Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan

Ciri-Ciri dan 10 Kualitas Guru yang Baik

Ciri-Ciri dan 10 Kualitas Guru yang Baik

Marie F. Hassett mengemukakan bahwa ketika berbicara tentang kualitas mengajar seorang guru, fokusnya berkaitan dengan masalah-masalah teknik, konten, dan presentasi. Tapi pada kenyataannya, banyak orang yang tahu bahwa guru yang memiliki pengetahuan yang luar biasa terkadang gagal berkomunikasi secara baik dengan siswanya.

Guru semacam ini, di atas kertas sangat hebat penguasaannya di bidang mata pelajaran, tapi sayangnya siswa bosan atau frustrasi ketika menerima pelajaran darinya.

Banyak orang, termasuk siswa mengakui bahwa mengajar yang baik sering kali tidak terlalu terkait dengan pengetahuan dan keterampilan dibandingkan dengan sikap terhadap siswa, materi yang diajarkan, dan pekerjaan itu sendiri.

Lalu, bagaimana karakteristik yang menunjukkan guru yang baik itu? Hal ini tidak dimaksudkan untuk menjadikan semua ciri-ciri itu harus dipenuhi seluruhnya. Karena banyak guru yang oleh siswa dinilai sangat baik ternyata hanya memiliki beberapa sifat dominan.

Karakteristik rinci yang disajikan di sini hanya sebagai pilihan alat yang memungkinkan guru-guru menciptakan dan mempertahankan konektivitas di kelas mereka.

Guru yang baik memiliki ciri-ciri seperti berikut ini:

  • Memiliki kesadaran akan tujuan;
  • Harapan akan keberhasilan bagi semua siswa;
  • Ambiguitas;
  • Menunjukkan kemauan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa;
  • Merasa tidak nyaman jika kurang mengetahui;
  • Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka, belajar dari berbagai model;
  • Menikmati pekerjaan dan siswa mereka

10 Kualitas Guru yang Baik

Semua guru harus menjadi guru yang baik. Kalau ada yang menyatakan bahwa "salah satu tujuan terbesar saya adalah menjadi seorang guru", orang itu sangat potensial akan menjadi guru yang baik. Orang seperti ini biasanya memiliki misi untuk memperoleh pengalaman hidup melalui mengajar orang lain. Orang semacam ini akan menghindari perilaku sebagai guru yang membosankan.

Kita semua tahu guru itu dikategorikan baik atau buruk ketika melihatnya tampil di kelas dan di luar kelas. Dari situs Ripplesofimprovement.com terungkap top 10 kualitas guru yang baik, yang bukan tidak mungkin sangat sedikit yang memilikinya.

1. Confidence atau keyakinan diri sendiri

Guru yang baik tetap memiliki kepercayaan diri, meski sesekali merasakan kemunduran. Guru yang baik menghadapi semua situasi dan waktu yang bisa saja olchnya dianggap sebagai kemunduran. Anak-anak bisa saja kejam. baik sesama rekannya maupun kepada guru. Mereka adakalanya bersikap kurang menyenangkan, terutama anak-anak remaja.

Ada juga guru yang gugup ketika mengajar. Guru yang lainnya malu malu dan hanya setengah berkomitmen untuk mata pelajaran mereka.

Tetapi guru yang terbaik menertawakan kesalahan mereka melempar kapur tulis atau menjatuhkan buku. Beberapa guru bingung dan meng banu, meski tetap melanjutkan pelajaran, bahkan kadang-kadang Bercanda yang mengacaukan, Guru-guru tahu mereka manusia biasa akan kesalahannya. Mereka tidak mengambil proporsi pribadi yang terlalu besar dan membiarkan masalah yang membuat mereka marah.

2. Patience atau kesabaran

Guru-guru terbaik bisa membantu siswa yang mengalami gangguan mental. Bukan berarti mereka harus tetapi mereka begitu sabar, meski mungkin bukan lagi menjadi tugas utamanya. Guru yang terbaik adalah mereka yang bersedia terus menjelaskan mengetahui, dan akhirnya menerima bahwa hal itu masuk akal. Mereka bersedia menunggu sampai siswa yang mengganggu menjadi tenang dan tidak meninggalkan pelajaran sepenuhnya, apakah materi itu telah jelas atau perlu ditinjau kembali.

Guru-guru terbaik tidak terjebak dengan hal itu. Mereka bersedia melakukan apa yang diperlukan, tidak peduli berapa lama waktu yang diperlukan.

3.True compassion for their students atau memiliki rasa kasih sayang sejati pada siswanya

Barangkali siswa pernah berhadapan dengan seorang guru yang jahat, yang tidak peduli apa alasan siswanya berperilaku ter tentu. Tentu saja ini ada alasannya, meski tidak valid.

Guru-guru terbaik peduli dengan siswa mereka sebagai individu dan ingin membantunya. Mereka memiliki indera keenam ketika siswa membutuhkan perhatian ekstra dan memberikannya dengan senang hati. Mereka tidak mengharapkan siswa meninggalkan pikiran tentang dunia luar di depan pintu kelas.

Mereka mengambil waktu untuk mendiskusikan mata pela jaran di luar tugas mengajarnya, dengan mengetahui bahwa kadang kadang pelajaran masih dapat diajarkan tanpa mengikuti buku teks.

Guru yang baik bersedia berbicara kepada semua siswa dan guru-guru lain, jika perlu. Mereka peduli tentang siswanya meski berada di luar tembok kelas.

4.Understanding atau pemahaman

Guru yang baik memiliki pemahaman yang benar prima tentang bagaimana mengajar. Mereka tidak memiliki teknik yang kaku dan bersikeras menggunakannya, sehingga hal itu membantu kelancaran dan kemudahan siswa belajar. Guru yang baik fleksibel dalam gaya mengajar dan menyesuaikannya setiap hari, jika perlu.

Mereka mengerti hal-hal kecil yang dapat memberi dampak bagi kemampuan siswa untuk belajar, seperti iklim dan suasana di dalam kelas. Dia memiliki pemahaman tentang sifat siswa dan perkembangannya sebagai remaja. Guru yang baik tahu bahwa siswanya tidak suka disebut “masih anak-anak” dengan konotasi "kekanak-kanakan" secara “dihakimi”. Siswa menghendaki agar gurunya memperlakukan mereka sebagai manusia nyata, bukan hanya sebagai "siswa" semata.

5.The ability to look at life in a different way and to explain a topic in a different way atau kemampuan melihat kehidupan dengan cara yang berbeda dan menjelaskan topik dengan cara yang berbeda.

Ada banyak gaya belajar yang berbeda di kalangan siswa. Tidak semua siswa dapat menyerap materi pelajaran seperti yang diajarkan oleh setiap guru secara sama cepat. Guru harus memberi perlakuan yang berbeda untuk siswa yang berbeda.

Guru yang baik tidak menggunakan satu cara untuk semua pokok bahasan yang disajikan. Guru yang baik melakukan perbuatan mengajar berdasarkan bagaimana cara siswanya belajar, meski ini bukan pekerjaan yang mudah.

Namun, setidaknya bergerak ke arah itu. Cara guru bekerja sangat mungkin bernilai tinggi bagi sebagian siswa, tapi gagal untuk siswa lainnya. Guru-guru yang baik adalah yang mampu mengajar untuk gaya belajar yang berbeda. Jika siswa tidak memahami mata pelajaran, mereka mengajar dengan cara yang berbeda.

Daripada melihat rumus abstrak, ada baiknya guru menjelaskan rumus dengan gambar yang mewakili.

6. Dedication to excellence atau dedikasi untuk keunggulan

Guru yang baik memiliki dedikasi dan menginginkan capaian yang terbaik dari siswa-siswanya dan diri mereka sendiri. Mereka tidak puas dengan nilai siswanya yang kecil, melainkan mengabdikan diri untuk secara penuh menuju kemampuan siswa untuk unggul.

Guru-guru terbaik mendorong berbagi ide dan menawarkan insentif, tidak harus melakukan pekerjaan rumah setiap sehari, untuk mendapatkan siswa bisa berpikir di luar kotak sekolah.

Mereka tidak mentolerir guru lain menjelek-jelekan guru lainnya di depan siswa. Mereka akan melakukan yang terbaik untuk menunjukkan bahwa guru-guru lain juga manusia. Mereka mendorong siswa untuk menjadi orang baik, tidak hanya baik dalam mengingat teks, melainkan memahami dan dapat mengaplikasikannya.

Mereka ingin siswa belajar dan dapat menerapkan apa yang mereka pelajari, tidak hanya sebatas bisa lulus tes.

7. Unwavering support atau teguh dalam memberikan dukungan

Guru guru terbaik tahu bahwa setiap siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik jika mereka memiliki guru yang tepat. Mereka tidak menerima bahwa sSiswa adalah penyebab kegagalan kegiatan pembelajaran. Mereka mendorong siswa yang frustasi untuk berprestasi dan memberikan keyakinan besar kepada siswanya, bahwa dia bisa memahami materi pelajaran dengan baik.

Mereka berdiri secara adil di mata siswa, serta tidak memuji satu pihak dan mengejek pihak lain. Kadang-kadang, mereka bahkan memperpanjang waktu mengajar di luar sesi kelas, walaupun ada ejekan siswa lain di lorong sekolah dan itu memang sangat sulit bagi guru untuk menghindarinya.

Guru-guru terbaik selalu ada di samping siswa jika dia memerlukan bantuan dan dorongan ekstra.

8. Willingness to help student achieve atau kesediaan untuk membantu siswa mencapai prestasi

Guru-guru terbaik adalah mereka yang tidak secara otomatis "berhenti mengajar” ketika bel berbunyi. Mereka mengadakan sesi tambahan untuk persiapan tes prestasi siswa (TPS/SAT), dan karenanya mereka memberi pelajaran tambahan bagi siswa setelah sesi kelas.

Mereka tahu bahwa beberapa hal yang memerlukan perhatian atau bantuan ekstra. Mereka tidak bertindak dengan prinsip: itu bukan tugas saya atau tugas saya sudah selesai.

Guru melaksanakan pekerjaan secara serius dan tahu bahwa siswa tidak hanya bermaksud mendapatkan nilai matematika yang lebih tinggi, melainkan juga bagaimana manfaatnya dalam kehidupan. Mereka menyadari bahwa prestasi siswa bukan hanya nilai bagus pada ujian, tapi rasa berprestasi dengan menguasai materi pelajaran, dan mereka bersedia bekerja dengan siswa untuk mencapai rasa berprestasi itu.

9. Pride in student's accomplishments atau bangga atas prestasi siswa

Guru-guru terbaik sangat bangga dengan siswanya yang mendapatkan nilai yang baik atau memperoleh kehormatan dari masyarakat. Mereka tersenyum dan memberitahu siswanya dan masyarakat, bahwa dia melakukan pekerjaan yang baik demi anak didiknya. Mereka memberitahu guru lainnya tentang bagaimana mereka juga melakukannya. Di luar mungkin dia masih “merasa malu", tetapi di dalam dia bercahaya.

Guru-guru terbaik merayakan keberhasilan untuk siswa terbaik. Mereka pun merayakan keberhasilan semua siswa, mengetahui bahwa semua siswa mampu melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuannya.

Mereka optimis dan positif, berfokus pada bagaimana siswa melakukan tugasnya dengan baik, tidak hanya memperhatikan seberapa baik mereka mengajar. Mereka mungkin tahu bahwa prestasi itu adalah hasil kekuatan membantu siswa untuk meneapal prestal, tetapi mereka yakin baliwae siswanya sudah benar-benar bertanggungjawab.

