ini hanya ditulis dalam satu kalimat saja. Contoh kalimat statement adalah sebagai berikut:
a. cinta datang di saat ketika kita membuka diri
b. kebahagiaan dimulai dari diri sendiri
c. nikmati hidup selagi bisa

Bandingkan dengan kalimat logline seperti “seorang mahasiswa yang sudah tak tahan ingin buang air di toilet tapi semua toilet yang ada di kampus terpakai”. Kalimat statement cenderung lebih mendalam, filosofis, dan menunjukkan sikap, tetapi memang tidak terlalu jelas menjelaskan ceritanya seperti apa. Berbeda dengan kalimat logline yang secara jelas menggambarkan cerita dalam film, terutama dari segi karakter dan konflik yang dihadapinya.

Ketika menonton film, kita bisa menangkap apa logline film tersebut dengan menonton sepertiga awal film. Sedangkan untuk memahami statement dari suatu film, penonton perlu menonton film hingga selesai.

Bagi beberapa pembuat film, statement atau yang lebih umum disebut pesan moral ini adalah sesuatu yang berusaha dihindari dalam mendesain cerita. Hadirnya statement atau pesan moral dianggap hanya membuat cerita terkesan menggurui penonton ke arah normatif. Padahal inti dari dibuatnya statement atau pesan moral ini adalah menunjukkan sikap pembuat film. Apapun itu. Bahkan ketika pembuat film ingin menunjukkan ketidakberpihakannya terhadap suatu kasus, itu juga bisa dianggap pencerita sudah menentukan sikapnya.

Bagi pencerita tingkat tinggi, mereka seringkali sudah sangat mahir mengolah cerita sehingga mereka bisa langsung bercerita dengan sangat baik tanpa terlebih dahulu merancang logline dan statement, bahkan perlu melewati tahapan sinopsis ataupun treatment. Beberapa dari mereka tidak sadar bahwa tanpa memformulasikan logline dan statement, dua unsur tersebut sudah langsung terwujud dengan kuat dalam karya mereka. Hanya saja tidak semua dari kita mempunyai bakat dan kemampuan sehebat itu.

Apalagi ketika dalam proses belajar, statement dan logline penting untuk dirancang sejak awal. Bukan dengan niatan menggurui penonton, tetapi keberadaan statement sesederhana menjadi titik yang ingin dicapai dalam proses bercerita. Dengan titik tuju yang jelas, pencerita bisa meminimalisasi kemungkinan tersesat di tengah jalan.Bahwa nanti di tengah jalan titik tujunya perlu berubah, bisa saja dilakukan. Artinya harus tetap ada titik lain yang dituju. Dengan demikian bisa mengurangi kemungkinan penulis tersesat di tengah proses menulis dan tak tahu harus ke mana.

Statement dan Tema dalam Film
Lebih jauh lagi, logline yang persis sama, bisa disikapi berbeda oleh pembuat cerita yang berbeda. Ada yang bersikap bijak, ada yang bersikap sinis, ada yang apatis, ada yang penuh amarah, dan lain sebagainya. Inilah hal yang bisa dimainkan dalam merancang statement. Sebagai pencerita, kita bisa memasang topeng yang berbeda dalam menyikapi suatu permasalahan. Statement yang baik juga tidak harus bijak. Kita bisa membuat orang belajar sesuatu dengan memperlihatkan kondisi yang tidak selalu positif. Akhiran yang ironi atau bahkan tragis pun dapat membuat penonton belajar sesuatu dari cerita yang ada, misalnya:
a. bahagiakan diri sendiri, baru bisa membahagiakan orang lain
b. Tuhan tak pernah tidur, demikian juga iblis
c. sepandai-pandainya menyimpan bangkai, akhirnya tercium juga

Kejelian dan keberanian menentukan statement, akan menentukan kesan yang penonton tangkap setelah menonton film. Kesan ini bisa menjadi bahan pemikiran atau bahkan inspirasi bagi mereka dalam memandang suatu permasalahan maupun menjalani hidup. Tidak hanya itu, kesan yang dimunculkan dari statement, bisa membuat penonton juga sadar bahwa orang yang berbeda bisa menyikapi suatu permasalahan dengan cara yang berbeda pula. Dan itu tidak apa-apa.

B. Tema
Tema adalah satu kata (atau 2 kata majemuk) yang menjelaskan film Anda. Bisa juga berarti pesan dari film Anda.

Film The Conjuring (2013) adalah film horor dengan tema keluarga. Dalam film tersebut, digambarkan bagaimana jahatnya Bathsheba, sebuah roh jahat yang berumur ratusan tahun, kalah oleh kekuatan keluarga.

Saat Carolyn Perron, sang Ibu dalam kisah itu kerasukan arwah Bathsheba, bukan kekuatan air suci yang menghentikannya membunuh keluarganya. Tapi Lorraine Warren, sang paranormal, memegang kepala Carolyn, dan mengingatkan kembali betapa berartinya keluarga bagi Carolyn. Akhirnya Carolyn bisa mendapatkan kekuatan kembali, dan mengeluarkan Bathsheba dari dalam tubuhnya.

Contoh lain adalah film Up (2013), yang mengangkat tema petualangan. Dalam film itu, Carl Frederiksen berusaha mengabulkan permintaan terakhir istrinya, yaitu memindahkan rumahnya ke Paradise Falls.

Carl menikah dengan Ellie, karena keduanya menyukai petualangan. Carl dan Ellie, menganggap pernikahan mereka adalah sebuah petualangan. Mereka mencatat semua perjalan kehidupan pernikahan mereka dalam sebuah adventure book.

Usaha Carl memindahkan rumah tidak berjalan mulus. Saat ia putus asa akan usahanya yang akan kandas, ia membuka kembali adventure book. Di sana ia menemukan kembali semangat hidup, saat menemukan tulisan Ellie, “and now, find your new adventure!”.


Sumber: Buku Menulis Cerita Film Pendek: Sebuah Modul Workshop Penulisan Skenario Tingkat Dasar. Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Tim Penyusun: Perdana Kartawiyudha (koordinator), Baskoro Adi Wuryanto, Damas Cendekia, Melody Muchransyah, dan Rahabi Mandra.
Baca Lengkap....

Logline Dalam Membuat Film

Logline Dalam Membuat Film

Oleh Baskoro Adi dan Perdana Kartawiyudha

A. Formulasi Logline
Apa itu logline? Logline adalah intisari dari cerita. Karena berupa intisari, maka logline harus singkat. Jika sebuah skenario di-analogikan sebagai tubuh manusia, LOGLINE adalah tulangnya. Jika tulang kuat, maka tubuh menjadi kuat. Jika logline kuat, skenario yang dihasilkan juga akan kuat.

Tak jarang, membuat logline hanya singkat ini bisa menghabiskan waktu berhari-hari. Jika Anda ingin menjadi penulis naskah profesional, buat minimal 50 logline setiap minggu.

Perhatikan kalimat berikut: Saya makan bakso.
Apakah kalimat tersebut merupakan cerita yang baik? Tidak. Karena cerita yang baik harus:
- Mengandung konflik - Ada pertaruhan - Ada kekuatan emosi - Karakter yang menarik

Modifikasi kalimat tersebut menjadi kalimat baru, yang mengandung cerita menarik, misalkan: Member JKT48 yang tiga hari belum makan, saat mau makan bakso, di tengah jalan ada Godzila.

Dalam kalimat tersebut terkandung: - Karakter menarik - Kekuatan emosi bagi (bagi para wota) - Konflik besar oleh karakter lemah - Pertaruhan, tiga hari tidak makan, sehingga jika tidak makan akan fatal.

Formulasi dasar Logline adalah: somebody wants something real bad, but having a hard time while having it. Jadi dalam logline, harus ada karakter, konflik yang harus mengandung stake, dan goal.