10. Passion for life atau berairah untuk hidup

Guru-guru terbaik tidak hanya tertarik pada bidang tugasnya, melainkan juga mereka bersemangat tentang hal itu. Guru-guru terbaik bersemangat tentang hal-hal lainnya. Mereka memuji iklim belajar yang baik dan tersenyum ketika mampu mengambil beberapa menit untuk membahas episode dari sebuah acara yang populer di sebuah jaringan televisi.

Mereka memiliki energi yang bercahaya dan memberi pewarnaan positif sebanyak mungkin. Mereka menghadapi tugas-tugas sebagai tantangan, bukan rutin semata. Mereka mengambil bola “kurva alam semesta” dan mengubahnya menjadi menyenangkan sebisa mungkin.

Mereka adalah manusia biasa, tetapi selalu membuat siswa terus maju.


Sumber:
Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru)
Hal 248-253
Penulis:
Prof. Dr. Sudarwan Danim
Dr. H. Khairil
Baca Lengkap....

1000 Lampion, 1000 Harapan Simbol Imlek Bukan Sekedar Tradisi

seribu-lampion
1000 Lampion, 1000 Harapan Adalah Simbol Hari Raya Imlek Bukan Sekedar Tradisi : Haram Atas Muslim Turut Merayakannya 

Oleh: Ahmad Muthahier (Ketua Sekolah Sastra Bulukumba)


Siapa saja yang menyerupai suatu kaum/ bangsa maka dia termasuk salah seorang dari mereka”. (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi)

Jika kita mendalami agama Khonghucu, khususnya mengenai hari-hari rayanya, akan terbukti bahwa pernyataan tersebut tidak benar. Sebab sebenarnya Imlek adalah bagian integral dari ajaran agama Khonghucu, bukan semata-mata tradisi.

Dalam bukunya Mengenal Hari Raya Konfusiani (Semarang : Effhar & Dahara Prize, 2003) hal. vi-vii, Hendrik Agus Winarso menyebutkan bahwa masyarakat kurang memahami Hari Raya Konfusiani. Kata beliau mencontohkan,”Misalnya Tahun Baru Imlek dianggap sebagai tradisi orang Tionghoa.” Dengan demikian, pandangan bahwa Imlek adalah sekedar tradisi, yang tidak ada hubungannya dengan agama, menurut penulis buku tersebut, adalah suatu kesalahpahaman (Ibid., hal. v).

Dalam buku yang diberi kata sambutan oleh Ketua MATAKIN tahun 2000 Hs. Tjhie Tjay Ing itu, pada hal. 58-62, Hendrik Agus Winarso telah membuktikan dengan meyakinkan bahwa Imlek adalah bagian ajaran Khonghucu. Hendrik Agus Winarso menerangkan, Tahun Baru Imlek atau disebut juga Sin Cia, merupakan momentum untuk memperbarui diri. Momentum ini, kata beliau, diisyaratkan dalam salah satu kitab suci Khonghucu, yaitu Kitab Lee Ki, bagian Gwat Ling, yang berbunyi: “Hari permulaan tahun (Liep Chun) jadikanlah sebagai Hari Agung untuk bersembahyang besar ke hadirat Thian, karena Maha Besar Kebajikan Thian. Dilihat tiada nampak, didengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia… (Tiong Yong XV : 1-5). (Lihat Hendrik Agus Winarso, Mengenal Hari Raya Konfusiani. [Semarang : Effhar & Dahara Prize, 2003], hal. 60-61).

Penulis buku tersebut lalu menyimpulkan Imlek adalah bagian ajaran Khonghucu. Beliau mengatakan: “Dengan demikian, menyambut Tahun Baru bagi umat Khonghucu Indonesia mengandung arti ketakwaan dan keimanan.” (ibid.,hal. 61).

Maka tidaklah benar pendapat yang menyebutkan bahwa Imlek hanya sekedar tradisi orang Tionghoa, atau Imlek bukan perayaan agama. Yang benar, Imlek justru adalah bagian ajaran agama Khonghucu, bukan sekedar tradisi.

Lampion, simbol harapan dan kebahagiaan
Keberadaan lampion tidak dapat dipisahkan dari tradisi perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Lampion menjadi semacam atribut budaya yang menandai peralihan tahun dalam penanggalan Tionghoa. Imlek kurang terasa meriah tanpa kehadiran lampion yang menghiasi sudut-sudut jalan, kelenteng, dan rumah-rumah warga peranakan Tionghoa.

Menurut sejarah, diperkirakan tradisi memasang lampion sudah ada di daratan Cina sejak era Dinasti Xi Han, sekitar abad ke-3 masehi. Munculnya lampion hampir bersamaan dengan dikenalnya tehnik pembuatan kertas. Lampion pada masa-masa awal memang diduga telah menggunakan bahan kertas, selain juga kulit hewan dan kain. Lampion mulai diidentikkan sebagai simbol perayaan Tahun Baru dalam penanggalan Tionghoa pada masa Dinasti Ming.

Pendar cahaya merah dari lampion memiliki makna filosofis tersendiri. Nyala merah lampion menjadi simbol pengharapan bahwa di tahun yang akan datang diwarnai dengan keberuntungan, rezeki, dan kebahagiaan. Legenda klasik juga menggambarkan lampion sebagai pengusir kekuatan jahat angkara murka yang disimbolkan dengan raksasa bernama Nian. Memasang lampion di tiap rumah juga dipercaya menghindarkan penghuninya dari ancaman kejahatan.

Bentuk lampion yang konvensional adalah bulat dengan rangka bambu. Tetapi seiring perkembangan zaman, muncul pula bentuk lampion yang semakin bervariasi. Salah satunya adalah lampion yang berangka logam dan dapat difungsikan sebagai lampu meja, atau lampion yang berbentuk bunga teratai yang kuncup. Selain bentuk teratai tersebut, masih banyak kreasi baru dari lampion yang membuat perayaan Imlek menjadi semakin semarak.

Pandangan Islam mengenai lampion harapan
Harapan sangat erat ikatannya dengan keyakinan. Berharap, dengan kata dasar harap dan ditambah imbuhan ber- yang terbentuk menjadi sebuah kata kerja. Yakni kita bekerja dengan akal dan hati kita untuk menggantungkan harapan yang kita miliki kepada Sang Pencipta agar apa yang kita harapkan dapat terwujud. Selain itu Ia menyakini bahwa ada Zat yang berkuasa atas apa yang kita harapkan yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan, misalnya Iskhaq mengharapkan lulus Ujian mengemudi, tetapi tidak ada usaha dari seorang Iskhaq untuk belajar mengemudi, Bagaimana mungkin Iskhaq lulus dalam ujian mengemudi.

Harapan merupakan bagian dari fitrah manusia yang tidak mungkin ditinggalkan oleh setiap manusia. Orang yang tidak mempunyai suatu harapan pada hakekatnya adalah manusia yang mati, mengingat harapan merupakan titik awal manusia untuk selalu berkembang menuju kehidupan yang lebih baik.

Islam sendiri menganjurkan manusia untuk selalu berharap, namun dalam islam yang dimaksud berharap yaitu berharap pada kemurahan Allah SWT, mengingat Allah SWT adalah tuhan yang maha kuasa atas segalanya.

Allah SWT berfirman dalam Al Quran: “Dan hanya kepada Tuhanmulah (Allah SWT) hendaknya kamu berharap”. (Qs Al Insyirah: 8)

Berdasarkan firman Allah SWT di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa Islam menganjurkan manusia untuk selalu berharap pada Allah SWT. Allah memerintahkan kita agar hanya kepada Allah saja hendaknya kita berharap. Oleh karena itu Imam Baihaqi menyebutkan dalam kitab beliau “Syu’ab Al Iman” bahwa berharap pada Allah merupakan cabang iman ke 12. Jadi kalau kita tidak berharap pada Allah atau sedikit harapan kita pada Allah berarti tidak sempurna imannya. Kalau kita tidak berharap pada Allah berarti ada dua masalah:
Pertama, kita akan berdosa karena berharap pada Allah merupakan perintah Allah,seperti yang tertera pada firman Allah diatas: “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS Al Insyirah 8)".
Kedua, kita akan terpentok dalam hidup, sering putus asa, dam kehilangan solusi karena tidak ada yang dianggap bisa menyelesaikan kasus atau memberikan solusi.

Allah SWT kembali berfirman dalam Al Quran: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah : 218).

Firman Allah diatas kembali memberitahukan pada kita bahwa islam menganjurkan umat muslim untuk senantiasa berharap akan rahmat Allah.


Sumber:http://ahmadmuthahier.blogspot.com/2015/10/1000-lampion-1000-harapan-adalah-simbol.html
Baca Lengkap....

Peranan Penting Pendidikan Agama Islam [PAI]

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (kurikulum PAI, 3: 2002).

Pendidikan-Agama-Islam

Menurut Zakiyah Dradjat pendidikan agama islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaramn islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang apada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.

Menurut Dr. Armai Arief, M.A pendidkan islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah allah di muka bumi, yang bersandar kepada ajaran Al-quran dan Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insane-insan kamil setelah proses berakhir.

B. TUJUAN DAM FUNGSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
a. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan islam merupakan hal yang dominan dalam pendidikan, rasanya penulis perlu mengutif ungkapan breiter, bahwa pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidika anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secarah utuh.

Pendidikan agama islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslimyang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Secara umum, tujuan pendidikan agama islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir, dan tujuan operasional, tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai denagan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik manusia-manusia yang sempurna (insane kamil). Sedangkan tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.

Tujuan pendidikan agama islam dalam perspektif para ulama muslim.
  1. Menurut abdul rahman shaleh mengatakan mengatakan bahwa pendidikan islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah swt, sekurang-kurangnya mempersiapklan diri kepada tujuan akhir, yakni beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total kepadanya.
  2. Menurut Imam Al-Gazali mengatakan ada dua tujuan utama yakni, membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah swt. Dan membentuk insane purna untuk memperoleh kebahagiaan dunia maupun akhirat.
  3. Menurut Hasan Lagulung dalan bukunya asas-asas pendidikan islam, hasan lagulung mnjelaskan, bahwa tujuan pendidikan harus dikaitkan dengan tujuan hidup manusia, atau lebih tegasnya, tujuan hidup untuk menjawab persoalan, untuk apa kita hidup yakni semata-mata hanya untuk menyembah kepada Allah swt.

Dari beberapa pendapat diatas tujuan pendidikan islam dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah proses pendidikan berakhir. Tujuan ini diklasifikan kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional.

Banyak sekali konsep dan teori tujuan pendidikan islam yang telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan, baik pada zaman klazik, pertengahan maupun dewasa ini. Namun dapat difahami, bahwa beragamnya konsep dan teori tujuan pendidikan agama islam tersebut merupakan bukti adanya usaha dari para intelektual muslim dan masyarakat muslim umumnya untuk menciptakan suatu system pendidikan yang baik bagi masyarakatnya. Namun demikian berkembangnya pemikiran tentang tujuan pendidikan islam tidak pernah melenceng dari prinsip dasar yang menjadi asas berpijak dalam pengembangan tujuan pendidikan yang dimaksud.

Oleh karena itu berbicara pendidikan agama islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacuh pada penanaman nilai-nilai islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan diakhirat kelak.

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah Abdul Majid, dan Dian Andayani, dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi, yakni sebagai berikut:
  1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
  2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup didunia dan di akhirat.
  3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam.
  4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
  5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal, hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
  6. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum system dan fungsional.
  7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama islam agar bakat tersebut dapat berkembangsecara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

C. PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
a. Pendidikan Agama dalam Lingkup Pendidikan Nasional
Kita sebagai warga Negara Indonesia yang beriman dan bertakwa, patriotic (cinta tana air) menjadikan falsafah pancasila sebagai pedoman hidup bernegara dan bermasyarakat. Sepakat bahwa pendidikana gama (khususnya islam) harus kita sukseskan dalam pelaksanaan pada semua jenis, jenjang, dan jalurnya. Sesuai dan sejalan dengan aspirasi bangsa seperti telah digariskan dalam tap-tap MPR, dan undang-undang telah menjabarkan aspirasi tersebut yang telah disetujui oleh DPR dan disahkan oleh presiden. Sehingga menjadi dasar yuridis nasional kita mengikat seluruh warga Negara Indonesia ke dalam satu system pendidikan nasional.