Ingat, logline harus singkat. Berlatihlah membuat logline dengan kurang dari 25 kata. Apakah itu hanya berlaku untuk film pendek saja? Tentu tidak. Perhatikan Logline berikut:
Leonidas, Raja Sparta, memimpin 300 orang pejuang untuk melawan 100.000 tentara Persia untuk mempertahankan negerinya.
Logline di atas terdiri dari 15 kata, yang dikembangkan menjadi film berdurasi 2 jam.

Rumus logline:
LOGLINE = (KARAKTER + GOAL) x KONFLIK

Ingat rumus dasar matematika?

LOGLINE = (1.000.000.000.000 + 1.000.000.000.000.000.000) x 0
LOGLINE = 0

Jadi sehebat apapun karakter Anda, sebesar apapun Goal karakter Anda, jika tidak ada konflik, maka tidak ada cerita. Cerita adalah bagaimana seorang karakter berusaha mendapatkan tujuannya, sementara ia dihalangi oleh sesuatu. Kita akan melihat perjuangan seseorang. Logline adalah merumuskannya dalam sebuah kalimat.

Jika sudah paham dengan konsep logline, berikut beberapa hal yang harus diperhatikan supaya logline Anda tidak terjebak menjadi sesuatu yang klise atau terlalu biasa.

1. Hindari kata yang terlalu general
Saat membuat logline, hindari menyebutkan “seorang pemuda”, “seorang wanita”, “seorang gadis”. Tapi cobalah menggunakan kata yang lebih spesifik.Ini yang bisa membuat logline Anda lebih kuat. Sebagai contoh, pada film My Name is Khan, jika dirumuskan logline-nya, bisa dituliskan sebagai berikut:
(1) Seorang penderita autisme Muslim pasca 9/11, berusaha menemui Presiden Amerika untuk menyatakan bahwa orang Muslim bukan Teroris.

Bayangkan jika penulisan logline-nya sebagai berikut:
(2) Seorang pemuda berusaha menemui Presiden Amerika untuk menyatakan Muslim bukan teroris.

Logline dengan nomor (1), dapat menimbulkan empati bagi calon penonton. Sementara jika ada yang pitching kepada saya Logline nomor (2), reaksi saya pribadi adalah:
- Iseng amat pemuda itu?
- Ya, Presiden Amerika sudah sering mendengar statement itu
- Oke, jadi pemuda ini akan menulis surat, menunggu audiensi, dan akhirnya bertemu presiden dan menyatakan itu. So what?

2. Logline Anda harus sudah menjanjikan sesuatu
Logline Dalam Membuat Film 2Jika Anda ingin membuat skenario horror, logline Anda harus sudah bisa membuat orang takut. Jika ingin membuat skenario komedi, Logline Anda harus sudah bisa membuat orang tertawa. Sekali lagi, dengan pilihan kata yang tepat, logline Anda bisa berpengaruh besar.
Logline Efek
Seorang pria akan berangkat kerja, namun dikejar Anjing

Perampok berdarah dingin ingin beraksi, namun dikejar pitbull

Perampok berdarah dingin ingin beraksi, namun dikejar cerberus

Pembunuh berdarah dingin ingin beraksi, namun dikejar pudel
Logline sampah, terlalu general. Then what?
Logline action


Logline horror


Logline komedi
Tiap logline di atas, hanya berbeda satu kata. Perbanyak referensi untuk membuat logline.

3. Buat goal yang besar, tapi bisa dikendalikan oleh karakter utama.
Penonton suka melihat kemenangan besar, dimana seorang tokoh yang dianggap lemah, akhirnya bisa melakukan sesuatu yang besar.

Kisah The Lord of the Rings misalkan, seorang Hobbit yang berusaha menyelamatkan Middle Earth dengan menemukan cincin yang mengendalikan cincin-cincin lain di sana.

Kisah Lord of the Rings menjadi menarik, karena bagaimana seorang hobbit yang kecil dan lemah, berusaha menyelamatkan realm-nya. Kisah ini akan kurang menarik jika tokoh utamanya adalah Dwarf, Elf, atau Treant yang lebih perkasa. Penonton ingin melihat sebuah perjuangan besar yang dilakukan oleh karakter utama.