Permasalahan yang perlu kita bahas adalah bagaimana cara pelaksanaannya agar pendidikan agama kita lebih berguna dalam mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas unggul, lahiriah, dan batiniah. Berkemampuan tinggi dalam kehidupan akliah dan akidah serta berbobot dalam perilaku amaliah dan muamalah. Sehingga survive dalam arus dinamika perubahan sosial budaya pada masa hidupnya. Ketahanan mental sprtitual dan fisik berkat pendidikan agama kita benar-benar berfungsi efektif bagi kehidupan generasi bangsa dari waktu kewaktu.

Idealitas tersebut baru dapat terlakasana dengan tepat sasaran jika kita mampu melaksanakan strategi dasar yang berwawan jauh kemasa depan kehidupan bangsa, kehidupan yang dihadapkan kepada kemajuan ilmu dan teknologi canggih yang semakin sekularistik arahnya.

Orientasi pendidikan agama islam ialah pendidikan ini secara tidak langsung mengharuskan kita untuk menyelenggarakan proses pendidikan nasional yang konsisten dan secara integralistik menuju kearah pencapaian tujuan akhir. Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas unggul yang berkembang dan tumbuh di atas pola kehidupan yang seimbang antara lahiriah dan batiniah, antara jasmania dan rohaniah atau antara kehidupan mental spiritual dan fisik material. Dalam bahasa islam, membentuk insan kamil yang secara homeostatic dapat mengembangkan dirinya dalam pola kehidupan yang kahasanah fiddunnya dan khasanah fil akhirat terhindar dari siksaan api neraka, secara simultan tidak terpisah-pisah antara kedua unsurnya.

Jalan menuju ketujuan itu, tidak lain adalah melalui proses pendidikan yang berorientasi kepada hubungan tiga arah yaitu hubungan anak didik dengan tuhannya, dengan masyarakat dan dengan alam sekitarnya.
  1. Hubungan dengan tuhannya menghendaki adanya konsepsi ketuhanan yang telah mapan dan secara pasti dijabarkan dalam bentuk norma-norma ubudiyah mahdzab yang awajib ditaati oleh anak didik secara syar’i.
  2. Hubungan dengan masyarakatnya memerlukan adanya aturan-aturan dan norma-norma yang mengarahkan proses hubungan antar sesame manusia bersifat lentur dalam komfigurasi rentangan tata nilainya, tapi tidak melanggar atau merusak prinsif-prinsif dasarnya yang absolute, dalam arti tidak cultural relativistik. Seluruh lapangan hidup manusia adalah merupakan arena di mana hubungan sosial dan inter personal terjadi sepanjang hayat, termasuk lapangan hidup iptek.
  3. Hubungan dengan alam sekitar menurut adanya kaida-kaida yang mengatur dan mengarahkan kegiatan manusia didik dengan bekal ipteknya dalam penggalian, pemanfaatan, dan pengolahan kekayaan yang menyejahterahkan kesadaran terhadap bahaya arus balik sanksi alam, akibat pengurasan habis-habisan terhadap kekayaan alam melebihikapasitas alamiahnya.

b. Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum
Pendidikan secara kulturan pada umumnya berada dalam lingkup peran, fungsi dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup dalam upaya yang bernaksud mengankat dan menegakkan martabat manusia melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam bentuk transfer of knowledge dan transfer of values.

Dalam konteks ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan pendidikan islam, merupakan bagian dari system pendidikan nasional, sekalipun dalam kehidupan bangsa Indonesia tampak sekali eksistensinya secara cultural. Tapi secara kuat ia telah berusaha untuk mengambil peran yang kompetitif dalam setting sosiologis bangsa, walaupun tetap saja tidak mampu menyamai pendidikan umumn yang ada dengan otonomi dan dukungan yang lebih luas, dalam mewujudkan tujuan pendidikan secara nyata.

Sebagai pendidikan yang berlebel agama, maka pendidikan islam memiliki transmisispritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya disbanding dengan pendidikan umum, sekalipun lembaga ini juga memiliki muatan serupa. Kejelasannya terletak pada keinginan pendidikan islam untuk mengembangkan keseluruhan aspek dalam diri anak didik secara berimbang, baik aspek intelektual, imajinasi dan keilmiahan, kulturan serta kepribadian. Karena itulah pendidikan islam memiliki beban yang multi paradigm, sebab berusaha memadukan unsure profane dan imanen, dimana dengan pemaduan ini, akan membuka kemungkinan terwujudnya tujuan inti pendidikan islam yaitu melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, yang satu sama lainnya saling menunjang.

Antara ilmu pengetahuan dan pendidikan islam tidak dapat dipisahkan, karena perkembangan masyarakat islam, serta tuntutannyadalam membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani) sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna melalui proses pendidikan. Proses pendidikan tidak hanya menggali dan mengembangkan sains, tetapi juga, lebih penting lagi yaitu dapat menemukan konsepsi baru ilmu pengetahuan yang utuh, sehingga dapat membangun masyarakat islam sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang diperlukan.

c. Pendidikan Agama Dilembaga Sekolah
Manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa sebagai karsa sila pertama pancasila, tidak dapat terwujud secara tiba-tiba. Manusia beriman dan bertaqwa terbentukmelakukan proses kehidupan dan proses pendidikan, khususnya kehidupan beragama dan pendidikan agama. Proses pendidikan itu berlangsung seumur hidup manusia baik dilingkungan keluarga, di lingkungan sekolah dan di masyarakat.

Keimanan dan ketakwaan tidaklah dapat terwujud tampa agama. Hanya agamalah yang dapat menuntun manusia menjadi manusia yang bertaqwa terhadap tuhan yang maha Esa. Hal ini tertuang dengan jelas dalam tujuan pendidikan nasional, mempunyai makna yang dalam bagi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Manusia taqwa adalah manusia yang secara optimal menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan masyarakat. Menghayalkan agama itu juga dibina dan dituntun sendiri mungkin melalui proses pendidikan yang juga diperankan oleh pendidikan agama dalam hubungan ini pendidikan agama berfungsi sebagai usaha membina kehidupan beragama melalui pendidikan disinilah letak fungsi yang dijalankan pendidikan agama dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya.

Lebih lanjut dapatlah diungkapkan bahwa dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya (insane pancasila) dan masyarakat Indonesia seluruhnya (masyarakat pancasila), maka pendidikan agama berfungsi:
  • Dalam aspek individual adalah untuk membentuk manusia yang percaya dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa.
  • Mebina warganegara Indonesia menjadi warga Negara yang baik sekaligus ummat yang taat menjalankan agamanya.

d. Pentingnya Pendidikan Agama Islam Bagi Peserta Didik
Seseorang bayi yang baru lahir adalah makhluk Allah swt yang tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk dapat melangsungkan hidupnya di dunia ini.

Maha bijak sana Allah swt yang telah menganugrahkan rasa kasih saying kepada semua ibu dan bapak untuk memelihara anaknya dengan baik tampa mengharapkan imbalan.

Manusia lahir tidak mengetahui sesuatu apapun, tetapi dia anugrahi oleh Allah swt pancaindra, pikiran, dan rasa sebagai modal untuk menerima ilmu pengetahuan, memiliki keterampilandan mendapatkan sikap tertentu melalui proses kematangan dan belajar terlebih dahulu. Mengenai pentingnyabelajar menurut A. R. Shaleh dan Soependi Soeryadinata: anak manusia tumbuh dan berkembang, baik pikiran, rasa, kemauan, sikap dan tingkah lakunya. Dengan demikian sangat pital adanya faktor belajar.

Jadi pendidikan agama islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama.

Oleh karena itu masalah akhlak atau budi pekerti merupakan salah satupokok ajaran islam yang harus diutamakan dalam pendidikan agama islam untuk ditanamkan atau diajarkan kepada anak didik.

Dengan melihat arti pendidikan islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa dengan pendidikan islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian kuat dan baik (berakhlakul karimah) berdasarkan pada ajaran agama islam.

Oleh karena itu, pendidikan islam sangat penting sebab dengan pendidikan islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran agama islam.

Pendidikan agama islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya. Sebagaimana menurut pendapat Zakiyah Drajat bahwa: “pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan yang dilaluinya sejak sejak kecil”.

Oleh karena itu dalam mewujudkan Tujuan Pendidikan nasional, pendidikan agama islam di sekolah memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu pendidikan agama islam di Indonesia dimaksudkan ke dalam kurikulum nasional yang wajib diikuti oleh semua anak didik mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Baca Lengkap....

Imam Al Ghazali (Tokoh Filsafat dan Tasawuf Terkemuka)

Beliau bernama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191). Para ulama nasab berselisih dalam penyandaran nama Imam Al Ghazali. Sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thusi, tempat kelahiran beliau. Ini dikuatkan oleh Al Fayumi dalam Al Mishbah Al Munir. Penisbatan pendapat ini kepada salah seorang keturunan Al Ghazali, yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhamad bin Abi Thahir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah anaknya Situ Al Mana bintu Abu Hamid Al Ghazali yang mengatakan, bahwa telah salah orang yang menyandarkan nama kakek kami tersebut dengan ditasydid (Al Ghazali).

Sebagian lagi mengatakan penyandaran nama beliau kepada pencaharian dan keahlian keluarganya, yaitu menenun. Sehingga nisbatnya ditasydid (Al Ghazzali). Dan dinyatakan Imam Nawawi, “Tasydid dalam Al Ghazzali adalah yang benar.” Bahkan Ibnu Assam’ani mengingkari penyandaran nama yang pertama dan berkata, “Saya telah bertanya kepada penduduk Thusi tentang daerah Al Ghazalah, dan mereka mengingkari keberadaannya”. Ada yang berpendapat Al Ghazali adalah penyandaran nama kepada Ghazalah anak perempuan Ka’ab Al Akhbar, ini pendapat Al Khafaji.
Yang dijadikan sandaran para ahli nasab mutaakhirin adalah pendapat Ibnul Atsir dengan tasydid, yaitu penyandaran nama kepada pekerjaan dan keahlian bapak dan kakeknya. Dilahirkan di kota Thusi tahun 450 H dan memiliki seorang saudara yang bernama Ahmad.

Kehidupan dan Perjalanannya Menuntut Ilmu
Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba) dan menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, “Sungguh saya menyesal tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya.”

Imam Al Ghazali memulai belajar di kala masih kecil. Mempelajari fikih dari Syaikh Ahmad bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian berangkat ke Jurjan untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis buku At Ta’liqat. Kemudian pulang ke Thusi. Beliau mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini dengan penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafi’i dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat. Beliau pun memahami perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang menyelisihinya. Menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu Al Juwaini.

Pengaruh Filsafat Dalam Dirinya
Pengaruh filsafat dalam diri beliau begitu kentalnya. Beliau menyusun buku yang berisi celaan terhadap filsafat, seperti kitab At Tahafut yang membongkar kejelekan filsafat. Akan tetapi beliau menyetujui mereka dalam beberapa hal yang disangkanya benar. Hanya saja kehebatan beliau ini tidak didasari dengan ilmu atsar dan keahlian dalam hadits-hadits Nabi yang dapat menghancurkan filsafat. Beliau juga gemar meneliti kitab Ikhwanush Shafa dan kitab-kitab Ibnu Sina. Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Al Ghazali dalam perkataannya sangat dipengaruhi filsafat dari karya-karya Ibnu Sina dalam kitab Asy Syifa’, Risalah Ikhwanish Shafa dan karya Abu Hayan At Tauhidi”.