Tapi hindarkan juga konflik yang terlalu besar, dimana karakter utama memperjuangkan sesuatu yang tidak bisa dikendalikan oleh karakter utama.

Contoh: Seorang siswa SD yang ingin menghentikan kiamat. Contoh logline tersebut terlalu besar, dan tidak masuk akal.

Basic action adalah usaha yang dilakukan protagonis untuk mencapai tujuannya.Semakin besar tujuan karakter utama, maka basic action yang harus diambil juga harus besar.

Dalam film My Name is Khan (2010), sang tokoh utama, Rizwan Khan (Shah Rukh Khan), ingin membuktikan bahwa muslim bukanlah teroris. Karena ia tidak memiliki cukup kekuatan, maka ia harus menemui Presiden Amerika untuk berkata bahwa “My name is Khan, and I’m not a terrorist”. Usaha Khan menjelajah Amerika untuk bertemu Presiden Amerika inilah yang disebut dengan basic action.

Sementara dalam film Finding Nemo (2003), sang tokoh utama, Marlin, seekor ikan badut, yang harus menjelajah Samudera Pasifik untuk menemukan anaknya, Nemo. Usaha Marlin menjelajah Samudera Pasifik inilah yang disebut dengan basic action.


Sumber: Buku Menulis Cerita Film Pendek: Sebuah Modul Workshop Penulisan Skenario Tingkat Dasar. Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Tim Penyusun: Perdana Kartawiyudha (koordinator), Baskoro Adi Wuryanto, Damas Cendekia, Melody Muchransyah, dan Rahabi Mandra.
Baca Lengkap....

Memahami Cerita dan Mengelolah Ide (Pengenalan Film Bagian 3)

Memahami Cerita dan Mengelolah Ide (Pengenalan Film Bagian 3)

Oleh Baskoro Adi dan Rahabi Mandra

1. Apa itu cerita?
Cerita adalah sebuah laporan, fiksi maupun nyata, baik tertulis maupun verbal tentang sebuah rangkaian kejadian yang saling berhubungan. Mengapa cerita yang baik itu penting? Perhatikan keadaan berikut:

(1) Anda sedang tiduran di kamar, kemudian ibu anda msuk ke dalam kamar dan ngomel, “Kamu jangan ngerokok, jangan narkoba, jangan nakal, jangan pulang malam!” Kemudian ibu Anda keluar.

dan (2)
Ibu anda masuk ke kamar saat anda sedang tiduran. Beliau duduk dan bercerita, “Kamu ingat teman Papa, Om Anton? Beliau meninggal karena kanker paru-paru. Kamu jangan merokok ya?”.

Dari kedua keadaan di atas, keadaan nomor 1, sang Ibu menggunakan daftar untuk menasehati anaknya. Sementara keadaan nomor 2, sang Ibu menggunakan cerita. Keadaan nomor 2 jelas lebih mengena kepada pendengar.

Banyak pesan disampaikan melalui cerita. Kisah supaya tidak durhaka kepada orang tua, disampaikan melalui kisah Malin Kundang. Kisah supaya baik dengan saudara, disampaikan melalui kisah Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. Bahkan banyak firman Tuhan disampaikan melalui cerita.

Kembali ke pertanyaan di atas: Mengapa cerita yang baik itu penting? Karena cerita yang baik akan mampu memanipulasi emosi.

Selalu ingat, kebanyakan keputusan yang dibuat oleh manusia, lebih banyak dipengaruhi oleh emosi daripada logika. Pengguna Apple, sadar bahwa dengan harga yang lebih rendah, mereka bisa membeli komputer dengan spesifikasi lebih baik, namun mereka tetap membeli komputer Apple yang harganya lebih tinggi. Keputusan yang dibuat berdasarkan emosi.

Seorang wanita bisa memilih seorang pria yang sudah jelas-jelas menyakitinya, sementara ada pria yang lebih baik tersedia. Keputusan yang dibuat juga berdasarkan emosi. Apakah banyak manusia seperti itu? BANYAK. Bahkan mungkin Anda salah satunya.