Hal ini jelas terlihat dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin. Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Perkataannya di Ihya Ulumuddin pada umumnya baik. Akan tetapi di dalamnya terdapat isi yang merusak, berupa filsafat, ilmu kalam, cerita bohong sufiyah dan hadits-hadits palsu”.

Polemik Kejiwaan Imam Ghazali
Kedudukan dan ketinggian jabatan beliau ini tidak membuatnya congkak dan cinta dunia. Bahkan dalam jiwanya berkecamuk polemik (perang batin) yang membuatnya senang menekuni ilmu-ilmu kezuhudan. Sehingga menolak jabatan tinggi dan kembali kepada ibadah, ikhlas dan perbaikan jiwa. Pada bulan Dzul Qai’dah tahun 488 H beliau berhaji dan mengangkat saudaranya yang bernama Ahmad sebagai penggantinya.

Pada tahun 489 H beliau masuk kota Damaskus dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi Baitul Maqdis beberapa lama, dan kembali ke Damaskus beri’tikaf di menara barat masjid Jami’ Damaskus. Beliau banyak duduk di pojok tempat Syaikh Nashr bin Ibrahim Al Maqdisi di masjid Jami’ Umawi (yang sekarang dinamai Al Ghazaliyah). Tinggal di sana dan menulis kitab Ihya Ulumuddin, Al Arba’in, Al Qisthas dan kitab Mahakkun Nadzar. Melatih jiwa dan mengenakan pakaian para ahli ibadah. Beliau tinggal di Syam sekitar 10 tahun.

Masa Akhir Kehidupannya
Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul dengan ahlinya. Berkata Imam Adz Dzahabi, “Pada akhir kehidupannya, beliau tekun menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau belum sempat meriwayatkan hadits dan tidak memiliki keturunan kecuali beberapa orang putri.”

Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya beliau dalam kitab Ats Tsabat Indal Mamat, menukil cerita Ahmad (saudaranya); Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, “Bawa kemari kain kafan saya.” Lalu beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, “Saya patuh dan taat untuk menemui Malaikat Maut.” Kemudian beliau meluruskan kakinya dan menghadap kiblat. Beliau meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi hari) di kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath Thabaran.

Karya-Karyanya
Beliau seorang yang produktif menulis. Karya ilmiah beliau sangat banyak sekali. Di antara karyanya yang terkenal ialah: Pertama, dalam masalah ushuluddin dan aqidah, yaitu: Arba’in Fi Ushuliddin; Qawa’idul Aqa’id; Al Iqtishad Fil I’tiqad; Tahafut Al Falasifah; Faishal At Tafriqah Bainal Islam Wa Zanadiqah.

Kedua, dalam ilmu ushul, fikih, filsafat, manthiq dan tasawuf, beliau memiliki karya yang sangat banyak. Secara ringkas dapat kita kutip yang terkenal, di antaranya: (1) Al Mustashfa Min Ilmil Ushul; (2) Mahakun Nadzar; (3) Mi’yarul Ilmi; (4) Ma’ariful Aqliyah; (5) Misykatul Anwar; (6) Al Maqshad Al Asna Fi Syarhi Asma Allah Al Husna; (7) Mizanul Amal; (8) Al Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi; (9) Al Ajwibah Al Ghazaliyah Fil Masail Ukhrawiyah; (10) Ma’arijul Qudsi fi Madariji Ma’rifati An Nafsi; (11) Qanun At Ta’wil; (12) Fadhaih Al Bathiniyah dan Al Qisthas Al Mustaqim; (13) Iljamul Awam An Ilmil Kalam; (14) Raudhatuth Thalibin Wa Umdatus Salikin; (15) Ar Risalah Alladuniyah; (16) Ihya’ Ulumuddin; (17) Al Munqidz Minad Dhalalah; (18) Al Wasith; (19) Al Basith; (20) Al Wajiz; (21) Al Khulashah.

Aqidah dan Madzhab Beliau
Dalam masalah fikih, beliau seorang yang bermazhab Syafi’i. Imam Adz Dzahabi menjelaskan mazhab fikih beliau dengan pernyataannya, “Syaikh Imam, Hujjatul Islam, A’jubatuz zaman, Zainuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi Asy Syafi’i.”

Sedangkan dalam sisi akidah, beliau sudah terkenal dan masyhur sebagai seorang yang bermazhab Asy’ariyah. Banyak membela Asy’ariyah dalam membantah Bathiniyah, para filosof serta kelompok yang menyelisihi mazhabnya. Bahkan termasuk salah satu pilar dalam mazhab tersebut. Oleh karena itu beliau menamakan kitab aqidahnya yang terkenal dengan judul Al Iqtishad Fil I’tiqad. Tetapi karya beliau dalam aqidah dan cara pengambilan dalilnya, hanyalah merupakan ringkasan dari karya tokoh ulama Asy’ariyah sebelum beliau (pendahulunya). Tidak memberikan sesuatu yang baru dalam mazhab Asy’ariyah. Beliau hanya memaparkan dalam bentuk baru dan cara yang cukup mudah.

Akan tetapi tasawuf apakah yang diyakini beliau? Pertama, pendapat beliau, bahwa setiap orang memiliki tiga aqidah. Yang pertama, ditampakkan di hadapan orang awam dan yang difanatikinya. Kedua, beredar dalam ta’lim dan ceramah. Ketiga, sesuatu yang dii’tiqadi seseorang dalam dirinya. Tidak ada yang mengetahui kecuali teman yang setara pengetahuannya. Bila demikian, Al Ghazali menyembunyikan sisi khusus dan rahasia dalam aqidahnya.

Kedua, mengumpulkan pendapat dan uraian singkat beliau yang selalu mengisyaratkan kerahasian akidahnya. Kemudian membandingkannya dengan pendapat para filosof saat beliau belum cenderung kepada filsafat Isyraqi dan tasawuf, seperti Ibnu Sina dan yang lainnya. (Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asyariyah 2/628).

Tetapi perlu diketahui, bahwa pada akhir hayatnya, beliau kembali kepada ajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah meninggalkan filsafat dan ilmu kalam, dengan menekuni Shahih Bukhari dan Muslim. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Penulis Jawahirul Qur’an (Al Ghazali, pen) karena banyak meneliti perkataan para filosof dan merujuk kepada mereka, sehingga banyak mencampur pendapatnya dengan perkataan mereka. Pun beliau menolak banyak hal yang bersesuaian dengan mereka. Beliau memastikan, bahwa perkataan filosof tidak memberikan ilmu dan keyakinan. Demikian juga halnya perkataan ahli kalam. Pada akhirnya beliau menyibukkan diri meneliti Shahih Bukhari dan Muslim hingga wafatnya dalam keadaan demikian. Wallahu a’lam.”
Baca Lengkap....

Definisi Metafisika Dalam Ranah Filsafat

Seringkali ditemukan orang atau di televisi menyebut kata “metafisika”, sayangnya metafisika tersebut selalu condong dan dikaitkan ke arah yang ghaib/goib, ilmu nujum, perbintangan, pengobatan jarak jauh dan macam-macam lainnya. Beda dalam ranah filsafat, nama metafisika itu sendiri diberikan oleh Andronikos dari Rodhos pada tahun 70 SM terhadap karya-karya yang disusun sesudah buku Physika, tetapi harus diingat bahwa ini bukan secara kronologis (bukan karena Physika maka Metafisika ada) tetapi kebetulan karena muncul buku Physika maka barulah terbit istilah metafisika (Siswanto, 2004:3). Penyelidikan metafisika mula-mula hanya mencakup sesuatu yang ada di belakang dunia fisik, tetapi lalu berkembang menjadi ke penyelidikan terhadap segala sesuatu yang ada.

Di sini kita lihat bahwa metafisika memiliki tingkat keumuman yang paling tinggi, memang benar bahwa metafisika mencakup ke arah pembicaraan tentang alam ghaib atau ketuhanan, tetapi itu segi khususnya saja bukan segi umum dari metafisika itu sendiri. Metafisika pun menyelidiki tentang sesuatu yang objek fisik juga seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan benda alam lainnya. Dari sini semakin jelas bahwa metafisika tidak sekedar tentang alam ghaib tetapi juga tentang semua yang ada.

Definisi Metafisika Menurut Para Filsuf
Metafisika sudah banyak didefinisikan oleh para filsuf sejak zaman Yunani sampai posmodern. Tentu definisi yang ada dapat mewakili maksud dari metafisika sebenarnya, coba silakan disimak berbagai definisi berikut:
  • Aristoteles: Metafisika adalah cabang filsafat yang mengkaji yang-ada sebagai yang-ada
  • Anton Bakker: Metafisika adalah cabang filsafat yang menyelidiki dan menggelar gambaran umum tentang struktur realitas yang berlaku mutlak dan umum
  • Frederick Sontag: Metafisika adalah filsafat pokok yang menelaah ‘prinsip pertama’ (the first principle)
  • Van Peursen: Metafisika adalah bagian filsafat yang memusatkan perhatiannya kepada pertanyaan mengenai akar terdalam yang mendasari segala yang-ada
  • Michael J. Loux: Metafisika adalah ilmu tentang kategori (Siswanto, 2004:7).

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para filsuf di atas, tidak ada satu pun yang langsung menyebutkan bahwa metafisika adalah penyelidikan terhadap hal ghaib! Begitulah kira-kira definisi metafisika dalam ranah filsafat. Setelah membaca artikel ini diharapkan orang yang masih membenturkan metafisika kepada hal-hal ghaib dan sejenisnya agar cepat bertobat dan memperbaiki pemikirannya terhadap metafisika.

Daftar Pustaka

Siswanto, Joko. 2004. Metafisika Sistematik. Yogyakarta: Penerbit Taman Pustaka Kristen.
Baca Lengkap....

Mengapa Wanita Meneteskan Air Mata?

wanita-menangis
Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya, "Mengapa Ibu menangis?"

"Karena aku seorang wanita", kata sang ibu kepadanya.

"Aku tidak mengerti", kata anak itu.

Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak akan pernah mengerti."

Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya, "Mengapa Ibu suka
menangis tanpa alasan?"

"Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.

Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa, tetap ingin tahu mengapa wanita menangis. Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya, “Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?”

Tuhan berkata: “Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi
seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan.”

“Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya.”

“Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh.”

"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya.”

“Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya.”

“Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu.”

“Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun ia butuhkan.”

“Kau tahu: kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, sosok
yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya.”

“Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya. tempat dimana cinta itu ada.”
Baca Lengkap....

Mengenal Tuhan Adalah Fitrah

Maksud daripada pengenalan Tuhan secara fitri ada dua bentuk pengenalan.
Pertama: Pengenalan lewat ilmu pengetahuan (Khusuli)
Kedua: Pengenalan lewat Ilmu Khuduri


PENGENALAN TUHAN LEWAT ILMU KHUSULI
Pengenalan Tuhan lewat Ilmu Khusuli, yaitu bahwa akal manusia untuk membuktikan keberadaan Tuhan tidak perlu mengerahkan segala pikiran dan kemampuannya akan tetapi cukup hanya dengan melihat bahwa keberadaan manusia dan fenomena-fenomena alam ini membutuhkan kepada adanya pencipta yang Maha Kaya. Ringkasnya akal manusia untuk memahami bahwa setiap ciptaan pasti menunjukkan adanya pencipta tidak perlu pemikiran yang panjang.

CIRI-CIRI PENGETAHUAN KHUSULI
 Ada kemungkinan salah.
 Memakai perantara
 Bisa ditransfer kepada orang lain
 Bersifat perolehan.
 Tidak memiliki degradasi dan tingkatan secara esensial.