Begitu Anda bisa membuat cerita yang baik, Anda akan nyaris bisa menjual apapun.

2. Bagaimana mengolah ide?
Coba tanyakan ke penulis sukses/ternama, apa kiranya pertanyaan yang umumnya selalu mereka dapatkan. Biasanya mereka akan menjawab, “Dapat ide dari mana sih?”

Kita sebagai penggiat dunia kreatif pasti pernah merasakan kok kepala ini tidak bekerja ya, tidak ada ide muncul. Banyak penulis-penulis yang baru memulai sudah punya ketakutan duluan — takut kehabisan ide. Ya, banyak dari kita bisa mengerti keadaan ini. Untuk menghilangkan kekuatiran ini, ada baiknya kita menganggap ide seperti… kelinci deh. Kita pelihara saja dua, dan kalau kita bisa memelihara dan mengelolanya, tidak lama kemudian kita sudah punya selusin.

Beberapa orang memang bisa menulis dengan cepat, namun coba perhatikan saja – secepat-cepatnya orang menulis, penulis novel setidaknya menulis hanya satu dalam setahun, sementara penulis skenario layar lebar hanya dua hingga tiga tiap tahunnya. Jadi dalam setahun sebenarnya kita hanya butuh antara satu-tiga ide cerita yang bagus.

Sebenarnya cara terbaik untuk muncul dengan ide bagus itu adalah dengan memperhatikan hidup. Setiap penulis selalu “diberi” ide cerita setiap harinya, yang diantarkan oleh hidup. Persoalannya, tidak semua penulis menerimanya. Hanya penulis-penulis yang benar-benar memperhatikan hidup, memperhatikan kejadian sekitar, menjadikannya pengalaman, dan mengolahnya sedemikian rupa, baru bisa dikatakan “mendapatkan” ide cerita. Ini sama seperti peluang. Setiap hari peluang hilir-mudik dalam hidup kita, namun jika kita tidak menyadarinya, menangkapnya, maka peluang akan pergi begitu saja.

Kuncinya adalah harus siap sedia ketika ide datang. Ini bukan berarti hanya sekadar siap dengan pulpen dan kertas. Ini berarti juga siap secara mental untuk memperhatikan dan mengenali informasi yang selalu lalu-lalang dan menyentuh pikiran kita, bisa menjadi ide yang bermanfaat. Kapan terjadinya? Kapan saja – ketika kita lihat ada iklan menarik di billboard, ketika seorang teman tiba-tiba nyeletuk ide bagus, ketika di suatu hari ada masalah datang ke kita, atau ketika kita baru saja melewati rintangan berat dalam hidup kita – semua itu bisa diolah-alihkan hingga menjadi dasar dari cerita kita berikutnya, jika kita memang merasa demikian.

Dari dulu sampai sekarang, orang-orang besar dengan ide besar selalu mengutarakan rahasia mereka kepada kita: selalu bawa catatan dan pulpen. Pikiran kita hanya mampu menampung informasi baru dan menjaganya tetap segar selama tiga menit. Kalau tidak diabadikan di dalam catatan, kita bisa kehilangan sebuah ide selama-lamanya.

Andaikan kita sudah mencoba memelototi hidup, mencari ide ke segala penjuru, namun rasanya ide genius itu tidak kunjung muncul, lantas bagaimana? Masih ada beberapa cara untuk membimbing diri kita sendiri agar kita terdorong ke ide-ide itu.

3. Mengamati Berita
Sesekali kadang kita mendengar sebuah berita dari internet, radio, atau televisi, dan kita mendapatkan sebuah konsep menarik untuk dijadikan awal cerita. Yang kita tangkap dari berita memang bukan cerita utuh yang lantas kita ambil dan kita tuliskan ulang. Biasanya hanya berupa konsep pemikiran, atau bibit cerita. Misalnya kita mendengar kisah tentang anak luar biasa yang bisa menyembuhkan penyakit apapun dengan mencelupkan tangannya ke minuman pasien dengan sebuah batu. Bibit cerita bisa diambil dari anak luar biasa itu, dari batu, dari pasien yang berkebutuhan, dari celupan tangan, atau dari ide menyembuhkan segala penyakit.

Lantas salah satu ide itu bisa kita bawa kepada jenis cerita atau genre yang tengah menarik perhatian kita. Misalnya kita sedang ingin membuat horor – kita ambil ide batu dari berita tadi, dan kita bayangkan hantu-hantu yang bisa saja muncul dari batu tersebut, dan bahwa setiap pasien yang meminumnya akan dihantui. Atau misalnya kita sedang ingin membuat cerita romantis – kita bayangkan anak luar biasa yang dibutuhkan banyak orang ini sedang jatuh cinta dengan, misalnya, seorang anak pasien. Atau misalnya kita ingin membuat science fiction – kita bayangkan batu itu datangnya dari kelainan mineral di bumi ini, yang setelah ditelusuri, datangnya dari serpihan meteor yang baru terjadi belakangan ini.

Maka ketika kita mendengar sesuatu yang terjadi di sekitar kita, coba saja dihubung-hubungkan dengan jenis cerita yang sedang kita kembangkan.

4. Dokumenter Sejarah
Nah, di titik ini kita sadar bahwa sejarah itu penting. Penulis-penulis berpengalaman akan mengakui bahwa dokumenter sejarah itu sarat dengan ide cerita. Sejarah bisa bercerita tentang apa saja sebenarnya, hanya saja cerita-cerita itu adalah cerita terpilih yang karena kekuatan ceritanya maka tak lekang oleh waktu. Banyak sekali konsep di dalam sejarah yang bisa diselami, diambil, dan dikembangkan.

Dalam sejarah, kita punya perang, pemimpin-pemimpin politik dan perangainya, kita punya kehidupan, kematian, persatuan, adu kekuatan, cinta, dan yang paling penting, di dalamnya selalu ada konflik. Buku-buku dan film-film favorit kita kebanyakan terinspirasi oleh sejarah, baik secara nyata atau secara semu, dan kadang kita tidak menyadarinya.Sebagai contoh, serial Game of Thrones itu didasari pada sejarah Wars of the Roses di Inggris pada abad ke-15. Dua kubu yang sangat kuat, York dan Lancaster (diubah jadi Stark dan Lannister) bertempur demi kekuasaan. Film Gladiator dan King’s Speech secara nyata mengambil dari sejarah dan menceritakannya kembali.

5. Artikel Lama Koran
Kita bisa menemukan banyak sekali narasi kreatif pada korankoran lama. Ini bukan hanya karena isi pada artikel itu, tapi juga karena gaya penulisan di masa lalu juga sangat berbeda dengan sekarang. Selain itu, hal-hal yang terjadi dan dipercaya di masa lalu sangat mungkin berubah dan menjadi berbeda dari keadaan sekarang, sehingga “memaksa” kita untuk menggunakan cara berpikir yang berbeda juga agar bisa menerapkannya ke dalam cerita kita.

Sebagai contoh, andaikata kita besar di tahun 1990-an di Jakarta, pada saat itu era internet belum benar-benar menyatu dengan masyarakat. Lalu kita lihat artikel tentang sahabat pena, ketika seseorang bertukar surat dengan orang lain di lain kota atau negara. Lalu kita melihat sebuah artikel tentang temuan telepon seluler terbaru, dan kita lihat opini orang-orang terhadap hijab yang belum sepopuler sekarang.Ada nilai-nilai yang dipandang berbeda di saat itu dibandingkan sekarang, dan ini yang membuatnya menjadi menarik.

6. Menyatukan Kedua Hal Jadi Satu
Biasanya salah satu cara mudah membuat ide cerita yang menarik adalah dengan menyatukan dua elemen yang biasanya tidak bisa disatukan. Seperti contoh, pada tahun 2012 ada yang menyatukan konsep sejarah Abraham Lincoln dengan mitos vampir. Abraham Lincoln, menurut film tersebut, adalah vampir.