PENGENALAN TUHAN LEWAT PENGETAHUAN KHUDURI
Setiap manusia dalam hatinya merasakan kehadiran Tuhan serta merasakan adanya hubungan batin dengan sesuatu yang maha (Tuhan) hanya saja jarang sekali manusia yang menyadari hal itu. Hal ini karena volume pengetahuan khuduri setiap manusia itu berbeda-beda.Dalam hadits Nabi disebutkan adanya penetahuan seperti ini dengan istilah “Al-Fitrah”.

Setiap yang dilahirkan berdasarkan atas fitrah. Imam Ja’far Shodiq a.s. memberika interpretasi tentang pengertian fitrah tersebut, yaitu kecenderungan bertauhid.

CIRI-CIRI PENGETAHUAN KHUDHURI
  • Pengetahuan khudhuri tidak pernah salah. Hal ini disebabkan karena yang mengetahui (alim) dengan yang diketahui (maklum) tidak ada perantara.
  • Pengetahuan khudhuri tidak dapat ditransfer kepada orang lain karena itu bersifat individualis
  • Tidak bersifat iktisaby (perolahan) akan tetapi pemberian Tuhan.
  • Pengetahuan khudhuru memiliki gradasi antar individu yang berbeda.

SEBAB-SEBAB MANUSIA TIDAK MENYADARI ADANYA PENGETAHUAN KHUDHURI
Diantara sebab-sebab manusia tidak menyadari adanya pengetahuan khudhuri terhadap Tuhan antara lain:
 Kecintaan terhadap materi
 Mementingkan ego
 Kemaksiatan dan dosa
 Berpikir tentang keduanya
Baca Lengkap....

Membuktikan Keberadaan Tuhan

Keberadaan Tuhan bisa di buktikan lewat empat macam dalil:
1. Dalil Fitri
2. Dalil Akli
3. Dalil Nakli
4. Dalil Shiddiqin (argumen orang bijak)

Dalil fitri
Setiap manusia merasakan akan kehadiran Tuhan Yang Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Bijaksana, dsb dalam lubuk hatinya, hanya saja perasaan itu memiliki degradasi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Ada diantara mereka yang merasakan kehadiran Tuhan hanya sewaktu-waktu. Secara ringkas, perasaan kehadiran Tuhan dalam setiap diri manusia berbeda-beda.

Bukti keberadaan Tuhan lewat jalur fitri ini bisa kita pahami dari beberapa hal antara lain:

 Adanya Perasaan Ingin Tahu Dalam Diri Manusia.
Setiap manusia memiliki kecendrunganuntuk mengenal dan mengetahui hakikat sesuatu. Ia tidak puas melihat fenomena-fenomena dan kenyataan-kenyataan yang ada dialam ini dengan begitu saja akan tetapi ia berusaha terus untuk mengenali tentang realitas tersebut. Perasaan ini tidak hanya terbatas dimiliki orang-orang dewasa saja akan tetapi dimiliki oleh setiap lapisan manusia hanya saja volumenya yang berbeda.

Hakikat sesuatu yang ingin dia ketahui sebenarnya adalah Tuhan karena Tuhan adalah hakikat itu sendiri dan sumber dari segala pengetahuan.

 Perasaan Lemah.
Manusia bila dilihat dari sisi asal penciptaan ia terdiri dari berbagai unsur dan unsur-unsur itu satu sama lainnya saling membutuhkan, adanya saling membutuhkan ini menunjukkan adanya kelemahan, dan kelemahaan ini menunjukkan adanya keterbatasan masing-masing. Oleh karena itu disadari atau tidak sering kali perasaan ini muncul dalam bentuk yang berbeda-beda misalnya ingin dilindungi, dikasihi, dipuja, dll. Yang pada intinya semua itu menunjukkan bahwa manusia itu lemah dan disana ada dzat yang Maha Perkasa dan Maha Sempurna sehingga ia bisa berlindung dan memohon perlindungan pertolongan kepada-Nya. Hal ini telah dilukiskan oleh Imam Ja’far As-shadiq a.s tatkala beliau ditanya tentang Tuhan:

“Imam bertanya padanya pernakah anda berlayar kelautan (sepertinya telah mengetahui bahwa cerita ini telah dialami oleh penanya) ia menjawab benar. Imam bertanya lagi pernahkah perahu anda tertimpa musibah ditengah lautan? Ia menjawab benar telah terjadi musibah itu dalam perjalananku. Imam bertanya: pernahkah anda sampai suatu batas dimana harapan anda telah putus dan anda melihat diri anda dalam jurang kematian? Ia menjawab : benar telah terjadi hal ini padaku. Imam bertanya : masihkah anda memiliki harapan untuk selamat? Ia menjawab : benar. Imam bertanya bukankah anda disana anda tidak mendapatkan sarana untuk bisa menyelamatkan diri anda, maka kepada siapa bergantung? Saat itu penanya mengetahui dan teringat keadaan yang pernah dialaminya seolah-olah ia melihat seseorang dimana hatinya telah bergantung kepadanya.

Dalam beberapa ayat Al-Qur’an juga telah disinyialir:
Dan apabila manusia ditimpa mara bahaya ia menyeru Tuhannya” (QS.Yunus:12).
Dalam beberapa tafsir juga disebutkan bahwaorang-orang meyembah berhala tatkala mereka berlayar dengan menaiki perahu, patung-patung, berhala dan sesembahan mereka, mereka bawa bersama mereka akan tetapi anehnya tatkala mereka mendapati badai topan yang menempa perahu mereka, berhala-berhala yang mereka bawa tersebut mereka lemparkan kedalam lautan dan seraya berteriak “Ya Rob Wahai Tuhanku”

 Cinta Keindahan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia dalam lubuk hatinya memiliki kecendrungan untuk mencintai keindahan sebagai contoh kita bisa melihat kenyataan ini bahwa manusia pada umumnya lebih suka melihat tanaman-tanaman subur dan penuh kehijuaan dari pada tanah yang gersang dan kering serta tandus. Hal ini bila kita lihat dari kaca mata Tauhid dengan adanya kecendrungan manusi itu pada hakikatnya ia telah mengenal Tuhannya sebab tidak ada keindahan yang lebih indah selain daripada Tuhan. Dalam hadist nabi disebutkan bahwa:
Sesungguhnya Allah SWT Maha Indah dan ia mencintai keindahan”.

 Cinta Keadilan.
Pada perinsipnya bahwa setiap manusia besar maupun kecil tua maupun muda ingin diperlakukan oleh yang lainnya dengan adil dan bijaksana karena itu seorang anak kecil saja bila ia diperlakukan oleh orang tuanya dengan adil dan bijaksana maka ia akan memprotesnya, hal ini disebabkankarena fitrah dan hati kecilnya menolak untuk diperlakukan seperti itu telah mengenal Tuhan sebagai dzat yang Maha adil dan Bijaksana hanya saja volumenya yang berbeda-beda.
Baca Lengkap....

Pengertian Tarekat

Tarekat berasal dari kata 'thariqah' yang artinya 'jalan'. Jalan yang dimaksud di sini adalah jalan untuk menjadi orang bertaqwa, menjadi orang yang diredhoi Allah S.w.t. Secara praktisnya tarekat adalah kumpulan amalan-amalan lahir dan batin yang bertujuan untuk membawa seseorang untuk menjadi orang bertaqwa.

Ada 2 macam tarekat yaitu tarekat wajib dan tarekat sunat.
  1. Tarekat wajib, yaitu amalan-amalan wajib, baik fardhu ain dan fardhu kifayah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. tarekat wajib yang utama adalah mengamalkan rukun Islam. Amalan-amalan wajib ini insya Allah akan membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa yang dipelihara oleh Allah. Paket tarekat wajib ini sudah ditentukan oleh Allah s.w.t melalui Al-Quran dan Al-Hadis. Contoh amalan wajib yang utama adalah shalat, puasa, zakat, haji. Amalan wajib lain antara lain adalah menutup aurat , makan makanan halal dan lain sebagainya.
  2. Tarekat sunat, yaitu kumpulan amalan-amalan sunat dan mubah yang diarahkan sesuai dengan 5 syarat ibadah untuk membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa. Tentu saja orang yang hendak mengamalkan tarekat sunnah hendaklah sudah mengamalkan tarekat wajib. Jadi tarekat sunnah ini adalah tambahan amalan-amalan di atas tarekat wajib. Paket tarekat sunat ini disusun oleh seorang guru mursyid untuk diamalkan oleh murid-murid dan pengikutnya. Isi dari paket tarekat sunat ini tidak tetap, tergantung keadaan zaman tarekat tersebut dan juga keadaan sang murid atau pengikut. Hal-hal yang dapat menjadi isi tarekat sunat ada ribuan jumlahnya, seperti shalat sunat, membaca Al Qur’an, puasa sunat, wirid, zikir dan lain sebagainya.

Hubungan antara tarekat dengan wirid/zikir
Salah satu amalan tarekat adalah wirid/zikir yang dibaca secara teratur dengan disiplin tertentu. Wirid ini diberikan/didiktekan oleh Rasulullah kepada pendiri tarekat tersebut melalui yaqazah (pertemuan secara sadar/jaga). Fungsi wirid ini adalah sebagai penguat amalan batin pada para pengamal tarekat tersebut.

Macam-macam tarekat yang pernah ada.
• Tarekat Alawiyyah
• Tarekat Naqsyabandiah
• Tarekat Qodiriyah
• Tarekat Rifa'iyah
• Tarekat Samaniyah
• Tarekat Syattariyah
• Tarekat Tijaniyah
• Tarekat Shiddiqiyyah
• Tarekat Aurad Muhammadiyah
Baca Lengkap....

11 Golongan yang Selalu Didoakan oleh Malaikat

  1. Orang yang tidur dalam keadaan suci.
    Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang tidur dalam keadaan suci, malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa: “Ya Allah, ampunilah hamba-Mu itu kerana tidur dalam keadaan suci.”
  2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
    Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah salah seorang antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.’”
  3. Orang yang berada di shaf depan shalat berjamaah.
    Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat atas (orang) yang berada pada shaf depan.”
  4. Orang yang menyambung shaf pada shalat berjamaah.
    Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bersalawat kepada orang yang menyambung shaf.”
  5. Orang yang mengucapkan “amin” ketika seorang imam selesai membaca surat Al-Fatihah.
    Para malaikat mengucapkan “amin” ketika seorang imam selesai membaca surat Al-Fatihah. Rasulullah Saw bersabda: “Jika seorang imam membaca Al-Fatihah hingga selesai, ucapkanlah olehmu “aamiin” karena barang siapa yang ucapannya itu bersamaan dengan ucapan malaikat, maka akan diampuni dosanya yang lalu.”
  6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
    Rasulullah Saw bersabda: ”Para malaikat akan selalu bersalawat kepada salah seorang di antara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat, di mana ia melakukan shalat.”
  7. Orang yang melakukan shalat Subuh dan Ashar secara berjamaah.
    Rasulullah Saw bersabda: “Para malaikat berkumpul pada saat shalat Subuh lalu malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga Subuh) naik (ke langit) dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat Asar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat Asar) naik (ke langit), sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal lalu Allah bertanya kepada mereka: “Bagaimana kalian meninggalkan hamba-Ku?” Mereka menjawab: ”Kami datang saat mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka saat mereka sedang melakukan shalat, ampunilah mereka pada hari kiamat.”
  8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
    Rasulullah S.a.w bersabda: “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Di kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, malaikat itu akan berkata “aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.”
  9. Orang yang berinfak.
    Rasulullah S.a.w bersabda: ”Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali dua malaikat turun kepadanya, satu antara kedua-duanya berkata: “Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak…”
  10. Orang yang sedang makan sahur.
    Rasulullah S.a.w bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat kepada orang yang sedang makan sahur.”
  11. Orang yang menjenguk orang sakit.
    Rasulullah S.a.w bersabda: “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bersalawat kepadanya di waktu siang hingga petang dan di waktu malam hingga subuh.

Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang selalu didoakan oleh malaikat. Amin!
Baca Lengkap....

Doa Meminta Husnul Khatimah

Wahai Yang bila diingat
akan menjadi kemuliaan bagi yang mengingat-Nya
Wahai Yang bila disyukuri
menjadi kemenangan bagi orang yang mensyukuri-Nya
Wahai Yang bila ditaati
menjadi keselamatan bagi orang yang mentaati-Nya

Maka limpahkan sejahtera
kepada Nabi Muhammad dan keluarganya
Sibukkanlah hati kami
dengan tetap mengingat dan menyebut-Mu
dari segala macam ingatan dan sebutan
Sibukkanlah lidah kami
dengan tetap mensyukuri-Mu
dari segala macam rasa syukur
Sibukkanlah anggota tubuh kami
dengan tetap mentaati-Mu
dari segala macam ketaatan selain-Mu

Bila Engkau memberikan padaku
waktu luang tanpa kesibukan apapun
maka jadikanlah itu suatu waktu luang
yang membawa keselamatan
tanpa adanya perasaan ikut-ikutan maupun rasa jemu
sehingga malaikat pencatat amalan kejahatan
segera menunggalkan kami dengan catatan yang kosong
dari sebutan dosa-dosa
dan malaikat pencatat kebaikan
segera meninggalkan kami dengan perasaan gembira
karena catatan kami tertulis amalan kebaikan

Bila hari-hari kehidupan kami mulai lewat
Bila batas waktu umur kami telah habis
dan kami sudah harus memenuhi undangan-Mu
yang tak bisa ditunda-tunda lagi
untuk segera dipenuhi

Maka limpahkan sejahtera
kepada Nabi Muhammad dan keluarganya
Isilah di akhir catatan amalan kami
yang ditulis oleh malaikat pencatat amalan
dengan amalan taubat yang diterima
yang tidak lagi dipenuhi catatan dosa atau kemaksiatan
yang pernah kami lakukan

Janganlah Engkau membuka rahasia kami
yang Engkau tutup rapat di hadapan para saksi
di suatu hari di mana seluruh catatan amal hamba-Mu
sedang diperiksa

Sesungguhnya Engkau Maha Penyayang
kepada yang menyampaikan doa kepada-Mu
Maha Penerima Jawaban
kepada yang memanggil-Mu
Baca Lengkap....

Apakah Agama itu?

Definisi Agama

Secara leksikal, kata din berasal dari bahasa Arab yang berarti ketaatan dan balasan. Sedangkan secara teknikal, din berarti iman kepada pencipta manusia dan alam semesta, serta kepada hukum praktis yang sesuai dengan keimanan tersebut. Dari sinilah kata al-ladini (orang yang tak beragama) digunakan pada orang yang tidak percaya kepada wujud pencipta alam secara mutlak, walaupun ia meyakini shudfah (kejadian yang tak bersebab-akibat) di alam ini, atau meyakini bahwa terciptanya alam semesta ini akibat interaksi antar-materi semata. Adapun kata al-mutadayyin (orang yang beragama) secara umum digunakan pada orang yang percaya akan wujud pencipta alam semesta ini, walaupun kepercayaan, perilaku dan ibadahnya bercampur dengan berbagai penyimpangan dan khurafat. Atas dasar inilah agama yang dianut oleh umat manusia terbagi menjadi dua; agama yang hak dan agama yang batil. Agama yang hak merupakan dasar yang meliputi keyakinan-keyakinan yang benar; yang sesuai dengan kenyataan, dan ajaran-ajaran serta hukum-hukumnya dibangun di atas pondasi yang kokoh dan dapat dibuktikan kesahihannya.

Usuluddin dan Cabang-cabangnya

Dari uraian singkat di atas tampak jelas bahwa istilah din atau agama terdiri dari dua unsur pokok: pertama, akidah atau aqa’id (keyakinan-keyakinan) yang merupakan prinsip agama. Kedua, hukum-hukum praktis yang merupakan konsekuensi logis dari prinsip agama tersebut.
Oleh karena itu, tepat sekali apabila bagian akidah ini dinamakan sebagai ushul (prinsip) agama, dan bagian ahkam (hukum-hukum) praktis dinamakan sebagai furu’ (cabang), sebagaimana para ulama Islam menggunakan dua istilah tersebut pada bidang akidah dan hukum-hukum Islam.

Pandangan Dunia dan Ideologi

Pandangan dunia (Ar-Ru’yah Al-Kauniyyah) dan ideologi adalah dua istilah yang berdekatan artinya. Salah satu arti pandangan dunia ialah seperangkat keyakinan mengenai penciptaan, alam semesta dan manusia, bahkan mengenai wujud secara mutlak.Sedangkan arti ideologi, salah satunya ialah seperangkat pandangan universal tentang sikap praktis manusia. Berdasarkan dua arti ini, sistem akidah setiap agama dapat dianggap sebagai sebuah pandangan yang bersifat universal. Sedang sistem hukum praktis agama yang bersifat umum adalah ideologinya. Maka itu, kedua istilah ini dapat diterapkan pada ushuluddin dan furu’uddin.

Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa istilah ideologi itu tidak meliputi hukum-hukum juz’i (partikular), begitu pula istilah padangan dunia itu tidak meliputi keyakinan-keyakinan yang juz'i. Hal lain yang juga perlu diperhatikan ialah bahwa istilah ideologi terkadang digunakan untuk pengertian yang bahkan mencakup pandangan dunia itu sendiri.

Pandangan Dunia Ilahi dan Materialisme

Pada umat manusia, terdapat berbagai pandangan dan keyakinan mengenai penciptaan alam semesta ini. Akan tetapi, semua itu—dari sisi keimanan atau pengingkaran terhadap alam metafisis—dapat dibagi menjadi dua bagian utama; pandangan dunia Ilahi dan pandangan dunia Materialisme.
Dahulu, penganut pandangan dunia Materialisme dikenal sebagai ath-thabi’i dan ad-dahri. Terkadang juga disebut sebagai zindik dan mulhid (ateis). Sedangkan di zaman kita sekarang ini, mereka dikenal sebagai al-maddi (materialis). Di dalam kaum materialis sendiri, terdapat aliran-aliran. Yang paling menonjol pada masa kita sekarang ini adalah Materialisme Dialektika yang merupakan bagian Filsafat Marxisme.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa istilah pandangan dunia tidak terbatas hanya pada kepercayaan agama saja, namun mempunyai pengertian yang lebih luas lagi, karena istilah itu juga digunakan pada pandangan ilhadiyyah (ateisme) dan madiyyah (materialisme), sebagaimana istilah ideologi itu tidak hanya digunakan untuk sistem hukum suatu agama.

Agama Samawi dan Dasar-dasarnya

Para ulama, ahli sejarah agama dan sosiologi berbeda pendapat mengenai kemunculan agama. Adapun sumber-sumber Islam menyatakan bahwa agama tauhid lahir seketika kelahiran manusia pertama. Manusia pertama yang lahir di muka bumi ini adalah nabi (Adam as) dan penyeru ajaran tauhid (mengesakan Allah). Adapun agama-agama musyrik muncul lantaran penyimpangan, pemaksaan kehendak dan ambisi busuk, yang bersifat individu maupun kelompok.

Agama-agama tauhid adalah agama-agama samawi yang hakiki dengan tiga prinsip universal mereka, yaitu pertama: iman kepada Allah Yang Esa. Kedua, iman kepada kehidupan abadi setiap manusia di akhirat kelak untuk menerima pembalasan amal yang pernah ia lakukan semasa hidupnya di dunia. Ketiga, iman kepada para nabi dan rasul yang diutus oleh Allah untuk memberi hidayah dan bimbingan kepada seluruh umat manusia demi mencapai puncak kesempurnaan dan kebahagiaan dunia serta akhirat.

Pada dasarnya, tiga prinsip ini merupakan jawaban yang paling tegas atas persoalan-persoalan fundamental manusia yang berakal. Yaitu, siapakah pencipta alam semesta ini? Bagaimanakah akhir kehidupan ini? Dan apakah cara untuk mengetahui sistem kehidupan yang terbaik? Sistem kehidupan yang dibangun atas dasar wahyu pada hakikatnya adalah ideologi yang bersumber dari pandangan dunia Ilahi.

Prinsip-prinsip akidah itu mempunyai berbagai konsekuensi dan rincian yang semuanya membentuk sebuah sistem akidah agama. Adanya perbedaan di antara berbagai keyakinan merupakan sebab munculnya berbagai agama dan madzhab. Kita perhatikan bagaimana perbedaan tentang status kenabian sebagian nabi-nabi Ilahi dan tentang penentuan kitab yang orisinil dan utuh menjadi sebab utama perselisihan di antara agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Atau perbedaan-perbedaan lainnya seputar masalah akidah dan ibadah, sehingga sebagian dari agama itu sudah tidak sesuai lagi dengan ajarannya yang murni. Contohnya, keyakinan orang-orang Nasrani terhadap Trinitas yang jelas tidak sesuai dengan prinsip Tauhid, walaupun mereka telah berusaha untuk menafsirkan dan menakwilnya sebegitu rupa agar dapat diterima. Demikian pula perselisihan mengenai kepemimpinan dan penentuan khalifah setelah wafatnya Rasul saw; apakah penentuan khalifah itu urusan Allah ataukah urusan manusia. Persoalan ini merupakan sebab utama terjadinya ikhtilaf antara mazhab Ahli Sunnah dan mazhab Syi’ah di dalam Islam.

Dengan demikian, Tauhid, Kenabian dan Ma’ad (Hari Kebangkitan) adalah prinsip-prinsip akidah pada semua agama samawi. Meski begitu, terdapat keyakinan-keyakinan yang merupakan turunan dari prinsip-prinsip tersebut. Misalnya, keyakinan terhadap keberadaan Allah adalah prinsip pertama, keyakinan terhadap keesaan-Nya adalah prinsip kedua. Atau, keyakinan terhadap Kenabian merupakan sebuah prinsip semua agama samawi, sedangkan keyakinan terhadap kenabian Nabi Muhammad saw adalah prinsip yang khas pada Islam. Sebagian ulama Syi’ah menjadikan Keadilan Tuhan—yang merupakan turunan dari prinsip Tauhid—sebagai prinsip akidah khas Syi’ah. Dan Imamah—sebagai perpanjangan dari Kenabian—adalah prinsip akidah khas Syi’ah lainnya. Sebenarnya, penggunaan kata prinsip (al-ashl) pada ajaran-ajaran akidah seperti ini mengikuti konvensi dan tidak perlu lagi diperdebatkan.

Oleh karena itu, kata ushuluddin dapat digunakan dalam dua istilah; umum dan khusus. Istilah umum ushuluddin mencakup akidah-akidah yang sahih; sebagai lawan dari furu’uddin. Sedang istilah khusus ushuluddin berlaku hanya pada keyakinan-keyakinan yang paling prinsipal. Istilah ushuluddin juga dapat digunakan secara mutlak (tidak hanya khusus bagi sebuah agama) pada sejumlah kesamaan prinsip akidah di antara agama-agama samawi seperti tiga prinsip di atas tadi, yaitu Tauhid, Kenabian dan Kebangkitan. Adapun jika ditambahkan prinsip-prinsip lainnya, istilah yang biasa digunakan adalah ushuluddin khusus. Demikian pula, jika ditambahkan akidah dan keyakinan yang khas pada mazhab tertentu, istilah yang digunakan adalah ushulul madzhab.
Baca Lengkap....