Kita juga bisa menyatukan dua karakter yang berseberangan ke dalam sebuah film. Cerita bisa bergulir dengan sendirinya karena kedua karakter tersebut otomatis menghasilkan konflik.

7. Sesuatu Yang Wajar Dikurangi Sesuatu
Bayangkan sesuatu yang penting hilang dari sebuah konsep yang kita cukup kenal baik. Bayangkan main golf tanpa stik golf. Bayangkan berbohong tanpa ada konsekuensi. Bayangkan bisnis tanpa pertukaran nilai. Bayangkan pacaran dengan jiwa tanpa raga. Bayangkan bumi tanpa manusia. Bayangkan sebuah negara tanpa presiden. Setelah membuang satu elemen dari sebuah konsep, biasanya pikiran kita bisa mengarah pada ide cerita yang baru.

8. Apa Jadinya Jika
Metode Apa Jadinya Jika atau What If? ini cukup populer di kalangan penulis dan penggiat kreatif. Hanya dengan mempertanyakan apa jadinya jika dunia ini dikuasai oleh mesin dan mesin tersebut menggunakan manusia sebagai sumber energi, maka jadilah film The Matrix. Contoh lain: apa jadinya jika seseorang jatuh cinta dengan orang lain yang hidup di rentang waktu yang berbeda. Contoh lain lagi: apa jadinya jika ada orang yang bisa menemukan mesin waktu.

Bayangkan hidup keseharian kita.Apa jadinya jika sesuatu yang fantastis hadir dalam hidup kita? Maksudnya tidak melulu harus fantasi atau fiksi ilmiah, bisa juga tentang pergerakan sosial yang belum pernah dicoba di sejarah dunia kita. Apa jadinya jika seorang laki-laki jatuh cinta pada operating system? Apa jadinya jika ada seseorang yang begitu terlatih hingga bisa menghancurkan satu pleton grup militer, atau seluruh keluarga mafia?

Kita bisa juga membayangkan apa jadinya jika konsep berbohong tidak pernah ada dalam kemanusiaan, atau apa jadinya jika manusia tidak pernah menemukan listrik. Kita juga bisa membayangkan apa jadinya jika seorang pemimpin memimpin satu dunia seutuhnya. Rasa takut dalam membayangkan “apa jadinya jika” akan memunculkan sebuah cerita horor yang menarik. Mengandaikan konsep hidup yang berbeda dari yang seharusnya bisa menghadirkan cerita yang menarik dan tidak terpikirkan oleh banyak orang.

Anda juga bisa mencoba berada di keramaian, dan memperhatikan orang lain. Bayangkan orang yang Anda perhatikan tersebut punya kisah. Ide juga bisa berasal dari pengalaman diri sendiri atau orang lain.

Tak jarang ide juga berasal dari alam bawah sadar. Saat Anda bermimpi, Anda dalam keadaan setengah sadar, Anda dalam pengaruh obat. Tambahkan formulasi “What if” dalam hal yang observasi tersebut.

Contoh: Anda berada di halte bis, kemudian ada seorang gadis yang menarik perhatian Anda. Dia menggunakan sepatu boots, memakai jins, jaket kulit, dandanan gothic, tato. Kemudian, percikkan pertanyaan-pertanyaan “what if (bagaimana jika)”.
- What if she’s an alien?
- Bagaimana jika dia adalah pembunuh berantai?
- Bagaimana jika dia adalah seorang relawan dengan 40 adik asuh?
- Bagaimana jika dia hafal Al Qur’an?
- What if she’s a super hero who fight crimes during our sleep?
- What if ....
- Bagaimana jika ....


Sumber: Buku Menulis Cerita Film Pendek: Sebuah Modul Workshop Penulisan Skenario Tingkat Dasar. Pusat Pengembangan Perfilman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Tim Penyusun: Perdana Kartawiyudha (koordinator); Baskoro Adi Wuryanto; Damas Cendekia; Melody Muchransyah; Rahabi Mandra.
Baca Lengkap....