Kata-Kata Penuh Hikmah tentang Akal

  1. Rasulullah Saw, bersabda: “Sesungguhnya seluruh kebaikan hanya dimengerti oleh akal.” [ Tuhaful uqul 54 ; Bihar ul anwar 77:158 ]
  2. Rasulullah bersabda: “Mintalah petunjuk kepada akal, niscaya kamu akan mendapatkannya. Dan jangan menentangnya, niscaya kamu akan menyesal.” [ Ushul kafi 1:25 ]
  3. Imam Ali as berkata: “Akal adalah sumber pengetahuan dan pengajak kepada pemahaman. [ Ghurar ul Hikam, karya al-amudi 1:102 ]
  4. Dari Imam Shadiq as: “Akal adalah petunjuk orang mukmin.” [ Ushul Kafi 1:25 ]

Selain peran dan nilai akal dalam menguak alam semesta, riwayat-riwayat keislaman menegaskan bahwa Allah berhujjah kepada para hamba-Nya melalui akal. Argumentasi ilahi dengan akal dan berbagai implikasinya berupa, siksaan dan tanggung jawab, menunjukkan kepada kita betapa agungnya nilai akal dalam kehidupan manusia dan dalam agama Allah. Imam Musa bin Ja’far as juga berkata: “Allah benar-benar telah menyempurnakan hujjah-hujjah-Nya pada manusia melalui akal, membukakan (akal mereka) dengan al-bayan (penjelasan) dan menunjukkan mereka pada rububiyyah-Nya dengan berbagai dalil (bukti).” [ Bihar ul Anwar 1:132 ]

Nabi Muhammad saww, pernah ditanya, “Apakah Akal itu?” Beliau menjawab: “Ia adalah (alat) untuk ketaatan kepada Allah. Karena, orang-orang yang taat kepada Allah adalah orang-orang yang berakal.” [ Bihar ul Anwar 1:131 ]

Imam Ja’far as-shadiq as pernah ditanya apakah akal itu. Beliau menjawab: “Akal adalah alat yang digunakan untuk menyembah (beribadah) kepada Ar-Rahman , Allah dan untuk memperoleh surga-Nya.” [ Bihar ul Anwar 1:116 ]

Imam Ali as berkata lebih lanjut mengenai akal ini:
  • Akal adalah pedang yang tajam.
  • Bunuhlah hawa nafsumu dengan senjata akalmu.
  • Jiwa memendam berbagai hasrat nafsu. Akal berfungsi untuk mencegahnya.
  • Hati memendam berbagai hasrat jelek, sedangkan akal selalu menahannya.
  • Orang yang berakal adalah orang yang mengalahkan hawa nafsunya dan orang yang tidak menukar akhiratnya dengan dunianya.
  • Orang yang berakal adalah orang yang meninggalkan hawa nafsunya dan yang membeli dunianya untuk akhiratnya.
  • Orang berakal adalah musuh kelezatan dan orang bodoh adalah budak syahwatnya
  • Orang yang berakal adalah orang yang melawan nafsunya untuk taat kepada Allah.
  • Orang yang berakal adalah orang yang mengalahkan kecenderungan-kecenderungan hawa nafsunya.
  • Orang yang berakal adalah orang yang mematikan syahwatnya dan orang kuat adalah orang yang menahan kesenangannya.

Prajurit-prajurit Akal
Tugas akal yang sulit, telah dibantu Allah dengan dianugerahkannya sejumlah kekuatan dan perangkat yang dapat mendukung jerih payahnya itu. Dalam etika Islam ada apa yang namanya Junud al ‘aql (prajurit-prajurit akal) yaitu merupakan sejumlah faktor pendukung.

Dari Sa’d dan Al-Humairi dari Al-baqi dari Ali bin Hadid dari Sama’ah (bin Mahran) berkata: “Saya pernah hadir dalam majlis Abu Abdillah as disana juga hadir sebagai murid yang lain. Majlis itu membahas tentang akal dan kejahilan. Kemudian Abu abdillah berkata:”Kamu hendaknya mengetahui akal beserta bala tentaranya dan kejahilan serta bala tentaranya agar kamu mendapat petunjuk. Kemudian Sama’ah berkata, maka aku bertanya: Semoga jiwaku jadi tebusanmu, saya tidak mengerti kecuali apa yang Anda jelaskan.”

Abu Abdillah menjawab: “Sesungguhnya Allah mengatakan Akal sebagai makhluk pertama yang bersifat ruhany. Saat itu akal terletak disamping kanan arsy yang tercipta dari Nur-Nya". Kemudian Allah berfirman kepada akal: “Menghadaplah!” Akalpun menghadap. Allah berfirman: “Berpalinglah!” kemudian iapun berpaling. Kemudian Allah berfirman: “Kuciptakan kamu sebagai ciptaan yang agung. Kumuliakan kamu diatas seluruh ciptaan-Ku.”

Beliau melanjutkan: “Allah menciptakan jahl (kejahilan) dari laut asin yang dhulmany (gelap gulita). Kemudian Allah menyuruhnya berpaling dan iapun berpaling. Kemudian Allah menyuruhnya menghadap, tetapi kejahilan tetap tidak mau menghadap. Allah berfirman kepadanya: “Kau congkak?” Lalu Allah mengutuknya Kemudian Dia menciptakan 75 tentara akal.”

Melihat hal itu dengan nada permusuhan kejahilan berkata: Tuhan, akal adalah makhluk-Mu sebagaimana juga aku. Mengapa ia Engkau muliakan dengan kekuatan sedang aku lawannya tidak mempunyainya? Berilah aku kekuatan seperti dia. Lalu Allah berfirman: “Baiklah. Tetapi apabila engkau beserta bala tentaramu bermaksiat, maka akan Kukeluarkan kamu sekalian dari Rahmat-Ku. Kejahilan menjawab: “Saya terima janji itu.” Allah kemudian memberinya 75 tentara. Adapun 75 tentara akal dan kejahilan itu adalah:

TENTARA AKAL >< TENTARA JAHL

1. Kebajikan (menteri akal) >< Kejahatan (menteri jahil) 2. Iman >< kufur 3. percaya >< ingkar 4. harapan >< putus asa 5. keadilan >< kezaliman 6. rela >< tidak rela / murka 7. syukur >< ingkar nikmat 8. gemar kebaikan >< putus ikhtiar 9. tawakal >< ambisius 10. lemah lembut >< lalai (ghirrah) 11. kasih sayang >< amarah (ghadhab) 12. ilmu >< bodoh (jahl) 13. cerdik >< dungu (humq) 14. menjaga diri >< ceroboh (tahattuk) 15. zuhud >< hasrat (raghbah) 16. sopan >< kasar 17. waspada >< gegabah (jur’ah) 18. rendah hati >< takabur 19. kalem (ta’uddah) >< tergesa-gesa 20. bijaksana >< konyol (safah) 21. pendiam >< pengoceh (hadzar) 22. menyerah >< menentang 23. mengakui >< membandel 24. lunak >< keras (qaswah) 25. yakin >< syak 26. sabar >< meronta (jaza’) 27. pemaaf (shafh) >< pendendam 28. kaya (ghina) >< fakir 29. tafakur >< lalai (sahw) 30. hapal (hifzh) >< lupa (nisyan) 31. penyambung >< pemutus 32. kanaah >< ingin tambahan (hirsh) 33. emansipasi >< isolasi diri 34. rasa sayang >< rasa permusuhan 35. memegang (wafa’) >< melepas 36. taat >< maksiat 37. khudhuk >< arogansi 38. selamat >< bencana 39. cinta (hubb) >< marah 40. jujur >< bohong 41. hak >< batil 42. amanat >< khianat 43. murni >< noda (syaub) 44. cekatan >< lamban 45. cendikia >< tolol 46. pengetahuan >< penyangkalan 47. pengukuhan >< penyingkapan 48. menjaga aib orang lain >< makar 49. menjaga rahasia >< ekspose 50. shalat >< penyia-nyiaan 51. puasa >< iftar 52. jihad >< lari dari jihad 53. haji >< ingkar janji 54. menjaga omongan >< membongkar skandal 55. bakti kepada orang tua >< durhaka 56. realitas >< riya’ 57. makruf >< tabu 58. menutup aurat >< bersolek 59. taqiyyah >< mengobral perkataan 60. jalan tengan (inshaf) >< fanatisme 61. kebaktian >< onar 62. bersih >< kotor 63. malu >< bugil 64. terarah (qashd) >< bablas (‘udwan) 65. relaks >< lelah (ta’ab) 66. kemudahan >< kesukaran 67. berkah >< binasa 68. afiat >< petaka (bala’) 69. normal >< berlebih 70. hikmah >< hawa nafsu 71. bahagia >< nestapa 72. taubat >< berkeras kepala 73. istiqhfar >< pongah (ightirar) 74. mawas diri >< lengah (tahawun) 75. berdoa >< berpaling (istinkaf)

Ke-75 bala tentara ini tidak akan dipersatukan kembali kecuali pada seorang Nabi, penerus Nabi (Washy) atau seorang Mukmin yang hatinya telah lulus ujian. Selain mereka, mempunyai sebagian. Dan dalam perjalanannya nanti, dia akan menyempurnakan bala tentara akal dalam jiwanya sambil selalu mewaspadai bala tentara jahil. Setelah itu, baru manusia dianggap sederajat dengan para Nabi dan Washy. Tentunya, sebelum mencapai apapun, manusia mesti mengerti dan mengenal akal dan bala tentaranya. Mudah-mudahan Allah Ta’ala memberi taufik kepada kita semua untuk berlaku taat dan mendapat ridha-nya.” [ Bihar Ul Anwar 1:109-111 bagian Kitab Al-Aql wa Al-Jahl ] Maka dapat diambil kesimpulan: Tuhan Maha Kuasa, dan karena roh “berasal dari perintah Tuhan-ku”, salah satu ciri utamanya adalah pengetahuan dan kesadaran. Namun nafs menyeret jauh dari cahaya kesadaran roh itu, dan seperti jasad, ia tidak dapat menangkap kilauan cahaya yang bersinar dari balik kegelapannya. Roh memiliki kualitas pemahaman yang disebut AKAL. Dan tingkatan manusia itu dibedakan oleh kekuatan cahaya akal dalam menembus selubung nafs. Memang selalu terjadi pertengkaran yang sengit antara akal dan nafs dan sayangnya bagi sebagian besar orang, nafs lah yang menang. Sedangkan bagi nabi dan orang-orang suci, akal lah yang menang.

Rumi berkata: o Dua ekor rajawali dan elang dalam satu sangkar; mereka saling mencakar ... ... o Dalam setiap desahan nafas kita, akal berjuang melawan godaan nafs. Keterpisahaan dari Sumber telah menyebabkan mereka terpuruk. o Jika desakan nafs keledai telah kalah, akal akan menjadi Messiah. o Sungguh akal dapat melihat setiap akibat, nafs tidak. Akal yang telah dikalahkan nafs menjadi nafs—Yupiter bertekuk lutut pada saturnus, mungkinkah? o Akal adalah cahaya yang mencari kebaikan. Mengapa kegelapan nafs dapat mengalahkannya? o Nafs memiliki rumahnya sendiri, dan akal adalah musafir. Didepan pintunya, seekor anjing begitu tunduk pada singa.

Sumber:
Al Hawa fi Hadis Ahl al Bayt oleh Muhammad Mahdi al-ashify, terbitan Majma’ al-alami li ahl al bayt.
Baca Lengkap....

Faktor-Faktor Kesalahan Akal Menurut al-Qur'an

Ada lima faktor yang disebutkan dalam al-Qur'an yang dapat memperbesar kesalahan kerja akal dalam menjalankan fungsinya:

  1. Lebih mengutamakan dugaan (dzan) daripada hal-hal yang pasti. Al-Qur'an Surah al-An'am: 116, yang bermaksud:

    "Dan jika kamu menuruti kebanyakan (majoriti) orang-orang yang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanya mengikuti prasangka belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."

    Ayat Qur'an Surah Al-Isro': 36, yang bermaksud:

    "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabnya."
  2. Mengikuti jejak langkah nenek moyang, lalu menerima segala yang klasik itu tanpa disertai pembuktian. Lihat Surah al-Baqaroh: 170, yang bermaksud:

    "Dan apabila dikatakan kepada mereka:" Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab:"(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apakah) mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun. Dan tidak mendapat petunjuk?"

    Lihat juga Surah al-Maidah: 77, dan 104, al-Qashas: 28, dan 36, al-Syuara': 6, 69, dan 74.

    Jika apa yang dianuti dan diyakini oleh nenek moyang itu dapat dibuktikan kebenaran berdasarkan pembuktian-pembuktian secara aqliah (akal) yang wajar maka al-Qur'an akan membenarkan hal itu. Lihat Surah Yusuf: 38, yang bermaksud:

    "Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku iaitu Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah kurnia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya) tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri(Nya)."

    Dalam ayat tersebut, Allah SWT mengabadikan sikap Nabi Yusuf AS dengan dalil-dalil yang cukup kuat dapat membuktikan kebenaran ajaran pendahulunya iaitu ajaran Tauhid (ajaran yang tidak mempersekutukan Allah SWT) dan kemudian diikutinya. Dapat juga dilihat dalam al-Qur'an Surah az-Zuhruf: 22-24.
  3. Mengikuti dorongan hawa nafsu (kepentingan-kepentingan peribadi). Lihat Surah an-Najm: 23, yang bermaksud:

    "Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakan; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka. Dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka."

    Lihat juga Surah aan-An'am: 119, Surah Muhammad: 14, dan 16, Surah Rum: 29, dan Surah al-Qosshos: 50.
  4. Terpengaruh peribadi-peribadi (tokoh-tokoh) tertentu tanpa pembuktian status peribadi tersebut sama ada dia layak diikuti (ditaati) atau tidak. Lihat Surah al-Ahzab: 67, yang bermaksud:

    "Dan mereka berkata:" Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)."
  5. Tergesa-gesa dalam membenarkan atau mengingkari sesuatu tanpa dibuktikan terlebih dahulu termasuk suatu hal yang tidak dibenarkan oleh Islam. Lihat Surah al-A'rof: 169, yang bermaksud:

    ".....yaitu bahawa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar...."

    Maksudnya janganlah menyimpulkan bahawa sesuatu itu benar (datang) dari Allah walhal belum dibuktikan kebenarannya (kesimpulan tersebut). Tergesa-gesa dalam mengingkari sesuatu. Al-Qur'an Surah Yunus: 39, yang bermaksud:

    "Yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (Rasul-rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu."
Baca Lengkap....

Nalar Islam (Antara Tradisi Teks dan Tradisi Gnosis)

Untuk membicarakan tema di atas, kita mesti memperjelas atau setidaknya mengingatkan kembali definisi dan pengertian bagian-bagian tema tersebut, sebelum kita masuki pembahasan ini lebih jauh.

Nalar: Nalar atau Pikir memiliki definisi: Gerakan Akal dari yang Diketahui Menuju yang Tidak Diketahui atau yang Dipertanyakan.

Penjelasan:
Ketika seseorang menghadapi masalah yang harus dipikirkan, pertama kali ia menyadari akan hal yang dihadapinya itu, kemudian ( tahab ke dua ) hal tersebut dibawanya ke dalam alam pikirannya sebagai suatu pertanyaan atau kemajhulan yang harus dijawabnya. Sampai di sini ia masih belum dikatakan berfikir.

Tahap ke tiga, ia mencoba mencari informasi-informasi di dalam pikirannya atau benaknya yang berkesuaian dengan masalah yang tengah ia hadapi tersebut. Proses inilah yang biasa dikenal dengan Proses Putar Otak.

Tahap ke empat, ketika ia telah menemukan file-file yang sesuai dengan masalah yang dihadapinya itu, maka ia segera membawanya ke data semula yang diletakkannya sebagai sesuatu yang mesti diatasinya tersebut ( yang tidak diketahui ), sebagai jawaban atas masalahnya itu.

Tahapan ke tiga dan ke empat inilah yang dikatakan Berfikir, dimana jelas merupakan gerakan akal dari yang diketahui menuju kepada yang tidak diketahuinya, bukan sebaliknya. Sebab perjalanan akal dari yang tidak diketahui menuju yang diketahuinya, hanya merupakan langkah awal dalam kesadarannya ketika ia menghadapi suatu masalah. Ibarat seseorang yang membawakan makalah atau masalahnya ke forum atau temannya untuk didiskusikan, maka hal itu jelas belum bisa dikatakan berdiskusi bersama. Dengan demikian maka jelaslah bahwa berfikir adalah Gerakan Akal dari yang Diketahui Menuju yang tidak Diketahui.

Nalar Islam: Dengan jelasnya makna Nalar di atas, dapat kita definisikan Nalar Islam di sini, yaitu sebagai: Gerakan Akal dari yang Diketahui dari Sumber-sumber ke-Islaman Menuju kepada yang tidak/belum Diketahui.

Penjelasan:
Seluruh informasi seseorang yang didapatkan dari ajaran Islam, dapat dijadikan obyek gerakan akal untuk memecahkan segala masalah yang dihapinya. Tentu saja, luas-sempitnya dan benar-tidaknya informasi itu dapat mempengaruhi ia dalam sukses dan tidaknya menyelesaikan masalah yang dihadapinya tersebut.

Dan karena ukuran kebenaran Islam pada jaman tidak adanya maksum menjadi sulit ditetapkan, maka sesiapun yang mengerrti Islam sebenarnya, tidak bisa dijamin kebenarannya secara pasti, terlebih ia jadikan ukuran kebenaran Islam dan penyelesain terhadap masalah-masalah berikutan yang ia hadapi. Begitulah, ketika Jibril as. sudah tidak turun lagi untuk menguatkan masalah-masalah yang dipahami dan dihadapi, dan Rasul maksumpun dimana bisa dijadikan pengoreksi aktif pahaman kita, telah meninggalkan kita, maka kita tidak lagi berhak mengatakan bahwa hanya milik akulah atau ilmukulah yang benar dan yang lainnya tidak.

Dengan demikian, maka ilmu-ilmu ke-Islaman semua orang pada jaman sekarang adalah relatif. Namun demikian, bagi yang memiliki imam maksum, ketika keluar nanti, maka ia bisa mengoreksikan pahamannya ke imam tersebut, dan bagi yang tidak punya, atau bagi yang punya tapi imamnya masih dalam keadaan ghaib atau belum lahir ( sebagaimana kepercayaan sebagian saudara Ahlussunah ), maka ia hanya bisa mengoreksi pahamannya dengan argumentasi murni, alias tanpa ketaashshuban atau kefanatikan. Sehingga kalau dengan ketulusannya itu ia masih juga keliru, insyaallah akan dicakup dengan firman Allah yang berbunyi:

“Barang siapa keluar dari rumahnya bermaksud berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian mati menjemputnya di tengah jalan, maka sesungguhnya Allah telah menetapkan pahala baginya”
Baca Lengkap....

Tanda-Tanda Menjelang Kematian

Setiap yang bernyawa pasti akan mati dan kembali kehadapan Allah Swt. Seperti dalam firman-Nya:


“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan” (QS Al Baqarah: 28)

Adapun tanda-tanda kematian diuraikan ulama adalah benar dan nyata. Cuma
amalan dan ketakwaan kita saja yang akan dapat membedakan kepekaan kita
kepada tanda-tanda ini. Rasulullah SAW seperti yang diriwayatkan masih mampu memperlihat dan menceritakan kepada keluarga dan sahabat secara lansung akan kesukaran menghadapi sakaratulmaut dari awal hingga akhir hayat Baginda. Imam Ghazali juga seperti yang diriwayatkan memperoleh tanda-tanda ini sehingga beliau mampu menyediakan dirinya untuk menghadapi sakaratulmaut secara sendirian.
Adapun riwayat-riwayat ini memperlihatkan kepada kita sesungguhnya Allah
SWT tidak pernah berlaku zalim kepada hambanya. Tanda-tanda yang diberikan
adalah untuk menjadikan kita umat Islam supaya dapat bertaubat dan bersedia
dalam perjalanan menghadap Allah SWT. Walau bagaimanapun semua tanda-tanda
ini akan dirasakan oleh orang-orang Islam saja, sedangkan orang-orang kafir,
yaitu orang yang menyekutukan Allah tidak akan diberi peringatan sesuai dengan kekufuran mereka kepada Allah SWT.

Adapun tanda-tanda ini terbagi beberapa keadaan:

100 hari sebelum kematian
Ini adalah tanda pertama dari Allah SWT kepada hambanya dan hanya akan
disadari oleh mereka-mereka yang dikehendaki-Nya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini baik dalam keadaan sadar atau tidak sadar. Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar. Seluruh tubuh yaitu dari hujung rambut sehingga ke hujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan mengigil. Contohnya seperti daging lembu yang baru disembelih dimana jika diperhatikan dengan teliti kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar. Tanda ini rasanya lazat dan bagi mereka sadar dan berdetik di hati bahwa mungkin ini adalah tanda mati maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah kita sadar akan kehadiran tanda ini.

Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan
kenikmatan tanpa memikirkan soal kematian, tanda ini akan lenyap begitu
saja tanpa bermanfaat. Bagi yang sadar dengan kehadiran tanda ini maka ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan urusan yang akan dibawa atau ditinggalkan sesudah mati.

40 hari sebelum kematian
Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Asar. Bagian pusat kita akan
berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arash Allah SWT. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mula membuat persediaannya ke atas kita antaranya ialah ia akan mula mengikuti kita sepanjang masa. Malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih ini akan merasakan seakan-akan bingung seketika.

7 hari sebelum kematian
Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba-tiba dan tidak berselera untuk makan.

3 hari sebelum kematian
Pada ketika ini, akan terasa denyutan di bagian tengah dahi kita, yaitu di antara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat dirasa, maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita bersih dari najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti.

Ketika itu, mata menjadi hitam dan tidak bersinar lagi. Bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dilihat dari bagian sisi.
Telinganya akan layu di mana bagian ujungnya akan beransur-ansur masuk ke dalam. Telapak kaki perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar diluruskan.

Sehari sebelum kematian
Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang, yaitu pada ubun-ubun yang menandakan kita tidak bisa lagi sampai waktu Asar keesokan harinya.

Tanda Akhir Kematian
Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan sejuk di
bahagian pusat lalu turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke
bahagian atas. Ketika itu, hendaklah kita terus mengucap kalimat syahadah dan berdiam diri menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada
Allah SWT yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.

PENUTUP
Marilah kita bertaqwa dan berdoa kepada Allah SWT semoga kita
adalah di antara orang-orang yang yang dipilih oleh Allah yang akan diberi
kesadaran untuk peka terhadap tanda-tanda kematian ini. Semoga kita dapat memohon ampunan dari Allah SWT maupun sesama manusia dari segala dosa dan urusan hutang piutang kita selama hidup dunia.

Oleh itu, marilah kita bersama-sama berusaha dan berdoa semoga kita diberi hidayah dan petunjuk oleh Allah SWT serta kelapangan dan kesehatan tubuh dan juga
fikiran dalam usaha kita untuk mencari keridhaan Allah SWT di dunia
maupun akhirat. Apa yang baik dan benar itu datangnya dari Allah SWT dan apa
yang salah itu adalah dari kelemahan manusia itu sendiri.

Mari bersama-sama memperbanyak bekal kita untuk akhirat nanti.
Baca Lengkap....